Bagian 9

277 46 40
                                    

Plakk..

"Mina"

Jimin memegangi pipinya yang ditampar kuat oleh Mina. Cairan bening setetes demi setetes mulai meleleh melewati pipi gadis tersebut.

Mina menegang.

Tangan yang ia gunakan untuk menampar Jimin bergetar. Mina tak tahu, mengapa hatinya begitu sakit. Ia membohongi hatinya. Mengingkari perasaan yang sesungguhnya hanya karena kebenciannya.

"Jangan menangis."

Jimin semakin tersedu.

"AKU BILANG DIAM, DAN JANGAN MENANGIS. Kau tidak pantas menangis hanya karena sebuah tamparan"Mina membeliak marah.

Dengan kasar, ia menarik lengan Jimin yang sebelumnya terkena tumpahan air panas.

Memaksanya untuk berlalu mengikutinya.

"Mina. Kau sudah keterlaluan"pekik tzuyu. Pria tersebut mulai terbawa emosi.

"Jangan ikut campur"Mina terus menggeret Jimin keluar dari tempat tersebut.

Keributan itu mengundang perhatian dari pengunjung cafe lainnya.

"Apa yang akan kau lakukan padanya"

"Tutup mulutmu tzuyu"

"Aku tidak bisa membiarkan kau menyakitinya. Apa yang terjadi antara kau dan jeongyeon. Bukan kesalahan Jimin"tzuyu masih berusaha menghentikan Mina.

Mina mendorong kasar tubuh Jimin masuk ke dalam mobilnya, lalu ia pun ikut menyusul.

"Mina"tzuyu memukul jendela mobil Mina, berusaha menarik pintu yang sudah terkunci rapat.

Mobil yang Mina kendarai mulai melaju, tzuyu tak tinggal diam, dia segera berlari menuju mobilnya untuk mengejar wanita tersebut.

*

*

Mobil itu berhenti di sebuah area pemakaman.

Mina menyeret Jimin untuk terus mengikutinya.

Wanita tersebut mendorong kasar tubuh Jimin hingga gadis itu terjatuh di atas sebuah makam kecil.

"Kau lihat apa itu?"

Mina menjambak kuat rambut Jimin hingga membuat wajah gadis itu terpaksa mendongak.

"Itu adalah makam putriku"desis Mina penuh amarah. Tak ada lagi kasih sayang, tak ada lagi rasa iba dan prihatin. Tatapan lembut maupun senyuman hangat. Disana, hanya ada Sorot mata tajam yang menunjukkan sebuah amarah, yang sudah lama ia pendam.

"Seharusnya kau yang berada disana bukan dia"

Tubuh Jimin makin bergetar, tangisannya kian menjadi-jadi. Sungguh Jimin ketakutan.

"Kehadiranmu hanya membawa kesengsaraan untukku. Seharusnya kau ikut ibumu yang sudah mati itu"

Plak..plakk..

Tak cuma menjambak, Mina juga menampar pipi Jimin secara bergantian, berulang kali hingga sudut bibir gadis itu terkoyak dan mengeluarkan sedikit noda darah. Jangan ditanya lagi rasa perihnya.

Mina benar-benar meluapkan segala rasa sakit yang selama ini ia simpan.

"Jebal. Nyonya. Ku mohon" Jimin berlutut dan memeluk kaki Mina. Memohon ampun pada yang bersangkutan.

"Myoui Mina. Kau gila"teriak tzuyu.

Pria itu tak menyangka, Mina berubah menjadi monster yang begitu mengerikan terutama untuk gadis muda yang masih bersimpuh memohon ampun darinya.

Something In The Rain (Jeongmi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang