65

1K 85 2
                                    

Selesai mengambil rapot di sekolah Fahri mengajak anaknya pergi ke kantor. Di perjalanan menuju ke kantor senyum lebar tidak pernah luntur dari wajah Deva. Dia amat senang akhirnya naik kelas.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di kantor. Kedatangan mobil mereka diketahui oleh para satpam yang berjaga.

Suara teriakkan dari seorang wanita terdengar jelas di koridor kantor. Pria matang itu tahu bahwa mantan istrinya akan datang kembali kesini. Dia melirik kearah samping dimana Deva berada. Deva nampak acuh akan itu semua sepertinya rasa kecewa lebih dominasi dibandingkan rasa sayangnya dia.

Melihat kehadiran kedua pria yang dia tuju. Bella menghampiri mereka dengan wajah menyedihkan. Deva sedikit heran akan itu semua dia bahkan melirik kearah Fahri. Fahri tersenyum kearah Deva membuat sang anak mengerti.

"Mama kenapa?!" tanya Deva panik.

Pemuda itu membantu Bella bangkit berdiri. Fahri diam saja memperhatikan semua satpam yang berjaga akan mengusir Bella dihentikan oleh Fahri.

"Kalian kembali bekerja mengenai ini serahkan kepada penerusku," ujar Fahri.

"Baik bos!" pekik semua satpam.

Fahri meninggalkan Deva. Membiarkan anaknya menyelesaikan apa yang akan dia lakukan kepada ibunya. Fahri tidak perlu khawatir lagipula Deva mengerti cara bermain yang rapih.

Bella mengajak Deva menuju ke sebuah tempat. Deva mengikuti saja ternyata Bella membawanya ke tempat sepi. Bella sedikit tersenyum mengejek kepada Deva.

"Kukira mama berubah seperti dulu," ujar Deva.

"Cih tidak akan pernah," decih Bella terhadap Deva.

"Bocah kau harus merasakan kehancuran," ujar Riki.

Terlihat Riki bersama puluhan orang berbadan besar. Sepertinya mereka orang-orang yang disewa oleh keduanya. Mata sebelah kanan Riki bahkan masih diperban menandakan pukulan Deva waktu itu cukup keras.

"Matamu menjadi bagus ayah tiri," ledek Deva.

"Ck! Habisin bocah itu!" kesal Riki.

Semua orang mengelilingi Deva. Senyuman datar saja yang ditampilkan Deva tidak ada raut takut sama sekali.

Mereka menyerang duluan dibalas pukulan oleh Deva. Tendangan, pukulan tepat di wajah sangat kuat bahkan benturan antar kepala dilakukan Deva sangat brutal. Tidak membutuhkan waktu lama Deva mengalahkan dua puluh orang sendirian tanpa terluka sama sekali. Hanya penampilan Deva yang sedikit acak-acakan saja.

"Aku dulu tidak melawanmu karena rasa hormatku terhadap ibu kandungku, Tuan Riki Atmaja. Namun sekarang ibuku tidak mengganggapku sebagai anaknya, maka jangan salahkan aku apabila dirimu akan aku hancurkan tanpa sisa."

"Terimakasih telah melahirkanku nyonya. Aku amat bersyukur mendapatkan kasih sayangmu walaupun hanya berlangsung selama tujuh tahun saja."

"Walaupun aku bukan anakmu lagi, tapi aku memiliki ayah hebat yang akan melindungiku."

"Anda tidak boleh membunuh ayahku. Kalau sampai itu terjadi maka nasibmu akan seperti nyonya Karerina yang kubuat menemui ajalnya disebabkan hukuman tembak."

"Ayahku memang tidak sehebat yang kau bilang, namun bagiku dia ayah dan ibu dalam waktu bersamaan."

"Terimakasih juga telah menikahi papa dulu. Aku tidak tahu bahwa dirimu masih hidup saat menyelamatkan diriku."

"Dirimu koma sangat lama hingga saat bangun melupakan semuanya. Dan ayah anda malah menikahkan anda dengan tuan Riki Atmaja."

"Aku dan papa tidak masalah hidup berdua. Semoga dirimu bahagia dengan kehidupan barumu."

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang