06. Basket

61 11 12
                                    

Ig: oktafiasari3764

Maafkan jika masih ada typo yang bertebaran yah


______________________________________

Selesai mendengarkan pengumuman, Naina masih bingung akan berangkat dengan siapa, rumah Kyla dan dirinya sangat berlawanan. Naina sempat berpikir jika ia akan berangkat Sendiri, namun ia juga sadar jika buta akan jalanan.

Otak yang biasanya ia sayang-sayang agar tidak banyak berpikir, kini Naina gunakan berpikir bagaimana caranya besok bisa sampai di Martha Citra tanpa nyasar atau yang lainnya.

"Fano" panggil Naina pada laki-laki yang sedang berdiri dengan tangan di silangkan di depan dada.

Tidak ada sahutan dari Naina yang memanggilnya, Fano hanya melihat sekilas Naina yang kelihatan ingin meminta tolong atau sesuatu yang lain darinya. Melihat ekspresi lawan bicara yang tidak merespon, Naina mengurungkan niatnya dan ingin kembali ke dalam kelasnya karena Kyla sudah meninggalkannya beberapa menit lalu.

Harapan Naina kali ini adalah Fano manggil namanya dan dengan senang hati Naina akan berbalik, namun harapan Naina sangat sia-sia, langkah kaki yang di perlambat itu tidak membuat Fano memanggilnya atau bertanya ada apa tadi Naina memanggil namanya.

"Na." langkah kakinya ia hentikan, Naina segera berbalik menatap si pemilik suara, sepertinya besok Naina bisa berhemat.

"Buruan." lanjut Fano membuat Naina nyengir kuda, dengan segera Naina berjalan menghampiri Fano, mengikis jarak yang tadinya sangat jauh.

Fano hanya berdiam tanpa ekspresi menunggu apa yang akan Naina katakan padanya, bukanya cepat berbicara Naina malah senyum-senyum tidak jelas membuat Fano ingin cepat meninggalkan gadis merepotkan ini.

"Besok, Gua, nebeng yah?" Ucap Naina dengan sangat lembut, tidak seperti biasanya yang sudah hampir mirip dengan kaleng rombeng.

Laki-laki bertubuh tinggi itu nampak berfikir sejenak, apakah ia harus memberi tumpangan pada Naina. Setelah Fano pikir-pikir tidak begitu buruk untuk memberi tumpangan padanya, Fano malah akan khawatir jika ia tidak di berikan tumpangan maka yang ia kunjungi bukanlah SMA Martha Citra. Sebagai jawaban atas permintaan Naina,. Fano hanya menjwab dengan anggukan membuat gadis di hadapannya itu melompat kegirangan seperti anak SD yang habis menang lotre.t
Tidak hanya melompat, refleks Naina juga membuat Fano kaget. Gadis itu tanpa di sadari memeluk Fano sekilas, membuat mereka yang sadar dengan keberadaan mereka berdua melihat aneh dan menimbulkan beberapa pertanyaan di otak.

"Lepas!" Ucap Fano yang sama sekali tidak mengubah posisinya, Fano masih setia dengan posisi tangan yang ia lipat di depan dada. Sadar dengan apa yang di perbuat, Naina hanya nyengir, lagi-lag cengirang itu yang Fano lihat, sepertinya Naina hobi pamer gigi. Fano juga sempat berfikir apakah Naina seorang model pasta gigi? Karena hampir setiap hari gadis itu menampakkan deret giginya, setiap bertemu Fano pun Naina tidak pernah absen menunjukka gigi-gigi miliknya.

"Eh! Eh!! Fathan, ga liat, kan ya?" Bukannya meminta maaf pada Fano, Naina malah sibuk melihat apakah pujaan hatinya melihat kelakuan khilaf yang barusan ia lakukan kepada Fano.

Malas terus berurusan dengan Naina, Fano berbalik lalu meninggalkan gadis yang matanya sedang sibuk mencari di mana sosok Fathan berada.

"Yah ditinggalin." Naina melihat Fano yang sudah jauh meninggalkan depan kantor dan kini sudah hampir masuk ke dalam kelasnya. Memastikan sudah tidak ada pengumuman lagi, Naina juga ikut berbalik badan lalu berjalan menuju pada kelas tercintanya.

Senyum pada bibir Naina terus mengembang, kejadian saat Fathan berkenalan dengannya terus saja terputar pada memori otak. Naina tidak pernah menyangka jika Fathan akan mengajaknya berkenalan, Fathan juga berbicara dengan ragam tadi, Naina rasa sekarang otaknya tidak akan berfungsi untuk belajar. Sekarang dalam otak Naina yang paling dalam hanya ada nama Fathan, laki-laki itu berhasil membuat Naina terbayang-bayang akan senyum serta tawanya yang khas.

ALFANO [SLStory]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang