Bagian 53

125 6 3
                                    

Matanya yang sayu menatap foto pernikahan yang terpajang diruang keluarga, seolah menegaskan bahwa rumah ini milik mereka bersama sebagai pasangan suami istri. Akan tetapi rumah itu hanyalah sebuah bangunan yang megah tapi dingin, bahkan baginya rumah bak istana itu hanyalah kuburan yang menyesakkan.

" YEAYYYYY...PAPI PULANG!!" Suara cempreng itu menyadarkan lamunannya. Dia menoleh pada putrinya yang berlari menghampiri sang ayah."Papi bawa apa?" Tanyanya dengan ceria saat melihat sang ayah membawa sebuah paper bag.

" Hadiah untuk putri Papi yang cantik"

Dia hanya tersenyum kecut melihat senyum sang suami yang mengembang sempurna dihadapan putrinya, sedangkan dihadapannya sendiri maka pria itu akan seperti manusia robot yang tak punya ekspresi apapun.

" Siapkan makan malam" Titah sang suami bahkan tanpa meliriknya walau hanya sekilas.

" Ada yang mau aku bicarakan sama kamu" Ujarnya sembari meremas baju. Kilat matanya menyiratkan ada yang mendesak dalam jiwanya."Ini penting, mas"

" Ellea dan Elvan udah makan?"

Dia mempercepat langkahnya mengejar sang suami."Aku sama anak-anak udah makan jam tujuh tadi"

Bukannya percaya pada apa yang istrinya katakan, pria itu justru menatap Ellea kemudian bertanya."Apa Ellea udah makan malam, sayang?"

Ia langsung tersenyum sinis dengan berkaca-kaca."Hanya karena aku ibu tiri, kamu pikir aku akan menelantarkan Ellea dan Elvan?" Desisnya yang sudah tidak tahan lagi dengan sikap suaminya. Sedangkan sang pria bersikap acuh seakan tak peduli dengan perasaan istrinya yang pasti sangat tersinggung.

" Udah Pi" Jawab Ellea dengan senyum lebar dibibirnya."Tadi tante Arnessa suapin, makan udang bakar enak! kak Elvan juga udah makan, sekarang lagi belajar dikamar"

" Udah denger?" Geram Arnessa tapi pria itu masih mengabaikan keberadaannya."Sekarang aku mau bicara sama mas Kafka!"

" Aku mau nemenin Ellea baca buku" Kafka hendak membawa Ellea ke kamar tapi Arnessa langsung menghadang langkahnya.

Wanita itu menarik napas panjang berusaha menenangkan hatinya yang bergemuruh."Ellea sayang" Arnessa mengurangi senyum lembut untuk Ellea yang sudah ia anggap putrinya sendiri."Sekarang Ellea ke kamar duluan ya, Papi sama tante ingin bicara"

Sakit, sebenarnya. Arnessa merasa sangat sakit karena anak-anaknya Kafka masih memanggilnya 'Tante' padahal sudah dua tahun dia memiliki posisi sebagai ibu kedua putra putri Kafka? Yah, walaupun hanya ibu tiri.

" Oke, tante" Ellea mengacungkan kedua jempolnya. Setelah itu berlari ke kamarnya.

" Apa?" Ketus Kafka tanpa mau memandang wajah istrinya.

Arnessa tak langsung menjawab dia pergi ke ruang keluarga untuk mengambil sebuah amplop cokelat. Kafka membuntutinya dari belakang dan ia langsung menerima saat Arnessa memberikan amplop tersebut tanpa bertanya.

Arnessa menelisik wajah sang suami saat membuka isi amplop yang merupakan surat tuntutan cerai. Tak ada keterkejutan sama sekali diwajah Kafka Garyon, ekspresi wajahnya masih datar seperti papan bahkan sorot matanya terlalu tenang untuk pria yang baru saja disuguhkan surat cerai oleh istri yang sudah dinikahinya dua tahun lalu.

" Alasannya?" Kafka mengangkat ujung alisnya.

" Kamu nggak bisa baca?" Sarkas Arnessa."Kamu nggak pernah memperlakukan aku layaknya seorang istri, padahal kita udah menikah selama dua tahun! Kamu nggak mau berbagi kamar dan aku terpaksa harus tidur sama Ellea. Sebagai istri aku nggak mendapatkan hakku sama sekali dan alesan itu cukup kuat untuk menuntut cerai"

TAKDIR CINTA [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang