Hari-hari sudah Naina lewati. Hari dimana ia patah hati berulangkali pun sudah Naina lewati. Naina juga sanggup menyambut hari-hari patah hati jika datang lagi.
Dengan wajah berbinar kini gadis itu berjalan menuju kelas. Hari ini adalah ulangan semester dan Naina sangat senang karena semalam ia sudah belajar dengan giat. Kakinya melangkah menuju kelas yang nantinya akan ia tempati untuk mengerjakan ulangan.
Seperti sekolah pada umumnya. Jika ulangan tengah semester ataupun akhir semester di adakan maka kelas akan di acak dengan kelas lain agar tidak ada kerja sama antar teman. Bangku yang biasanya berdua juga akan menjadi satu agar tidak ada yang mencontek atau mengobrol.
Naina sebenarnya sedikit bersedih karena kelasnya juga kedua temannya menjadi terpisah. Meski sedih tapi Naina ada juga senangnya karena akhirnya ia bisa merasakan satu kelas dan juga satu ruangan dengan Fathan sang pujaan hati.
"Pagi Naina." Sapaan pagi dari seseorang yang baru saja ia pikirkan.
Naina ingin sekali berteriak senang karena pagi ini ia di sapa oleh Fathan di sertakan senyum yang manis sekali dari seorang Fathan.
Naina berusaha kalem dan juga tenang agar sifat barongan nya tidak muncul di hadapan Fathan. Jika muncul kan gawat sekali.
"Pagi Fathan."
"Kelas ini juga?" Naina hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Fathan juga ya?" Ini hal luar biasa. Seorang Naina bertanya balik dengan santainya pada Fathan.
"Iya bareng Fano. Tuh anaknya udah di dalem," ucap Fathan lalu menunjuk ke arah dalam kelas yang terdapat Fano sedang asik membaca buku.
Kebahagiaan Naina seketika berlipat ganda. Senang akhirnya bisa satu kelas dengan mas crush lalu ia juga satu kelas dengan teman sok akrabnya yang baik hati itu.
"Masuk yuk," ajak Fathan dan tentu saja Naina tidak menolak sama sekali.
Gadis itu terus saja tersenyum menampakkan wajah bahagia saat masuk kelas. Bahkan saat menelusuri meja dan mencari nama dan juga fotonya yang tertempel di atas meja pun ia masih tetap tersenyum. Gadis itu tak bisa menyembunyikan rasa senangnya sehingga senyuman itu terus awet pada bibirnya.
"Lo duduk depan gua," ucap Fano ketika melihat Naina masih saja mondar mandir mencatat namanya tertempel di meja yang mana.
"Ah ya ampun! Udah mondar-mandir ternyata di sini!" Langsung saja Naina duduk pada tempatnya.
Belum puas. Naina tengok kanan dan kiri melihat dimanakah letak Fathan duduk. Harapannya soga ada di dekatnya, tapi sayang sekali ternyata laki-laki itu duduk di pinggi berdekatan dengan tembok dan terhalang satu barisan dari tempat yang ia duduki.
"Fano."
"Fano."
"Fano!"
Panggilan ketiga kali Naina membuat Fano yang tadi asik membaca buku jadi menutup bukunya lalu menatap ke depan ke arah Naina yang kini menatapnya juga. Sedikit kesal sebenarnya Fano karena harus duduk di belakang Naina yang ia tau nantinya pasti akan berisik. Belum juga nanti tapi ternyata firasat Fano sudah di benarkan lebih cepat.
"Pulang nya Naina nebeng ya. Naina hari ini ga di jemput." Senyuman manis ia tunjukkan dengan kedua tangan di satukan khas orang sedang memohon.
"Nanti gua traktir es krim deh."
"Gak mau." Fano kembali membuka bukunya namun Naina tahan dengan cepat.
"Naina mohon sekali aja. Nanti janji Naina beliin es krim."
"Iya."
Dengan sumringah Naina mengatakan kata "yes" setelahnya ia membalikkan tubuhnya lu bersiap untuk mengerjakan ulangan karena kebetulan bel masuk baru saja berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFANO [SLStory]
Teen FictionAlfano Rajendra, laki laki tampan yang selalu saja bisa memikat setiap wanita hanya dengan tatapan. Laki laki yang selalu bersikap baik pada siapapun. Terkenal kebaikannya membuat ia masuk ke dalam sebuah cerita dimana seorang Naina dengan tiba tiba...