Satu Minggu kemudian.
"Appa, aku tidak mau tahu. Mulai sekarang dan seterusnya aku hanya mau appa yang menjemputku"agak membingungkan buat jeongyeon. Tak biasanya putrinya ini begitu manja dan kerap menempel padanya. Bahkan ketika tidur Jimin ingin terus ditemani. Biasanya jeongyeon yang malah ingin dekat dengannya. meski heran jeongyeon mengiyakan.
"Selesaikan sarapanmu"
Setelah keduanya menyelesaikan makan pagi mereka. Keduanya bergegas untuk berangkat bersama.
Klek...
Terkadang takdir memang suka mempermainkan perasaan. Ini pula yang terjadi saat jeongyeon membuka pintu rumahnya dan secara bersamaan Mina melakukan hal yang sama.
Jeongyeon terperanjat. Berbeda halnya dengan Mina yang nampak biasa saja. Riak dingin tetap senantiasa terjaga.
"Mina"cicit jeongyeon.
Kedua pelupuk mata jeongyeon mengerjap gusar.
Yoo Jimin.
"Appa"
Jimin menegang dan tak lama mundur beberapa langkah untuk bersembunyi di balik punggung tegap ayahnya kala ia mendapati sosok Mina berdiri di depannya.
"Tsk, manusia-manusia menjijikkan"gumam Mina.
Wanita tersebut menatap sinis dua orang di depannya. Dan tak lama berjalan menjauhi mereka. Mina merasa tak sudi berlama-lama menghirup udara yang sama dengan orang-orang yang menjijikkan untuknya.
Wanita itu telah lebih dulu memasuki lift. Jeongyeon tak punya pilihan lagi selain menggunakan lift yang sama. Meski Jimin berkali-kali menunjukkan gesture enggan.
Demi tuhan jeongyeon tak tahu jika selama ini Mina tinggal berdekatan dengannya.
Tling..
Pintu lift tertutup, di dalam sana hanya kebungkaman yang menemani. Mina mengangkat dagu tinggi. Riak dingin dan tatapan tajam serta bahasa tubuh yang tak bersahabat, membuat energi yang menyelingkupi tempat itu terasa negatif. Wanita itu berdiri sedikit berjarak dengan jeongyeon dan jimin.
"Apa yang kau lakukan"seru jeongyeon yang menyadari kelakuan aneh Jimin. Gadis itu memeluk erat lengan sang ayah.
Tentu saja apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu membuat Jimin trauma dan takut bila bertemu Mina. Gadis tersebut menyimpan dengan baik memori menyedihkan dimana Mina memukul, menampar lalu memakinya. Dan yang lebih sadis dan menyakitkan, Mina menginginkan ia untuk mati.
Jimin sama sekali tak paham tentang maksud Mina melakukan itu padanya. Ia juga tak berani mengaku pada ayahnya. Jadilah ia hanya mampu memendamnya sendiri. Tapi yang pasti insting untuk menghindar selalu muncul bila ia bertemu dengan Mina.
"Ada apa denganmu?"
Jimin menggeleng dengan kepala menunduk dan tangan yang semakin kuat memeluk lengan ayahnya.
Mina tentu menyadari ketakutan yang di alami gadis itu. Namun ia mencoba masa bodoh.
Peduli setan.
Setelah pintu lift terbuka dan mereka tiba di lantai dasar. Ketiganya mulai berpisah jalan, Mina menuju mobilnya begitupula dengan jeongyeon dan Jimin.
"Jiminnie"panggil jeongyeon seraya mengendarai mobilnya.
Saat ini keduanya melaju menuju sekolah si gadis.
"Hn?"
"Ada sesuatu yang kau sembunyikan dari Appa?"
Jeongyeon tentu curiga sekaligus khawatir karena Jimin tak pernah menunjukkan sikap seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something In The Rain (Jeongmi)
Fiksi PenggemarSetelah belasan tahun berlalu, jeongyeon dan Mina dipertemukan kembali dalam situasi berbeda namun dalam rasa yang masih sama.