16. sakit

37 3 10
                                    

Hayo vote komennya mana❤️
Semoga suka


***



Sepulang sekolah Evelyn meminta Bara menemuinya segera di gerbang SMA Nusa Karya. Bukan apa apa, dirinya hanya ingin meminta tolong agar diantar ke rumah Alkena. Lumayan, selagi ada sahabat bisa hemat ongkos kan? Selain berniat mengambil motornya yang kemarin ia tinggal disana. Ia juga ingin menjenguk laki laki itu.

Dengar dengar dari Alkana, katanya kakak kembarnya itu tidak masuk sekolah karena sakit. Evelyn jadi merasa bersalah, mengingat kalau dirinya kemarin yang menyarankan untuk menerobos hujan malam malam.

Evelyn menggerutu, melirik jam di ponselnya. Menunggu Bara yang tak kunjung menampakan batang hidungnya.

"Ini bocah kalo dateng, gue tebas lehernya." Evelyn tak henti hentinya mengomel. Hingga deru suara khas motor milik Bara mendekat ke arahnya.

Evelyn berkacak pinggang, "Lama banget, njing. Tawuran mulu pasti, pegel nih kaki gue gara gara nungguin lo."

Bara menaikkan satu alisnya, laki laki itu menyentil dahi gadis itu hingga terpekik.

"Ada gitu orang minta tolong malah maki maki. Kalo bukan sahabat, udah gue jual lo biar jadi ani ani."

"Nyenyenye bacott."

Tanpa memperdulikan Bara yang kesal, gadis itu langsung naik ke jok motor milik Bara. Keduanya membelah kebisingan ibu kota. Hingga motor milik Bara sampai di depan gerbang rumah Alkena.

"Bener nih rumahnya?"

Evelyn turun, lalu mengangguk cepat.

"Iye bener elah, udah sono lu balik. Gue mau ambil motor gue."

"Gatau terima kasih banget lo monyet! Minimal  susi tei lah."

"Idih gegayaan lo makan susi. Biasanya aja makan nasi kucing."

Gini nih, kalo manusia tapi hatinya kaya setan. Rasanya pengen Bara buang gadis itu ke rawa rawa.

"Tai lo. Yaudeh gue cabut. Awas lo kalo butuh gue, ga lagi lagi gue mau bantu." Bara mendengus kesal, membuat Evelyn terkekeh. Laki laki itu kembali melajukan motornya, meninggalkan Evelyn yang kini memasuki halaman rumah Alkena.

Evelyn memencet bel yang ada disana. Tak lama wanita paruh baya keluar dibalik pintu bercat putih itu.

"Evelyn? masuk sini cantik." Seperti biasa, senyum hangat Bunda Nara menyambutnya dengan senang hati.

Gadis itu tersenyum kikuk, "Katanya Ken sakit ya, Bun? Boleh Evelyn jenguk kan?"

"Ya boleh banget dong, sayang. Masa mau jenguk ngga boleh. Kamar Ken ada dilantai atas, pintu warna abu abu. Kamu masuk aja ya, Buna mau angkat jemuran dulu."

"Iya Bun, maaf ya. Gara gara nganter Evelyn, Ken jadi sakit." Evelyn menunduk merasa bersalah.

Nara menarik dagu Evelyn lembut agar anak itu menatapnya. "Evelyn, ini bukan salah kamu nak. Emang lagi musimnya sakit aja. Gapapa kok, nanti juga mendingan anaknya."

Mendengar penuturan lembut Bunda Nara, membuat gadis itu tersenyum hangat.

"Buruan gih samper, Ken."

Evelyn menurut, ia mengangguk lalu segera berlari menaiki satu persatu anak tangga. Dengan ragu ia buka pintu bercat abu abu itu. Aroma khas milik Alkena langsung menguar di indra penciumannya. Matanya menelisik menatap kamar Alkena yang sangat rapih. Buku buku tebal yang tersusun rapih, gitar yang tergantung, atau bahkan sepeda yang terparkir rapih di dekat jendela balkon itu.

to ALKENA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang