Manusia memang begitu
Jika tak di dapat selalu di keluhkan
Jika semua berada di depan mata tak bisa ambil keputusanHari ini seperti hari paling bahagia untuk kebanyakan murid bahkan seluruh murid Alexis. Apa sebabnya? Itu adalah hari ini akan menjadi hari terakhir pelaksanaan ujian akhir semester.
Semuanya berharap jika hari-hari sebelumnya dan hari ini apa yang mereka kerjakan membuahkan hasil yang maksimal. Seperti Naina yang sejak pagi merapalkan doa agar ujian terakhirnya bisa berjalan lancar.
Gadis itu kini asik membaca buku untuk mengulang pelajaran yang sudah ia pelajari sebelumnya saat belajar. Naina terkadang kesal saat membuka isi bukunya karena catatan yang ia catat banyak tidak lengkap. Naina termasuk siswi yang malas mencatat pelajaran, terkadang ia malah tak mendengarkan apa yang di ajarkan. Naina bukan gadis pintar juga rajin dalam belajar.
Jika saja ada Bia di ruangan kelas i i maka Naina akan meminjam catatan u tuk ia baca meski sekilas. Sayang sekali, mereka terpisahkan oleh sistem acak kelas. Jujur saja Naina bingung karena catatannya loncat-loncat. Beberapa bab tidak ia catat.
"Naina bo'on!" Gadis itu mengumpati dirinya sendiri.
"Fano ganteng," ucapnya kini membalikkan tubuhnya menghadap belakang. Naina baru ingat jika punya teman pintar di belakangnya. "Ganteng banget sih Nono. Tadi pagi sarapan apa?"
"Mau apa?"
Gadis itu menunjukkan deret gigi nya "ih tau aja klo Nana punya mau."
"Apa?"
"Pinjem buku catatan kimia nya dong. Catatan Nana banyak yang bolong."
Dengan wajah yang di manis-maniskan Naina berharap akan Fano pinjamkan. Harapan Naina hanya Fano karena tidak ada lagi yang bisa ia pinjam catatannya. Lagian kan pasti Fano sudah pintar dan tidak perlu catatan untuk belajar. Pikir Naina dih begitu.
"Gua pake."
"Lo kan udah pinter!"
"Gua juga butuh belajar."
Seketika Naina mengerucutkan bibirnya. Seperti wajah sok di maniskan dan di imutkan tidak berguna jika berhadapan dengan Fano.
"Jahat banget huuu!"
Fano tak menggubris dan terus fokus pada bukunya untuk membaca dan memahami ulang apa yang sudah pernah ia pelajari waktu di kelas.
"Fano," panggilnya dengan nada lembut. "Naina beneran mau belajar."
Melihat wajah melas seperti itu membuat Fano tidak tega melihatnya. Dari raut wajah memang terlihat jika Naina sungguhan ingin belajar. Biasanya kan aura yang Fano lihat dari Naina adalah aura gadis tukang ngibul.
"Yang mana yang ga ada di buku Lo?" Gan kembali membuka suara.
Wajah di tekuknya kini seketika sumringah. "Bab 7, Bab 11 sama 12, abis itu bab 14, bab 16 sama 17, terakhir bab 20."
"Kemana aja selama ini sampe ketinggalan banyak bab?"
"Ga kemana-mana. Kadang tuh ketiduran atau ga asik ngobrol sama Bia. Tapi No, heran deh masa bia lengkap catatannya gua malah banyak bolong," ucapnya bercerita pada Fano. "Padahal kita berdua banyak ngobrol."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFANO [SLStory]
Teen FictionAlfano Rajendra, laki laki tampan yang selalu saja bisa memikat setiap wanita hanya dengan tatapan. Laki laki yang selalu bersikap baik pada siapapun. Terkenal kebaikannya membuat ia masuk ke dalam sebuah cerita dimana seorang Naina dengan tiba tiba...