Bagian 4

216 41 13
                                    

Tatapan tajam disertai riak angkuh dan gestur pongah menjadi pemandangan di depannya. Jeongyeon terpaku memandangi figur wanita berparas cantik itu.

Myoui Mina.

Wanita yang sampai saat ini masih menempati singgasana hatinya.

Ini pertama kalinya mereka bertemu kembali setelah 15 tahun berpisah. Banyak hal yang telah berubah dari sosok keduanya. Tentu usia mempengaruhi segalanya. Terutama sikap.

"Sepertinya kau berhasil menikahi wanita kaya lainnya"ucapan mengolok Mina mengacu pada keberadaan jeongyeon di pesta ini.

Jeongyeon tertegun. Semakin memperdalam tatapannya pada bola mata Mina.

"Apa kabarmu Mina?"selanya. Nada suaranya terdengar pelan. Namun tersirat kesedihan di setiap kata yang tercetus. Dan ada satu hal lagi yang terlupakan.

Sebuah kerinduan.

Jeongyeon tak menampik. Ia merindukan sosok wanita ini.

"Sangat buruk setelah melihatmu"cibir Mina mencoba menutupi perasaan sesungguhnya. Amarah dan dendam mencegahnya untuk bersikap yang semestinya pada pria di depannya.

Jeongyeon tersentak. Perkataan Mina membawanya kembali ke kenyataan.

Masa lalu pahit diantara keduanya. Membuat mereka sama-sama saling melukai. Pada akhirnya hanya ada timbul rasa benci. Terutama Mina.

"Aku minta maaf. Kehadiranku menganggumu"sebut jeongyeon sembari membuang arah pandangnya dan mencoba untuk menjauh dari Mina.

Namun sebelum ia sempat melangkah. Mina berdiri mencegah lajunya.

"Kenapa terburu-buru. Kau takut istrimu melihat kita"ejek Mina.

"Mina"

"Jangan menyebutkan namaku dengan mulut busuk mu itu"bentak Mina. Sepasang sorot matanya semakin dingin menajam.

Jeongyeon memilih bungkam dan memutuskan untuk kembali melangkah. Akan tetapi ucapan Mina membuatnya seketika berhenti.

"Kau tidak ingin mengetahui kabarnya?"Mina memandang punggung jeongyeon.

Mina tak dapat melihat ekspresi yang jeongyeon tunjukkan sejak pria itu sudah berdiri membelakanginya.

"Oh. Aku lupa. Kau bahkan tak memperdulikan dia. Karena memang kau tidak menginginkan dia"sinisnya lagi.

Kepalan jari jemari jeongyeon semakin menguat. Rahangnya mengeras dengan gigi saling terkatup.

"Apa maksudmu?"

"Dia meninggal. Bayiku meninggalkanku. Anakku pergi untuk selama-lamanya saat kau memutuskan untuk mencari kebahagiaanmu sendiri"jelas Mina penuh emosi. Mina tak sanggup menahan laju air matanya saat mengatakan itu. Amarah dan kekecewaan muncul hingga hatinya terasa berdenyut perih.

Termangu, bibir jeongyeon serasa kelu, sulit untuk mengatakan sebuah kalimat. Otaknya bekerja memikirkan sesuatu. Hatinya mulai menerka-nerka.

Apa ini?

"Kau memang bajingan"

Kesimpulan yang bisa jeongyeon tarik adalah. Mina menganggap bayinya sudah meninggal.

Kesalahpahaman apa lagi ini.

Jeongyeon menahan diri untuk tidak mengatakan yang sebenarnya. Jika sejak awal seperti ini. Biarkan selamanya menjadi seperti ini.

Pria itu membalikkan tubuhnya, memandang Mina dengan sejuta rasa sakit.

"Aku turut bersedih"jawabnya datar. Sontak membuat Mina naik pitam.

Something In The Rain (Jeongmi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang