"Beberapa waktu lalu seseorang bilang akan membawa es jika aku sudah sembuh."
"Akkhhh hahahha, tapi kemarin kau sudah memesan minuman. Bukan salahku, 'kan?"
"Es krim. Bukan minuman dingin. Mau es krim."
"Ouuhhh baiklah. Ayo bertemu lagi dalam waktu dekat! Aku akan membawakan es krim untukmu. Tapi... kemarin seseorang bilang mau memasak untukku. Hmmm?"
"Hahahah, baiklah baik. Kita akan bertemu dengan es krim dan makanan di meja."
Sosok pemakai kuncir bermotif Yoda dan tanda nama Meena di dada kiri terus tersenyum mengingat obrolan di Line kemarin sore. Dia melepas kunciran dan tanda nama, buru-buru memakai jaket coklat berbulu yang akan menghangatkannya di musim dingin awal tahun. Rasa tak sabar bagai magnet menarik tubuh agar segera beranjak menuju toko terdekat. Meraih beberapa kemasan es krim lalu duduk menghadap orang yang telah mencuri hatinya tanpa izin.
"Mochi ice. Keras di luar, lembut di dalam." Meena membayangkan sepasang mata kecil tajam berpoles eyeliner hitam dan dua sudut bibir membentuk sumringah syahdu.
*
"Oiiiii, Aoom ah, rajin sekali memasak hari ini?" lontar seseorang berbadan tinggi berisi menghampiri si pemilik apartemen sambil menggendong kucing abu-abu gelap. "Harum sekali!"
"Awas!"
Plok! Jemari memegang sumpit begitu cekatan melayangkan tangan ke lengan gempal itu dan memicing siap melesatkan anak panah.
"Apa tanganmu bersih?"
"Araai ni ah? Galak sekali. Hahahaha. Kau belum jawab mengapa hari ini begitu rajin?"
Bukan memberi jawaban, wanita berambut coklat dijepit hanya menarik ujung bibir kanan dan lanjut pada wajan yang sudah berisi bumbu-bumbu, telur, potongan daging, dan sayur. Diraih semangkok mie telur yang telah direbus lalu ditaruh ke dalam wajan dan ditumis hingga rata. Semerbak aroma mengundang lapar sampai-sampai perut berbunyi, mata pun ikut lapar.
"Apa ada seporsi untukku?"
"Tidak jika kau terus bicara!"
*
Perkenalan lewat aplikasi chatting khusus kaum lesbian mempertemukan Meena dan Aoom. Berawal dari obrolan ringan dan sapaan di setiap hari membuat mereka bak terkoneksi. Meena mulai terbiasa dengan salam pagi dan kabar kegiatan yang Aoom sampaikan. Hingga sehari tanpa pesan membuat Meena berpikir, 'Mengapa Aoom berubah? Apa dia sudah menemukan seseorang yang lebih daripada aku?'. Sebaliknya, Aoom merasa jika menghubungi atau memberitahu aktivitas harian adalah hal yang perlu dilakukan kecuali saat berlibur.
"Mie yang sangat enak. Apa boleh minta dibuatkan lagi?" tanya Meena malu-malu dan perlahan memalingkan muka.
"Ehmm, tentu saja. Berarti kita harus bertemu lagi," sahut Aoom tak kalah kikuk. Meski tidak tahu apakah barusan benar-benar pujian atas makanan yang berarti dia cukup bisa memasak, atau sekadar ingin berjumpa kembali. Paling tidak dia tahu Meena merasa nyaman bersamanya walau mungkin sebatas teman. "Ayo, biar kuantar pulang!"
Lewat kendaraan bermotor, Aoom mengantar Meena pulang. Alih-alih mengambil jalan yang ditunjukkan, Aoom justru melewati jalan lain dan berdalil sama saja. Namun, ternyata jalan tersebut ditutup hingga harus putar balik. Bukan sekali, si pengendara kembali melewati jalan lain ketimbang menuruti si penumpang dan lagi-lagi berakhir sama.
"Hahahah, kau hanya menghabiskan bahan bakar."
"Seharusnya arah tembus akan sama. Haahhh, mengapa ditutup?" oceh Aoom bercampur tawa. Yang sebenarnya adalah dia sengaja agar bisa lebih berlama-lama dengan Meena. Apalagi beberapa kali sepasang jemari terus menghinggap di kedua bahu dan pundak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MeenBabe *Oneshoot Story*
Hayran Kurgukumcer kisah Meena dan Aoom atau nama couple mereka MeenBabe. semoga kalian suka.