Bagian 52

128 8 3
                                    

Sepasang kaki kecil terus berlarian sejauh mungkin, yang bisa ia tempuh jantungnya berdetak kencang dengan tubuh yang terus gemetar, berusaha menghilang di keramaian. Langit diatasnya telah gelap dengan kumpulan awan hitam yang membendung sinar matahari. Tetesan air mulai turun, kian deras satu suara perlahan meredam isak gemetar seorang anak.

Anak kecil tersebut meringkuk memeluk lutut, seluruh tubuhnya gemetar menggigit bibir kuat-kuat. Napas pria kecil bernetra cokelat itu kian berat, terperangah patah-patah sembari sebelah tangannya memegangi dada yang terasa terhimpit sesak. Tak kuat lagi ia berlari, tak kuasa lagi untuk menjauh pergi.

" Ayah Tio nggak mau Aska lagi, ayah Tio buang Aska"

Netra sang pria kecil memerah dengan napas kian tercekat. Mulutnya terbuka tiada suara lagi keluar, juga wajahnya kian pias meringkuk dipojok bangku sebuah halte bus didekat minimarket. Sepasang tangan kecil terulur mendekap tubuh kecilnya yang terus gemetar itu kuat-kuat.

" Sssttt...pergi...pergi...rasa sakit pergi"

Perlahan tangan yang lebih besar itu menutup mulut kecil anak tersebut. Membiarkannya agar bernapas melalui hidung."Gapapa tenanglah kamu udah aman...disini aman"

Pria kecil itu mendongak dengan mata berair kearah seorang wanita cantik dengan rambut bergelombang dan pakaian yang kelihatannya mahal diujung mata, wanita itu tersenyum lebar.

" Astaga...anak ini" Ujar wanita itu menepuk pundak pria kecil lembut, sesaat ia terkejut saat melihat dahi anak itu terluka juga beberapa lebam diwajahnya.

Perlahan tubuh anak tersebut bergetar, napasnya melalui hidung mulai teratur. Suara hujan kini mulai terdengar beraturan tak lagi terkalahkan dengan detak jantung anak tersebut yang berdetak kencang seperti sebelumnya.

" Kamu udah tenang?" Tanya wanita yang duduk tenang disebelahnya, tetap membiarkan telapak tangan itu menutupi mulut sang pria kecil.

" Gapapa bernapas secara perlahan"

Entah mengapa rasa hangat mengalir dihati sang pria kecil. Ia mendekap telapak tangan yang menutup mulutnya dengan tangan kecil miliknya. Menghirup aroma wewangian yang segar menguar dari tangan mulus itu perlahan.

Lima belas menit berlalu, mereka duduk bersisihan saat pria kecil itu sudah tenang dan kini jarak sekitar tiga jengkal diantara mereka. Kemudian setelah tenang, pria kecil itu tiba-tiba menepis dan mendorong kecil wanita dewasa itu agar menjauh. Mereka menatap kedepan pada air yang terus tumpah menimpa atap halte bus yang hanya ada mereka disana, hanya ada sesekali kendaraan yang lewat juga minimarket didepan seakan mati aktivitasnya sesaat.

Wanita cantik itu menghela nafas panjang, membuka bungkus es krim yang separuh bagiannya sudah meleleh, ia meringis ngilu saat gigi sensitifnya merasakan rasa dingin yang tiba-tiba menyerang. Sedangkan pria kecil disebelahnya mengernyit bingung karena hal aneh seseorang memakan es krim di cuaca hujan seperti ini. Satu buah sosis menyentuh bahu pria kecil, anak itu segera menepis tangan wanita tersebut kasar hingga sosis itu terjatuh.

" Kenapa lagi?" Tanya wanita itu menghela nafas, ia merunduk pada tanah untuk memungut kembali sosis yang terjatuh dan kembali menyodorkan pada pria kecil itu.

" Tidak mau!" Teriak anak itu dengan dada naik turun kesal, kakinya terjulur hampir menendang wanita dewasa disisinya tapi tidak sempat karena kakinya yang ditangkap terlebih dahulu tak sampai disitu tangan kecil terangkat bersiap memukuli sang wanita itu, tapi tangannya lagi-lagi ditangkap hingga es krimnya juga sosis yang sejak tadi dipegang terjatuh.

Pria kecil itu menggigit tangan si wanita hingga wanita itu berjengit kaget. Melepas cengkraman pada anak kecil tersebut."Astaga nih anak kayak anjing liar yang belum jinak, bahkan kamu menggigitku" Dia menggeleng tak percaya.

TAKDIR CINTA [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang