hal 1

325 177 37
                                    

"Mencintai seseorang dalam diam adalah
tindakan tanpa aksi" -Ara

Mata seolah terpaku pada pemandangan yang lewat di depan mata dia tampak sempurna membuatku menatapnya lama tanpa berkedip. Dia sosok yang selama ini menyita semua pikiranku bahkan membuatku hampir gila karena terbayang wajahnya ketika tersenyum.
Pertemuan awal dengannya ketika aku sedang lomba membaca puisi sosoknya yang tertawa bersama temannya membuat hatiku bergetar aku pun terpana, dia adalah kakak kelasku dia bernama AKMAL ZAKHA ASSEGAF kelas 12 MIPA 3

"hei...kamu nomor urut berapa?" tanya seseorang di sampingku membuyarkan lamunanku

"iya kenapa ?" tanyaku kembali ketika tersadar dari lamunan

"kamu nomor urut berapa?" tanyanya ulang

"ouh...aku nomor urut 10" jawabku sambil tersenyum

Lamunanku kembali buyar ketika MC memanggil namaku untuk naik ke atas panggung

"silahkan peserta terakhir kita ARANTIKA MAUDYA LARASATI dari kelas 11 IPS 2" teriak mc memanggil namaku

Aku pun segera menaiki panggung dengan percaya diri namun semua itu sirna karena sebuah insiden memalukan di mana tinggi mikrofon lebih tinggi dibandingkan tubuhku yang pendek dan semua penonton menertawakan diriku

"makanya jadi anak jangan terlalu pendek" ucap Gara, ia merupakan anggota osis dan teman satu eskul denganku yang membantu mengatur ketinggian mikrofon

"dari pabriknya emang udah gini" jawabku dengan sewot

Setelah selesai dengan drama kependekan aku pun memulai membaca puisi, sebenarnya ini bukan kali pertama aku berada di atas panggung tetapi aku gugup karena ia berada di antara penonton yang melihatku.

Namun semua berjalan lancar walaupun semua kulalui dengan gugup akan tetapi aku tidak yakin dengan hasilnya.

Selang menunggu selama 1 jam akhirnya pengumuman keluar dan ternyata benar aku tidak lolos ke babak final walau sempat kecewa, tapi aku tetap menyemangati diriku bahwa ada kesempatan di lain hari

"semangat ya...walau elo nggak lolos tapi penampilan elo keren banget kok" ucap sahabatku ZHAFIRA KAYLA

"tapi elo tadi emang malu-malu in sih, masa nggak nyampek mikrofonnya" sahut ANISAH FAIRUZ yang merupakan sahabatku juga

"elo bukannya dukung, tapi malah ngolok-ngolok" jawab Zhafira sambil menjitak kepala Anisah

"memang rese anak satu ini" ucapku sambil ikut ikutan menjitak kepala Anisah

"ampun....ampunn... ini namanya penganiayaan" teriak Anisah

Sedangkan aku dan Zhafira tertawa lepas sambil menggelitik Anisah

"ehem..." suara anak laki-laki memecah candaan kita bertiga

"permisi kita mau lewat" ucap anak laki-laki yang tak lain ARIS yang merupakan ketua geng dari circle sampah yang biasa di sebut oleh Anisah karena berisi anak yang sok-sokan

"iya silahkan" ucapku dengan tersenyum sambil melihat ke arah Akmal yang berjalan dengan gaya coolnya

"idih circle sampah aja sok-sokan, padahal muka aja setengah- setengah ganteng nggak yang ada bikin enek" maki Anisah ketika circle Aris dan dan kawan kawan sudah menjauh

"eh...nggak boleh ngomong begitu" ucap Zhafira menasehati Anisah

"lah kenyataannya emang begitu, iya kan ra?" tanya Anisah sambil menatapku

Sedangkan aku masih menatap kepergian Akmal dengan teman-temannya dan mengabaikan pertanyaan dari Anisah

"idih ini si kutu kupret diajak ngomong malah ngelamun" ucap Anisah sambil memukul bahuku

"ha... iya apaan" ucapku bingung

"ha ho ha ho aja elo, jangan-jangan elo suka ya sama si circle sampah itu?" selidik Anisah dengan mata penuh tanda tanya

"enak aja, siapa juga yang suka" bantahku dengan cepat

"kirain elo suka, tapi kalau elo emang suka sama si circle sampah fiks deh otak elo gesrek"

"ya enggak lah" jawabku dengan nada ragu

"ya terserah Ara lah nis, orang dia yang suka kok" ucap Zhafira membelaku

Gue setuju 100 % sama Zhafira. Batinku dengan tersenyum

"lihat, belum ada satu menit nih anak udah gesrek lagi, ngapain elo nyengir-nyengir gitu" ucap Anisah yang mendapatiku sedang tersenyum tidak jelas

"apaan sih nis, orang gue tersenyum karena mengingat makanan kok" kilahku

"dasar otak isinya cuma makanan aja" ucap Anisah sambil mendorong bahuku

Kami pun tertawa sambil melenggang pergi ke kantin namun di dalam hatiku aku merasa senang karena sudah bertemu dengan seseorang yang ku suka walau hanya menatapnya dari kejauhan.

Story Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang