Bagian 11

295 57 58
                                    

Bel tanda berakhirnya sekolah telah menggema. Itu tandanya para siswa diperkenankan untuk pulang. Jimin berjalan beriringan dengan Yuna yang sejak perkenalan mereka tadi, gadis Kim itu kerap menemaninya.

"Siapa yang menjemputmu?"tanya Yuna sesaat mereka tiba di gerbang sekolah.

"Ayahku unnie. Mungkin sebentar lagi ia akan tiba"

"Yuna"panggil Momo dari dalam mobil yang terhenti di depan keduanya.

"Ibuku sudah datang, kau tak masalah kan jika aku tinggal"ucap Yuna. Sikapnya sudah seperti kakak bagi Jimin.

Jimin mengangguk iya seraya tersenyum tipis.

Mendapatkan izin dari teman barunya, Yuna segera melangkah memasuki kendaraan yang dikemudikan oleh ibunya.

"Siapa dia.?"tanya Momo. Anotomi wajah Jimin itu loh yang membuat Momo sedikit penasaran.

"Adik kelasku"

Momo mengangguk kecil kemudian mulai menyalakan mobilnya, namun setelah kendaraan itu melaju beberapa detik. Ia secara spontan menginjak kuat pedal remnya hingga nyaris membuat kepala Yuna terantuk ke dashboard mobil.

Ciit..

"Omma"pekik Yuna kesal.

Mata Momo membeliak syok. Bagaimana tidak, di depan sana ia melihat Yoo jeongyeon, pria masa lalu adiknya muncul menghampiri seorang gadis yang tadi sempat menarik perhatiannya.

"Jeo-jeongyeon!"gumam Momo.

Sementara itu, jeongyeon berlalu mendekati putrinya dengan seulas senyum menawan, menyapa Jimin yang berdiri sembari tertawa ke arahnya.

"Mau makan es krim"tawar jeongyeon. Mendapati riak teduh anaknya, sedikit meredam masalah yang tengah menganggu pikiran jeongyeon.

"Nde"angguk Jimin, antusias.

Keduanya bergegas menuju kedai eskrim yang tak jauh dari gedung sekolah Jimin.

Disisi lain, Momo membuntuti Jimin dan jeongyeon yang berjalan seraya bergandengan tangan. Manik matinya kian menajam, memperhatikan dengan seksama interaksi dua orang itu.

"Omma. Apa yang kita lakukan. Mengapa kita seperti penguntit"keluh Yuna. Bingung melihat ibunya yang tiba-tiba bersikap aneh saat melihat ayah Jimin.

Alih-alih menjawab, Momo memilih untuk lanjut mengemudikan mobilnya.

Setiba dirumah, wanita itu memutuskan untuk langsung mengunci diri di dalam kamar.

Sosok jeongyeon yang tak disengaja ia lihat tadi membawa ia kembali ke memori masa lalu. Seketika Momo bergegas mendekati lemari pakaiannya dan meraih sebuah amplop cokelat, lalu membukanya cepat.

Di dalam sana, tersimpan beberapa lembar foto seorang bayi mungil yang memang sengaja ia cetak dan simpan sebagai kenangan untuknya.

Momo kembali memikirkan kejadian tadi.

Flashback.

"Pergi dan bawa dia"

Momo mengintip dari balik kamar anaknya. Hatinya meringis mendapati jeongyeon yang bersimpuh di hadapan sang ayah.

Mina baru saja melahirkan. Demi mencegah timbulnya huru-hara dan kabar buruk yang mungkin saja bisa di dengar lawan bisnis keluarga Myoui. Akira memaksa Mina melahirkan di mansion.

Momo tak sanggup menyaksikan pemandangan di depannya. Saat itu di luar sana hujan makin deras terjatuh. Otaknya terusik dengan pikiran-pikiran kacau, bagaimana bisa ayahnya mengusir mereka dalam keadaan seperti ini. Ditambah ada bayi kecil yang pasti kedinginan bila berada di luar. Tanpa berfikir dua kali, Momo segera mengambil selimut dan beberapa uang untuk ia berikan pada jeongyeon sebagai bekal, namun setelah ia keluar dan mengejar pemuda itu. Momo tak mendapatinya. Yoo jeongyeon telah pergi dan menghilang di antara rinai hujan yang masih tercurah.

Something In The Rain (Jeongmi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang