25. a fact

16 1 0
                                    

Hari sudah berganti dan Naina sudah kembali berada di sekolah. Ulangan akhir semester telah usai dan kini hanya menunggu hasil. Gadis itu ke sekolah di antar oleh sang papa.

Dengan riang gembira Naina memasuki area sekolah namun masih terlihat sangat sepi. Kali ini ia kepagian karena sang papa harus berangkat begitu pagi. Ada rapat mendadak katanya, jdi harus prepare dulu dengan apa yang akan di presentasikan.

Karena perutnya lapar dan kebetulan tadi hanya sarapan roti. Gadis itu berbalik keluar sekolah. Warung ibu Ningsih yang berada di gang sekolahannya itu sangat terkenal enak dan Naina kerap jajan di sana.

Tujuan utama Naina kali ini adalah nasi goreng ayam suwir. Perutnya kini semakin menjerit ingin diisi makanan akibat ia membayangkan se enak apa nasi goreng ayam suwir ibu Ningsih.

"Ibu Ning! Nai pesen nasgor aywir yah satu!." Setelah di angguki kini Naina mencari tempat ternyaman untuk ia duduk dan makan nantinya

Tak butuh waktu lama pesanan Naina telah siap. Dengan mata berbinar gadis itu menyambut sepiring nasi goreng pesanannya.

"Eh teh anget satu Bu. Lupa tadi."

"Oke neng ditunggu."

Kegiatan makan Naina telah usai. Perut lapar gadis itu juga sudah hilang. Naina kini memutuskan untuk kembali ke sekolah karena tujuan utamanya kan tadi mau ke sekolah.

Jalan dengan santai menikmati udara pagi yang segar membuat Naina terasa damai. Sesekali ia tersenyum untuk membalas senyuman dari teman-temannya yang lewat. Naina adalah gadis yang ramah.

"Kenal ni gua motornya," ucapnya saat jalannya di hadang dua motor yang tiba-tiba berhenti mendadak di hadapannya.

Baru selesai Naina berucap, kedua laki-laki itu kini membuka helmnya dan Naina ingat betul mereka siapa. Laki-laki yang beberapa terakhir mengganggunya dan kini mereka kembali lagi.

"Abis makan uang jajannya masih gak?" Kalimat yang di ucapkan membuat Naina mengerutkan dahinya heran.

"Mau kita jajanin ga? Tapi ikut kita dulu lah senang-senang."

Malas sekali sebenarnya Naina menanggapi, tapi mereka menghadang jalannya dan membuat Naina tida bisa meneruskan perjalanan. Terus saja Naina amati dua laki-laki yang menatapnya dengan tatapan nakal ini. Sengaja ia dia saja karena ingin tahu apa lagi yang akan ia lakukan setelah mengeluarkan kata-kata ajakan yang pastinya Naina akan tolak.

Salah satu dari mereka kini maju selangkah lebih dekat dengan Naina. Tangannya bergerak meraih sebelah tangan Naina yang buru-buru ia tepis namun lagi-lagi tangannya di raih dan kali ini kedua tangan Naina ia rauo semuanya membuat gadis itu Tah bisa berkutik.

"Sama Rafael mau masa sama gua enggak?"

Naina mengerutkan dahinya. "Ngomong apasih Lo!"

"Rafael ngasih berada dana sih? Nanti biar gua kasih Lo lebih deh dari yang Rafael kasih."

"RAFAEL SIAPA SIH NJIR!!" Naina mulai kesal dengan apa yang mereka bicarakan namun sama sekali ia tak mengerti maksudnya.

Kedua laki-laki itu saling pandang dan setelah tersenyum. Tatapan meremehkan itu kembali mereka tunjukkan kepada Naina yang kini menatap mereka dengan bingung. Mereka berdua seolah tau tentangnya tapi Naina benar-benar tidak tahu mereka. Naina juga merasa jika dari sebelum-sebelumnya ia tidak ada masalah dengan orang lain. Sekarang saja Naina bingung kenapa dua manusia ini mengganggunya tanpa sebab dan parahnya selalu merendahkan Naina.

"Lo juga gua liat sekali sama Kelvin. Ngasih apa aja Lo ke anak patung itu?"

Naina semakin tidak mengerti dengan kalimat-kalimat ngawur yang mereka ucapkan. Tapi seketika otak Naina mulai berfungsi, ia kembali mengigat apa yang baru saja mereka berdua katakan dan Naina ingat ia mengenal dia nama kandidat yang mereka sebut itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALFANO [SLStory]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang