Bagian 23

142 9 2
                                    

Adzan magrib mengejutkan Meisya yang larut dengan keyboard laptop sembari bersandar di kepala ranjang. Perempuan itu segera bangkit menggelengkan kepala dan memijat tengkuknya demi melemaskan leher nan kaku, lalu kedua tangannya beralih kebagian belakang tubuhnya. Mengusap pinggang yang serasa panas jelang lima bulan usia kandungan Meisya merasakan perutnya semakin tinggi bahkan tak jarang ditengah lelapnya Meisya terbangun merasakan sakit dan kram yang melanda dibagian bawah perut dan betis. Sembari memegang pinggang yang masih kaku, Meisya melangkah menuju pintu berbahan stenlis yang terdapat diruangan.

Sebulan yang lalu Arven membobol dinding, menghubungkannya dengan kamar mandi yang baru saja dibuatnya dilahan kosong yang terdapat disamping kamar Meisya.

Entah apa tujuan Arven, pastinya Meisya sangat berterimakasih dikarenakan ia tak perlu repot keluar masuk kamar mandi dalam keadaan berbusana lengkap. Ditambah perutnya yang semakin membuncit pastinya ia mengalami kesulitan saat mengenakan baju dan kaos kaki didalam ruangan sempit tersebut.

Usai berwudhu, Meisya membentangkan sajadah lalu mengenakan perlengkapan sholat. Perempuan itu menyentuh perutnya mengusap lembut disetiap sisi. janin mungil itu bergerak, ia segera merespon sentuhan sang Bunda.

" Ayo sayang, kita sholat magrib tiga rakaat, semoga Allah jadikan kamu anak yang sholeh sholihah, menjadi penghafal Al-Qur'an dan Sunnah, faham dalam agama, diberkahi kehidupan di dunia dan akhirat" Menjadi kebiasaan Meisya mengajak anaknya berbicara disetiap kegiatan yang ia lakukan.

" Ya tuhan, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat. ya tuhan kami, perkenankan lah do'aku" (QS. Ibrahim ayat 40)

Penuh hikmat dan penghabaan, Meisya mengangkat kedua tangan bertakbir dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah tuhan semesta alam.

Satu persatu rangkaian gerakan Meisya lakukan setumakninah mungkin berusaha meninggalkan sejenak segera urusan dunia.

Berlama di sujud terakhirnya, rangkaian do'a demi si buah hati tak lupa Meisya panjatkan. Meminta agar anaknya sehat, sempurna, berakal cerdas, dan berilmu lagi beramal. diberikan kebarokahan, terhindar dari mara bahaya serta menjadi zuriat yang berbakti. dipenuhi hatinya dengan cahaya dan hikmah. menjadi umat yang pantas menerima nikmat dari Allah.

" Meisya"

Terdengar ketukan dan panggilan Arven tepat saat Meisya mengakhiri sholatnya, usai mengucapkan salam ia pun menjawab seruan tersebut.

" Sebentar bang!"

Dengan masih berpakaian sholat lengkap Meisya membuka pintu kamar yang tidak jauh dari ruang makan membuat Meisya mencium jelas aroma yang mengguar dari kardus kuning yang terletak diatas meja. Perpaduan lelehan butter, cokelat, kacang dan keju membuat ia menelan ludah. Cacing diperut Meisya pun turut memberontak.

" Ada apa bang?" Meisya menoleh pada Arven yang sibuk dengan benda digenggamannya.

" Makan" Arven menjawab pertanyaan Meisya tanpa menolehkan pandangannya dari tuts smartphonenya.

" Meisya masih kenyang"

" Makan sekarang! Ingat ada nyawa didalam perutmu, aku nggak mau anakku kelaparan"

Meisya tersentak empat bulan lebih mengandung darah daging Arven, baru kali ini laki-laki itu menyebut 'anakku' apakah ini mimpi? Atau ada yang salah dipendengarannya?.

Sudut mata Meisya menggenang, ia tak dapat menahan rasa haru yang seketika menyeruak dihatinya. benarkah kata-kata itu terucap dari bibir laki-laki yang telah mengabaikan mereka berbulan-bulan lamanya? Tak mau ketahuan Arven, Meisya segera memalingkan wajah dan menghapus secepat mungkin dua bulir bening yang telah menetes.

TAKDIR CINTA [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang