Annyeong, jangan lupa buat vote coment dan maafkan kalau masih ada typo.
______________________________________
"Fano!!" Naina dengan setengah berlari menghampiri Fano yang sudah membuka pintu mobil dan ingin masuk, namun ia hentikan ketika mendengar suara kaleng rombengan khas Naina menggema di parkiran.
Fano kembali menutup mobilnya lalu menatap Naina tajam seolah ia sedang berkata 'apa'. Banyak dari mereka yang berada di parkiran memperhatikan Naina, gadis ini sangat berani untuk memanggil Fano dengan berteriak, bahkan gadis lain tidak akan berani berteriak memanggil Fano begitu karena pastinya Fano akan memberikan tatapan tajam dan menusuk yang membuat mereka takut, namun bukan Naina jika tidak berbeda dari yang lain, menurut Naina tatapan Fano adalah tatapan orang yang menyedihkan, tatapan tajam dan menusuk itu bagi Naina seperti mata yang tidak misa berkedip alias menyakitkan, dan itu hanya pikiran bodoh Naina yang entah tidak tau maksudnya.
"Naina ikut pulang ya? Boleh ya?" Naina menyatukan kedua telapak tangannya memohon pada Fano yang masih setia menatap nya dengan tatapan tajam.
"Gua ga pulang."
"Kalo ga pulang mau kemana? Naina ikut juga ya, sekalian Fano jajanin Naina," ucap Naina tanpa dosa, bisa-bisanya ia berbicara begitu pada Fano layaknya ia sudah mengenal dekat Fano. Lama-kelamaan Fano jadi sedikit tidak suka dengan Naina, sikap kekanak-kanakan nainaembuat Fano jengah.
Fano mengabaikan ucapan Naina lalu ia membuka pintu mobilnya mengambil sebuah paper bag. Fano berjalan kembali ke area sekolah membuat Naina bingung, harapan Naina untuk pulang saat ini adalah Fano, jika saja Naina ingat alamat rumahnya mungkin tadi Naina sudah pulang bersama Rafael dan sekarang Naina sudah rebahan di atas kasur nyamannya itu.
"Fano!!! Naina tungguin dong! Fano jahat ih!!!" Sekarang Naina berlari mengejar laki-laki yang sama sekali tidak perduli dan malah menuliskan telinganya agar Naina cepat menjauh darinya.
"Nai, Lo kenapa lari-lari?" Kegiatan berlari Naina terhenti karena laki-laki dengan seragam basket itu menghalangi jalannya membuat Naina mendengkus kesal, harusnya iai ggir agar Naina bisa mengejar Fano namun ternyata laki-laki itu malah berdiri di tengah jalan, Naina tidak akan bisa berfikir untuk mengambil langkah ke arah kanan atau kiri karena gadis itu jarang menggunakan otaknya.
"Aish!!!! Akar Lo ngapain sih ngalahin jalan gua?!" laki-laki yang menghalangi jalan Naina adalah Afkar, namanya adalah Naufal Afkar namun mulut asal Naina selalu memanggilnya Akar, ia adalah salah satu anggota tim basket Alexis.
"Afkar Nai, bukan Akar, Lo kita gua akar kelapa."
"Tuh kan! Naina ketinggalan Fano, nasib Naina gimana coba sekarang?" Naina merubah wajahnya menjadi cemberut namun dalam penglihatan Afkar Naina malah terlihat sangat menggemaskan meski beberapa detik kemudian Afkar akan tetap memandang Naina sebagai gadis perusak gendang telinga.
"Emang Fano ngapain Lo? ngehamilin
Lo? tapi, menurut gua Fano juga bakal milih yang bagusan dikit lah, ga mungkin banget Fano mau sama model kaleng rombengan macem Lo." seketika Naina jadi kesal dengan Afkar, seenaknya saja ia berbicara begitu dan di depan dirinya langsung."Lo berisik tau ga, sekarang gua harus ngapain coba? Gantinya ilang!!"
"Naina Atrisia, Fano ke lapangan, ini jadwal latihan basket dan Lo juga latihan," ucap Afkar sangat lembut pada Naina dengan tujuan gadis itu akan mengerti ucapannya.
"Emang iya? Kok Lo tau? Lo suka cari tau tentang gua ya? Kok Lo tau gua ikut basket? Gua saranin Lo jangan naksir gua ya Kar, gua sukanya sama Fathan dan gua mohon Lo jangan ngarep gua suka balik." Afkar yang mendengar semua ucapan Naina rasanya ingin sekali menendang Naina sampai ke bulan, Afkar tidak habis pikir ternyata ada gadis seper Aya diri Naina.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFANO [SLStory]
Teen FictionAlfano Rajendra, laki laki tampan yang selalu saja bisa memikat setiap wanita hanya dengan tatapan. Laki laki yang selalu bersikap baik pada siapapun. Terkenal kebaikannya membuat ia masuk ke dalam sebuah cerita dimana seorang Naina dengan tiba tiba...