Suatu hari yang menyenangkan untuk Naina. Gadis itu kini akan menjalani hari demi hari dengan melihat wajah tampan Fathan selama berlangsungnya UTS. Naina akan semakin gencar untuk berusaha lebih dekat lagi dengan lelaki pujaanya.
Seperti sekarang ini. Gadis dengan rambut sebahu itu sudah duduk manis pada mejanya menunggu yang ia tunggu-tunggu datang. Tidak bagi Naina jika duduk sedikit berjauhan. Terpenting adalah mereka berada di satu ruangan yang sama.
"Pagi Naina."
Pucuk di cinta Fathan pun tiba. Dengan senyum sumringah Naina menatap Fathan yang baru saja menyapanya. Gadis itu kentara sekali sedang salah tingkah membuat Fathan semakin tersenyum memperhatikan.
"Udah sarapan belum Nai?" tanya Fathan yang baru saja meletakkan tasnya lalu kini berjalan ke arahnya untuk menghampiri Fano yang juga baru sampai sama seperti dirinya.
"Udah. Tadi pa-pagi sarapan." Gadis itu masih saja sedikit terbakar jika dihadapkan dengan Fathan.
"Ini juga masih pagi tau Nai."
"Eh? Iya juga sih."
"Fano kemarin anterin lu balik ya?" Gadis itu hanya mengangguk saja.
"Balik sama gua aja nanti. Rumah Lo kayaknya searah sama gua ketimbang Fano. Kasian sohib gua bolak balik."
"Emang boleh?"
"Boleh aja lah. Gua kan yang nawarin juga."
Jika saja Naina tak punya malu, sudah iya jawab dengan persetujuan di setrai sebuah teriakan khas miliknya yang sangat menggangu telinga itu. Rasanya Naina hari ini ingin selalu tersenyum karena sangat bahagia akan pulang bersama lelaki pujaanya itu. Tolong Naina sangat berharap ini kebahagiaan bisa di rasakan.
"Gak bohongan kan?" Kali ini Naina bertanya dengan nada serius.
"Bener geh. Masa bohong."
"Okedeh Naina pegang ya janji dan tawarannya."
Selepas Fathan pergi entah kemana tapi yang jelas keluar kelas. Naina langsung saja senyam-senyum tidak jelas dan beberapa kali mencubit pipinya lalu setelahnya ia akan berteriak karena ulahnya sendiri untuk menyakiti diri sendiri.
"Bisa diem ga sih? Suara Lo bising."
Laki-laki yang duduk di belakang nya ini akhirnya membuka suara setelah dari tadi hanya diam mengamati. Naina yang seperti kesurupan itu seketika berhenti lalu membalikkan tubuhnya menghadap belakang.
"Fano barusan liat kan? Liat kan? Yakan?" Kini gadis itu asik menggenggam tangan Fano untuk mempertanyakan apakan moment tadi juga di lihat oleh Fano.
"Fathan nawarin anterin Naina balik! Liat kan Fano?" Gadis itu semakin sumringah namun Fano sama sekali tak merespon bahkan menjawab.
"Fano liat kan? Fano!!"
"Hmmmm."
"Naina senang banget tau!!! Ga nyangka!!!" Gadis itu berbicara dengan nada berbinar juga antusias. Tangan semakin erat menggenggam tangan Fano karena semakin merasa senang.
"Naina ada kemajuan Fano!"
"Iya."
"Fano seneng ga?"
"Hmm."
"yess!!! Sayang deh sama Fano," ucap Naina melepaskan genggamannya pada Fano lalu mengacak singkat rambut lelaki itu setelahnya ia berbalik dan kembali pada posisi semua masih dengan senyum kebahagiaannya.
Fano hanya bisa menarik napas lalu mengeluarkannya perlahan. Geleng-geleng kepala lalu terheran-heran yang bisa ia lakukan. Bisa-bisanya sebahagia itu hanya di tawari pulang oleh Fathan. Bahagianya melebihi orang yang dapat uang kejutan juga menang lotre.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFANO [SLStory]
Roman pour AdolescentsAlfano Rajendra, laki laki tampan yang selalu saja bisa memikat setiap wanita hanya dengan tatapan. Laki laki yang selalu bersikap baik pada siapapun. Terkenal kebaikannya membuat ia masuk ke dalam sebuah cerita dimana seorang Naina dengan tiba tiba...