Seperti yang diharapkan, Yuna benar-benar menepati janjinya pada Momo untuk mempertemukan Jimin dengan wanita dewasa itu.
Saat ini kedua gadis tersebut tengah bergegas menuju tempat yang sebelumnya telah disepakati oleh Momo dan Yuna.
Disisi lain, Momo yang tengah menanti putrinya sedang harap-harap cemas. Manik matanya terus menyapu ke seluruh arah. Memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang, keluar masuk cafe.
"Ayo masuk"
"Itu dia"gumam Momo.
Kedua sudut bibir Momo tertarik tipis kala pandangannya bersibobrok dengan tatapan teduh milik sang putri.
"Omma. Maaf membuatmu menunggu lama"sesal Yuna. Mereka terlambat datang karena sikap Jimin, yang berkali-kali menolak ajakannya.
Maklum, Jimin masih terlalu takut menghadapi orang-orang baru khususnya wanita dewasa.
"Tidak masalah."sahut Momo seraya tersenyum hangat pada kedua gadis itu, terutama Jimin.
Yuna yang sudah terlampau lelah memutuskan untuk langsung duduk membiarkan Jimin yang masih terpaku dalam posisi berdiri.
"An-nyeong. Ny-nyonya"sapa Jimin, membungkuk ragu pada wanita yang tak dikenalinya itu.
"Jangan seperti itu. Kau bisa memanggilku bibi. Namamu Yoo Jimin bukan?"pinta Momo. Intonasinya begitu ramah dan keibuan.
"Nde. Namaku Yoo Jimin, nyonya"
Jimin mengangguk kecil lalu ikut duduk disebelah Yuna.Saat gadis itu telah menyamankan tubuhnya lebih dekat dengan Momo, wanita itu nampak makin senang. Momo kian leluasa mengamati paras cantik berpahat anggun milik Jimin, bentuk muka kecilnya percis seperti jeongyeon, netra cokelatnya dan hidung mancung lalu sebuah mole di bawah bibir mengingatkannya pada Mina. Sungguh percampuran sempurna antara wajah Mina dan jeongyeon.
"Apa yang ingin kau pesan jimin-sii?"
Gadis Yoo itu tersenyum canggung. Jujur saja, mendapati wanita dewasa asing yang bersikap baik padanya. Membuat ia sedikit was-was. Takut kalau-kalau akan berakhir seperti dengan Mina.
Bukankah dulu wanita itu juga sempat bersikap layaknya ibu padanya sebelum ia berubah menjadi bengis dan menakutkan.
Entahlah, Jimin merasa harus selektif dalam memilih orang-orang yang ingin dekat dengannya.
"Jangan malu-malu. Ibuku orang yang baik"ungkap Yuna. Gadis Kim itu terkekeh geli melihat ekspresi kaku yang ditunjukkan Jimin pada Momo.
Momo pun akhirnya memutuskan untuk memesan beberapa minuman serta kudapan ringan untuk kedua gadis ini.
Menikmati waktu bersantai, ketiganya berceloteh tentang banyak hal. Sesekali mereka bercanda dengan gurauan-gurauan kecil yang keluar dari bibir Yuna. Jimin sendiri lebih banyak diam memperhatikan interaksi Momo dan Yuna. Sungguh, ia iri pada Yuna yang memiliki orang tua lengkap. Tak seperti dirinya.
Sementara itu, seraya mengobrol dengan Yuna dan Jimin, Momo mencoba menahan keinginannya untuk bertanya tentang latar belakangan Jimin.
Untuk sejenak, Ia ingin menikmati suasana nyaman yang tercipta diantara mereka.
"Omma, tidakkah kau ingin menanyakan sesuatu pada Jimin?"celetuk Yuna yang seketika mengalihkan atensi mereka.
Momo dan Jimin saling melempar tatap sebelum wanita yang jauh lebih dewasa itu meraih sesuatu dari dalam tasnya.
"Apakah kau mengenalnya?"tanya Momo sembari menyodorkan sebuah foto ke hadapan Jimin.
Jimin meraihnya. Saat selembar foto itu tergenggam di jarinya, seketika pula keningnya berkerut dalam. Netra cokelatnya menyorot bingung.
![](https://img.wattpad.com/cover/350160865-288-k751693.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Something In The Rain (Jeongmi)
FanficSetelah belasan tahun berlalu, jeongyeon dan Mina dipertemukan kembali dalam situasi berbeda namun dalam rasa yang masih sama.