6. Salah orang

168 26 7
                                    

Kantin sekolah masih terlihat sepi. Tentu saja karena memang ini bukan jamnya istirahat. Di meja pojok kantin, seorang gadis tengah menyantap makanannya dengan lahap. Dua posri mie ayam, katakan saja jika perutnya itu perut karet. Cewek porsi makan kuli! Masa bodo dengan persoalan ia akan menjadi gendut, tembem, bulet atau apalah itu. Nyatanya selama ini walaupun posri makannya banyak, badannya tetap saja mungil.

Fisik itu bukan penentu kualitas manusia. Namun, kebanyakan orang seringkali meremehkan orang lain hanya karna melihat fisiknya. Dunia memang aneh, ingin di manusiakan tapi pilih pilih dalam memanusiakan manusia. Ada ada saja.

Gadis itu mendorong mangkok mie ayam terakhirnya yang sudah habis tak bersisa. Lalu menyeruput es tehnya.

"Alhamdulillah, ya gusti! Kenyang bener" gadis itu mengusap perutnya yang sudah terisi penuh.

Persiapan tenaga, jika sewaktu waktu hukuman menghampirinya.

Matanya menelisik, takut takut ada guru datang dan menjewernya hingga kupingnya lepas.

Gadis itu beranjak, melangkahkan kakinya menuju tempat persembunyian dengan tangan membawa cup es teh yang masih tersisa. Seharusnya ia menjalankan hukuman, Tapi lihatlah? Gadis ini lebih memilih mengisi perutnya dari pada menjalankan hukuman. Siapa lagi siswi yang berani seperti ini di SMA Nusa Karya kalau bukan, Evelyna?

Kakinya tiba tiba berhenti, menatap punggung tegap yang tengah berlari meneteng tas di pundaknya. Itu Alkena?

Tangannya dengan refleks melempar punggung tegap itu dengan cup sisa es tehnya. Cowok itu nampak berbalik sambil mengusap kepalanya.

"Balikin ponsel gue sini! Sialan!" Kesal Evelyn, ia berkacak pinggang menatap manusia dihadapannya dengan tajam.

Bukannya menjawab, cowok dihadapannya ini justru hanya diam. Keningnya tampak berkerut.

"Woe! Malah diem lagi nih anak! Balikin ponsel gue" Evelyn kembali bersuara dengan nada tinggi.

"Ponsel apaan dah?" 

"Nggak usah sok bego gitu deh lo, ya ponsel gue lah! Siniin buruan!" Evelyn menengadahkan tangan kanannya.

"Apaan dah gue kagak ngarti, gue gak kenal lo" ucap cowok itu kemudian melangkahkan kakinya.

"Eh anjir! Jangan belaga amnesia lo" Evelyn menahannya, bagaimana bisa manusia ini lupa? Bahkan ketika ia masuk kelas, ponselnya justru tetap dibawa. Sialan!

"Gue nggak tau ponsel lo itu, cantik. Udah ya gue mau kabur dulu. Jangan ganggu lagi, oke."

Tunggu tunggu? Cantik? Kabur? Ketos ini kemasukan jin?

"Cih! Nggak usah sok manis lo!" Evelyn berdecih, kemudian melipat tangan di depan dada "Oh, jadi gini kelakuan ketua OSIS. Tukang bolos, huh?" Evelyn tersenyum miring.

Cowok itu nampak terkejut, kemudian menepuk jidatnya pelan.

"Astagaaa! Pasti lo ngira gue abang gue ya? Si Alkena? Gue bukan Alkena gue kembarannya. Gue Alka, murid baru disini."

Evelyn mengerutkan keningnya, ini hanya akal akalan Alkena atau bagaimana? Belum sempat Evelyn bertanya, cowok yang mengaku sebagai Alka itu sudah berlari meninggalkannya.

"EH? WOI ANJING! MAU KEMANA LO!?" teriak Evelyn, namun tak di hiraukan Alka.

"NGIBULIN GUE KAGAK LO?! WO--"

"Bagus, Evelyn!"

Suara itu membuat Evelyn merinding. Ia menoleh, menampakan Pak Juwo yang sedang menatapnya tajam.

to ALKENA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang