13

778 71 1
                                    

Gadis berkaki panjang itu berlari menyusuri lorong dengan dinding berwarna putih, lampu yang berkedip itu menemani setiap langkah yang ia lewati. Lisa berada di bekel kakak seulgi kala itu tapi ia menerima telpon dan mendapat kabar jika kekasihnya dilarikan ke rumah sakit. Lisa sangat kaget karna yang ia tahu jennie berada di rumah seperti biasa tapi ia mendapat telpon dari lobby apartmen yang mengatakan jennie pingsan di toko sayur depan apartmen.

Dengan nafas yang masih terengah engah lisa sampai di ruangan yang sempat perawat disana katakan. Baru saja ia akan membuka pintu ruangan tersebut pintu itu terbuka lebih dulu menampakan beberapa perawat dan juga blankar yang di dorong dengan tergesa gesa, lisa melihat jennie disana. Gadis bermata kucing itu terlihat tidak berdaya diatas blankar, lisa ikut panik seperti beberapa perawat yang berteriak menyuruh menyiapkan ruang oprasi.

Dari belakang lisa mengejar, mengikuti blankar jennie yang kini mulai memasuki ruang operasi. Lisa sempat ditahan salah satu perawat menyuruhnya menunggu di depan. Dalam diamnya lisa berdoa supaya tidak terjadi apa apa pada jennie. Dadanya naik turun merasakan khawatir yang berlebihan rasanya ia ingin berteriak supaya jennie mendengar bahwa ia ada disana bersamanya dan jennie harus kuat.

"Lisa!" Seulgi terlihat berlari mendekat dengan ryujin dan ruka disana.

Saat lisa mendapat telpon jika jennie dilarikan ke rumah sakit, teman temannya sedang berkumpul tapi lisa berlari meninggalkan ketiganya.

"Lisa bagaimana jennie?" Ruka duduk di samping lisa melihat kedua mata sahabatnya yang sudah berkaca kaca.

"Aku tak tahu, saat aku sampai jennie dibawa ke ruang oprasi"

Dengan cepat ruka memeluk lisa, diikuti seulgi dan ryujin yang mulai mengerumuni lisa, menenangkan sahabatnya agar tidak terlalu khawatir.

"Jennie akan baik baik aja li, dia kan galak. Dia pasti kuat melewati ini"

"Ya!" Seulgi menepuk ryujin namun anak itu malah memamerkan giginya.

Mereka semua duduk selama berjam jam menunggu lampu yang ada di dinding berubah, oprasi sudah berjalan selama hampir 2 jam. Mereka tak henti hentinya merapalkan doa untuk jennie. Tak lama setelah itu lampu ruang oprasi padam, dan dokter keluar dari sana lisa dan yang lainnya berdiri menghadang sang dokter.

"Dok! Jennie baik baik saja bukan?"

"Kalian keluarga pasien?" Lantas yang paling semangat mengangguk adalah lisa.

"Nona jennie baik baik saja, tapi mohon maaf kita kehilangan bayi yang dikandungnya"

Tubuh lisa serasa lemas, untung dengan cepat ruka yang tepat berada di samping kanan lisa menyadari dan langsung menahannya.

"Untuk lebih lanjutnya kalian bisa ikut ke ruangan saya"

Setelah dokter itu berlalu, lisa menelan ludahnya kasar. Hatinya terasa sakit semua pertahanan yang ia bangun sedari tadi bersama tiga orang temannya runtuh seketika. Bolehkah lisa marah sekarang? Rasanya dunia tidak adil pada wanitanya itu. Kali ini ia tak bisa menahan air matanya, teman temannyapun tak bisa menahan mereka membiarkan lisa untuk menangis sepuasnya.

*

Setelah lisa keluar dari ruangan dokter tadi ia masih melamun, ia masih tak berani menamui jennie. Ia hanya duduk di depan ruangan dokter sambil menatap kosong ke arah dinding. Perkataan dokter mengenai kondisi jennie yang membuatnya hampir depresi saat ini.
Keguguran yang jennie alami memiliki reaksi lain, selain kehilangan bayinya jennie juga beresiko kehilangan rahimnya akibat pendarahan yang terjadi. Pendarahan jennie dianggap tidak normal akibat keluar secara berlebihan.

Dua menit kemudian lisa berdiri entah apa penyebabnya namun ia meninggalkan rumah sakit, tanpa sepengetahuan teman temannya yang masih menunggu di depan ruang rawat jennie setelah dipindahkan dari ruang oprasi.

Let u go ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang