Klek/Klek
Tak terduga, di waktu yang bersamaan jimin dan Mina muncul dari balik pintu apartemen masing-masing. Jimin dengan seragam sekolahnya sementara Mina dengan setelan kantor.
"Anyoeng. Nyonya"
Jimin menyapa ramah, meski sedikit ada rasa gugup pada sorot mata tegas yang Mina miliki. Di sisi lain Mina hanya mengangguk kecil kemudian melenggang pergi diikuti oleh Jimin. Keduanya memasuki lift untuk turun ke lantai dasar.
Lagi-lagi hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. Mina melirik sekilas sosok muda disampingnya. Ada sekelebat rasa yang sulit ia jelaskan saat berada di samping gadis ini. Namun sedikit banyaknya ada rasa menyesal setelah ia mengingat perlakuannya yang kerap bersikap angkuh pada jimin. Entahlah, terkadang Mina selalu sensi kala berhadapan dengan Jimin. Tapi ia juga tak memungkiri ada rasa sayang yang perlahan menghampiri.
Pintu lift terbuka. Keduanya telah tiba di lantai dasar. Mina mulai menimbang-nimbang sesuatu. Kantornya dan sekolah Jimin satu arah. Menawarinya tumpangan Mina pikir bukanlah hal yang buruk.
"Ikut denganku"ucap Mina, berjalan mendahului Jimin.
Jimin yang sedikit bingung hanya mampu terpaku ditempatnya. Menyadari itu Mina berbalik dan menatap Lamat gadis di belakangnya.
"Kantorku dan sekolahmu searah. Jadi ikut aku, biarkan aku mengantarkanmu"
Gadis itu setengah membeliak sebelum mengangguk dan tertawa kecil.
"Ah, gumawo nyonya"
Tentu saja Jimin kaget. Meski begitu gadis ini mengiyakan ajakan Mina semenjak jeongyeon maupun jihyo tak bisa mengantarkannya ke sekolah hari itu.
*
*
"Mengapa jihyo selalu mengantar dan menjemputmu. Dimana orang tuamu? Apakah kau tinggal sendirian?"
Keduanya kini tengah berkendara menuju tempat yang hendak mereka tuju.
"Belakangan ini ayahku sangat sibuk. Dia selalu berangkat awal dan pulang larut malam"jelas Jimin.
"Bagaimana dengan ibumu?"
"Dia sudah meninggal dunia"jawab Jimin. Sesungguhnya ia sendiri tak yakin dimana ibunya, semenjak jeongyeon hanya menjawab seadanya ketika ia bertanya seperti, ibumu tengah bersekolah ke luar negeri. Jimin tentu tahu, jika itu hanyalah sebuah kebohongan. Sejak wanita itu tak pernah kembali maupun menghubungi mereka. Ini sudah 15 tahun berlalu. Gadis ini yakin, ibunya pasti sudah melupakan mereka. Dirinya mulai menganggap jika wanita yang melahirkannya itu sudah mati.
"Mwo?"Mina menatap prihatin gadis Yoo itu.
Mina tertegun, ternyata mereka memiliki nasib yang serupa. Sama-sama ditinggal oleh sosok tercinta.
"Maaf, aku turut bersedih tentang ibumu. Kau pasti merasa kesepian"
"Tidak apa nyonya, aku sudah terbiasa dengan itu. Sejak kecil aku hidup berdua dengan ayahku. Dia memberikan segala perhatiannya padaku. Walaupun ia sibuk. Tapi selalu menyempatkan waktunya untukku, jadi meskipun aku tidak memiliki ibu. Aku tidak merasa kosong, sebab ada ayahku disampingku"jelas Jimin dengan nada suara riang yang terdengar begitu polos.
"Kau begitu membanggakan ayahmu. Aku penasaran seperti apa wajahnya"kelakar Mina.
"Dia sangat tampan nyonya. Kau pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama jika melihatnya. Ayahku juga seorang yang pintar dan pekerja keras. Banyak wanita yang menyukainya. Bahkan guru-guruku tergila-gila padanya. Ah aku lelah setiap hari harus dititipkan surat cinta dari mereka"urai Jimin, sontak membuat Mina tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something In The Rain (Jeongmi)
FanfictionSetelah belasan tahun berlalu, jeongyeon dan Mina dipertemukan kembali dalam situasi berbeda namun dalam rasa yang masih sama.