"Haahhh, sungguh melelahkan!" erang wanita bermata bulat dan memiliki kulit putih bersih ini atau biasa dipanggil Meena. Diturunkan gagang pel seraya menyorot kesal melihat pintu kaca yang sudah mengilap.
"Dasar anak manja!"
"Hooo, memang siapa yang membuat ini terjadi?" amuknya mengangkat sapu pel dan menghadapkan ke wanita bermata sipit. "Gara-gara kau, Aoom, P'Fa menghukum kita membersihkan seluruh area lapangan basket. Dasar pemain curang!"
Mendapat tudingan curang spontan membuat wanita sipit berkulit lebih gelap bangkit di antara bola-bola basket. "Curang katamu? Kau saja yang tidak bisa bermain. Anak manja! Terlihat payah dalam bersih-bersih. Pasti pemalas!"
"Hah? Kau seperti ahli dalam bersih-bersih?" sungut Meena berkacak pinggang.
"Tentu saja, aku tidak semanja kau!"
"Kalau begitu bersihkan! Aku lapar dan lelah."
Pluk! Sapu pel tergeletak mengenai kaki Aoom usai dihempas Meena. Tak terima mendapat perlakuan semena-mena, Aoom balas dengan menendang bola basket ke arah Meena. Tapi bola tersebut melenceng menabrak ember hingga jatuh menumpahkan seluruh volume air kotor. Naas, guyuran air mengarah ke pintu keluar tepat di mana sang senior dan kedua rekan satu tim datang.
"Ouhh, bagaimana ini?" desis Aoom terhenyak membekap mulut.
"Apa lapangan basket sudah berubah jadi kolam renang?" gumam sosok bertubuh paling mungil, menatap lantai basah berbuih beberapa senti di depan kaki.
"Araai?" sentak senior mereka, Engfa, geram melihat ruang latihan bukannya bersih malah digenangi air keruh. Dia menoleh ke dua anggota dan mendapati Meena begitu tenang menunjuk Aoom. "Aoom!"
"A-ough-aiihhhh!" kesal Aoom menghentakkan kaki lalu menepis jemari Meena yang terus menunjuknya. "Dia mulai duluan! Kau! Kau terus mengeluh dan melemparkan sapu pel. Mengakulah!"
"Ya, aku melakukannya lalu kau menendang bola ke ember."
"Lihat? Bocah nakal ini mengaku-"
"Bocah nakal apa maksudmu?" kelakar Meena reflek mendorong bahu Aoom.
Terjadilah aksi saling menyalahkan dan dorong mendorong. Ketiga sosok di ambang pintu lantas menghampiri hendak memisahkan, jaga-jaga sebelum ada adegan berdarah. Namun, kekesalan mereka agaknya sulit dikendalikan, wanita bertubuh paling kecil dan pendek di antara mereka harus menjadi bulan-bulanan. Dia mengerang setiap kali jari-jari entah Aoom atau Meena mengenai helai rambut atau tak sengaja menyolok lubang hidungnya.
"Aaahhh, aku tidak terlibat! P'Meen, P'Aoom, hentikan!" erang dia berusaha mendorong kedua tubuh.
"Anak manja!"
"Tukang curang!"
"Hentikaannn! Aauuu, ahhh, sakit! Jari kalian melukai hidung dan mataku!"
"Dasar bocah nakal pemalas!"
"Tukang usik!"
"HENTIKAN!" bentak seorang wanita lagi bertubuh jangkung berhasil menarik Aoom mundur sekuat tenaga. "Aku tidak peduli dan tidak mau tahu bagaimana pertikaian kalian bermula. Sekarang bereskan semua kekacauan ini atau... kami akan merekrut orang baru untuk menggantikan posisi kalian."
"Kau bukan ketua, Char!" lontar Aoom menarik lengan dari genggaman dua wanita di sisinya.
"Tapi aku setuju."
Engfa sebagai ketua tim menyetujui ancaman spontan Charlotte demi kebaikkan bersama. Dia tak tahu lagi harus bagaimana mendamaikan dua orang yang terus bersaing dalam tim atau sekadar mengusik berujung adu mulut. Mereka hanya akur saat makan dan tidur. Selebihnya selalu ingin saling mendominasi atau sekadar berdebat atas hal-hal sepele. Mungkin aksi silat lidah adalah cara mereka menyambung hidup, tapi sangatlah mengganggu dalam tim basket ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MeenBabe *Oneshoot Story*
Fanfictionkumcer kisah Meena dan Aoom atau nama couple mereka MeenBabe. semoga kalian suka.