Roommate Memo

443 28 8
                                    


"Kau tidak perlu sedekat itu! Meski... kau bukan milikku tapi cemburu boleh, 'kan?" kesal Aoom melihat Meena menikmati lagu bertajuk Dj Got Us Fallin in Love di sisi Tia.  "Mengapa Tia? Apa harus Tia? Ada Elsa, P'Oil, dan aku di sini tapi mengapa justru Tia yang sejak tadi dirangkul?"

Tak terhitung berapa kali Aoom menyorot tak senang melihat lengan Tia bertengger di pinggul Meena dan sebaliknya. Sesekali berpindah ke leher sejenak lalu turun ke pinggul lagi. 

"Acara enam bulan sekali asrama ini jadi tidak menarik lagi," batin Aoom mengosongkan gelas bir dan mengisinya lagi. 

Setelah Snack berhasil memenangkan hati Pailiu, Aoom berpikir dia bisa sedikit lega tak perlu cemburu lagi. Ternyata salah karena Tia bukan sekadar mencoba lebih dekat tapi juga terang-terangan menyebut Meena sebagai cinta pertamanya. Memang Meena tidak menunjukkan reaksi apapun selain tertawa, mungkin dianggap candaan karena Tia agak mabuk kala itu. Namun, tetap berhasil memantik api cemburu di dada Aoom. 

So baby tonight... the DJ got us fallin in love again. Yeah baby tonight...

"Ya ya ya, kalian yang jatuh cinta bukan aku," ucap dia dalam hati enggan menatap Tia dan Meena asyik berjingkrak mengangkat tangan menikmati irama. 

Aoom duduk di sisi Elsa memaksa angkat tangan sembari ikut bernyanyi saat wanita berkulit tanned itu mengalungkan lengan. Dilirik jam di ponsel menunjukkan hampir tengah malam, pesta akan berakhir beberapa menit lagi. Bersabarlah!

*

Glek! Meena keluar dari kamar mandi usai membersihkan diri. Sembari mengeringkan rambut dengan handuk, dia berjalan hendak ke ranjang tapi terhenti oleh klip kertas baru. Dia tak menemukannya saat meninggalkan kamar bersama Aoom sebelum pesta tadi. Berarti sudah jelas Aoom menulis kala dia bergumul dengan air dan sabun.


-Aoom memo-

Aku tidak suka! 


Meena menggaruk pelipis seraya menatap ke tubuh di balik selimut sebelah ranjangnya. Berpikir apa yang membuat Aoom tidak suka di acara tadi? Mereka berlima selalu bersama, tidak ada pengusik atau yang mencoba mengusik, lalu mengapa Aoom kesal? Mungkinkah seseorang mengusik lewat media sosial?

Karena penasaran dan sedikit khawatir, diraih spidol dan selembar klip. Meena menuliskan sesuatu lalu menempelkan ke sisi klip milik Aoom.


-Meena memo-

Malam yang seharusnya semua orang bahagia.


Mereka biasa melakukan ini ketika suara tidak lagi bisa mewakili. Well, bermula dari dua tahun lalu atau hari di mana Aoom bergabung sebagai roommate Meena di asrama, dia jadi mengikuti hobi menaruh catatan di papan memo. 


"Apa ini?" tanya Aoom melihat papan memo berisi jadwal ekstra Meena tapi juga berisi umpatan. 

"Memo. Aku biasa menuliskan peringatan seperti jadwal atau kegiatan tambahan. Dan... yaahh sesekali meluapkan emosiku di sini. Kau juga bisa melakukannya. Ini akan membantu saat dirasa tidak ada yang mengerti situasimu. Cobalah!" ujar Meena memberikan klip dan spidol.

"Bukankah itu artinya kita jadi tahu isi hati dan pikiran satu sama lain? Maksudku bukan rahasia lagi."

Meena berdecak. "Mau tulisan atau lisan ketika seseorang meluapkan amarah, bukankah itu menjadi tontonan orang di sekitar atau paling tidak CCTV? Lagi pula, aku sekadar meluapkan dan tidak menumpahkan semuanya. Itu cukup untuk menyeimbangkan vibra dalam tubuh. Positif dan negatif harus seimbang. Tapi... ya begini caraku dan kau bebas mau mengikuti atau tidak."

MeenBabe *Oneshoot Story*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang