Di sekolah biasanya akan ada pemotretan untuk di cetaknya kalender, sebagian siswa-siswi akan di foto dan dipajang di kalender.
Bertepatan dengan aku yang ikut ekstrakurikuler pramuka makanya aku pun ikut sesi pemotretan bersama si Anisah
"Gimana udah cantik belum?" tanyaku pada Anisah saat kami bercermin di kamar mandi
"Udah...cocok untuk menjadi pasangan Akmal" jawab Anisah sambil membenarkan kerudungnya
"Ahh...elo bisa aja deh" aku yang tersipu malu pun kelepasan memukul Anisah dengan ekspresi malu-malu maung
"Dalam mimpi" lanjut Anisah yang langsung membuat moodku seketika rusak
"Sehari aja bisa gak sih buat gue bahagia" kesalku dengan memasang wajah jutek
"Ini masalah fakta, jadi terima aja"
Dasar Anisah bisa sih kalau bicara jangan berdasarkan fakta boleh lah tipu - tipu sedikit kan gak ada ruginya ya walaupun dicatat malaikat sih karena berbohong, tapi kan untuk membahagiakan teman dapat pahala juga
Mungkin kalau gitu konteksnya malaikat Atid dan Raqib jadi bingung mau mencatatnya bagaimana
Kembali ke perbincangan awal, kenapa aku ingin tampil paripurna?
Ya karena saat ini Akmal sedang melihat sesi pemotretan ekstrakurikuler pramuka yang di mana ada si Aris si bestienya itu
Walaupun dalam hati aku berharap dia curi-curi pandang gitu kan aku udah capek benerin kerudung yang meleyot terus seperti ketika melihatnya tersenyum
"Udah cepetan, benerin kerudung setengah abad" sewot Anisah yang tidak ada kesabarannya sama sekali
"Bentar napa, lihat noh kerudung elo miring sebelah mana topinya juga ikut miring"
"Haduh capek gue benerin ini mulu"
Tiba-tiba dari cermin aku melihat Akmal turun dari lantai 2 bersama circlenya dan melewati kamar mandi putri seketika aku bisa melihatnya dari dekat sambil tersenyum-senyum bahagia
Aku pun meninggalkan Anisah yang masih berkaca dan berlari ke arah Akmal untuk pura-pura berdiri di sampingnya
Belum lama aku tersenyum bahagia tiba-tiba datang guru agama yang menegur Akmal karena telah keluar kelas tanpa ijin
"Hayo...ngapain kalian di sini" tegur pak Maman yang tiba-tiba menjewer telinga Akmal dan kawan-kawannya
Aku yang melihat pun seketika tertawa karena melihat ekspresi konyolnya ketika dijewer
"Ayo masuk jangan keluyuran di luar" pak Maman pun menyuruh Akmal dan circlenya untuk segera kembali ke kelas
Aku yang masih tertawa pun membuat pak Maman bingung
"Kenapa kamu ketawa apa yang lucu, kamu mau dijewer juga?" tanya pak Maman
"Ndak pak..." jawabku sambil memegang kedua telingaku
"Kamu kenapa diluar?" tanya pak Maman di kiranya aku anak yang keluyuran sama seperti Akmal
"Saya anak pramuka pak, habis ini kan ada sesi pemotretan"
"Ouh..." jawab pak Maman yang kemudian melenggang pergi begitu saja
"Ayo cepet ke lapangan udah mau mulai tuh" Anisah yang tiba-tiba muncul di belakang membuatku terkejut, anak ini sudah seperti jelangkung saja datang tak diundang pulang ya pulang sendiri lah
Setelah selesai sesi pemotretan kami pun masih melanjutkan untuk foto-foto bersama hitung-hitung untuk kenangan
Tiba-tiba pandanganku teralih dengan Akmal yang menghampiri Aris yang merupakan ketua adat di pramuka
"Abah...widih keren bawa keris segala" celetuk salah satu teman Akmal
Mengapa Aris di panggil Abah karena dia aktif sebagai pembicara saat kegiatan keagamaan di sekolah dan mengikuti ekstrakurikuler hadroh dia pun sering membaca ayat suci al-quran di acara tertentu saat di sekolah
Dan untuk keris itu adalah simbol sebagai pembuka dan penutup kegiatan di acara pramuka dan yang boleh memegangnya hanya ketua adat karena di anggap sakral.
"Mata tuh dijaga jangan jelalatan aja"
Siapa lagi kalau bukan Anisah dengan sewotnya mengomentari aku ketika melihat Akmal
"Ini namanya melihat masa depan" jelasku
"Percaya diri amat paling juga nanti jadi masa lalu"
Parah sih Anisah ini namanya buat oramg pesimis mana perkataanya bener lagi.
Ketika pulang sekolah lagi-lagi langit pun mengeluarkan air matanya dengan deras sehingga aku pun dengan terpaksa tidak bisa pulang
Aku pun menunggu hujan reda dengan menggunakan jaket biruku padahal aku ke sekolah sangat jarang memakai jaket dan sekarang tidak pernah ketinggalan untuk memakainya karena apa...ya karena Akmal selalu memakai jaket berwarna biru aku pun berinisiatif untuk memakai juga ya walau modelnya tidak sama setidaknya warnanya sama sehingga aku merasa couplean dengannya padahal mah kagak kalau ia tahu aku mengikutinya mungkin saja jaketnya sudah dibuang dan tidak pernah dipakai kembali
"Woy...Ara turun sini ayo ikut gue ke depan" teriak Anisah dari lantai 1 sedangkan aku di lantai 2
"Mau ngapain?" tanyaku dengan malas turun karena masih hujan
"Udah ayok"
Aku yang tidak ingin Anisah terus berteriak yang membuat semua siswa menatap kami aku pun langsung turun dan menghampirinya ke lantai 1 namun saat ingin turun aku pun berpapasan dengan Akmal yang ingin turun juga ke lantai 1 aku pun langsung tersenyum cerah
Anisah kadang ada gunanya. Batinku dengan tersenyum sambil berjalan di samping Akmal sambil pura-pura melihat ke arah samping seolah tidak sengaja berjalan bersanding dengannya
Sesampaimya di lantai 1 aku pun melihat Anisah yang memberi kode bahwa di sampingku ada Akmal padahal mah sengaja aku berjalan beriringan dengannya karena sudah terlalu excited aku pun berlari ke arah Anisah namun naasnya lantai yang terkena cipratan air hujan membuatku terpeleset dan jatuh mana di depan Akmal lagi
Brakk
"Hahahaha..." tawa seseorang di sekililingku terlebih lagi Anisah yang tertawa sangat kencang dasar teman tidak tahu di untung
Mana Akmal liatin lagi serasa ingin menenggalamkan diri ke palung mariana saja karena terlalu malu
"Makanya kalau udah tahu licin jangan sok-sokan lari" ucap Anisah yang sudah puas tertawa langsung membantuku berdiri
Ya begini kalau punya teman laknat teman jatuh bukan langsung ditolongin tapi diketawain sampai puas
Apalagi Akmal yang juga ikut tertawa melihatku terjatuh kalau diingat-ingat apakah ini karma karena aku menertawakannya tadi saat di jewer pak Maman
Ini mah namanya karma is real...kapok dah
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Us
Teen Fictionmencintai seseorang dalam diam adalah sebuah tindakan tanpa aksi hanya bisa menatapnya dari kejauhan dengan memendam sejuta rasa