" Bun, bekal Iyya udah dibikinin?" Suara riang gadis kecil menyentak Meisya tentang lamunannya dimasa lalu.
" Udah dong, sesuai pesanan Fiyya"
" Ayamnya yang banyak kan, Bun?"
" Bunda kasih dua potong, tapi harus dimakan sama nasinya. Sayur juga harus habis" Terang Meisya, ia pandang gadis cantik disampingnya lalu mencubit pipinya karena gemas.
" Ihh, sakit Bun! Nanti pipi Iyya makin gendut loh" Protes sang putri
Meisya tertawa begitupun dengan Ruby dan Arnessa sementara Grace tengah memandikan Aruna. Meisya berjalan mengambil bekal untuk anaknya."Gapapa dong, Bunda jadi tambah gampang nyubitnya"
" Nggak mau, Bun. Aku kan mau jadi model, badanku harus langsing" Sahut Fiyya. Gadis kecil itu merajuk, menghentakkan kakinya dengan kuat saat mendekati sang ibu.
Meisya terbahak mendengar celotehan di kecil. Bagaimana bisa anak berusia belum genap lima tahun tetapi sudah secerewet ini? Sama sekali tak menuruni sifat Meisya kecil yang begitu pendiam.
" Tapi Bunda pengennya kamu jadi dokter loh, nanti kalo Bunda sakit kamu bisa sembuhin" Tutur Meisya seraya mengelus rambut putrinya.
" Iyya takut, Bun. Banyak darah dan luka, Iyya mau jadi model terkenal aja, biar kalo Bunda sakit Iyya bisa bayar dokternya" Celoteh gadis kecil itu, lalu menenggak habis segelas susu coklat kesukaannya.
satu piring roti dan segelas susu sudah masuk ke perut kecil Fiyya, anak itu memang lebih suka makan dengan roti dan segelas susu daripada makan nasi.
" Pinter banget sih, anak siapa ini?" Tanya Arnessa tepat saat Meisya berjalan menuju wastafel untuk mencuci gelas Fiyya.
" Anak Bunda Meisya dong" Ucapnya lalu berlari memeluk pinggang Bundanya."Iyya sayang banget sama Bunda"
" Bunda juga sayang banget sama Fiyya, Fiyya harus jadi anak hebat ya supaya nanti nggak di remehin sama orang lain"
" Siap Bunda!"
Meisya mengurai tangan anaknya yang melingkarinya. Ia berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka. Meisya meraih tubuh mungil itu, lalu membawa ke pelukannya.
Fiyya adalah alasan untuknya tetap bertahan.
" Ambil tasnya sekarang sayang, spesial untuk hari Tante Ruby yang bakalan anter" Celetuk Ruby mengalihkan momen haru ibu dan anak itu.
" Lho? Tante Ruby bukanya mau pulang ke Jakarta?" Tanya Fiyya bingung.
" Pulangnya nanti abis nganterin Fiyya"
" Oke!" Fiyya segera berjalan menuju kamarnya, mengambil tas lalu keluar lagi dan berjalan menuju ruang makan. Memasukkan bekal dalam tas, ia lalu berjalan keluar bersama Ruby juga Meisya yang ikut mengantarnya sampai depan rumah sementara Arnessa memilih untuk membereskan barang-barangnya yang semalam masih ada beberapa yang belum di packing.
" Inget pesen Bunda?" Tanya Meisya setelah mereka diteras rumah.
" Nggak boleh jajan sembarangan, nggak boleh jahat sama temennya, harus nurut sama Bu guru" Jawab Fiyya lugas.
" Pinter"
" Ayo naik" Ujar Ruby setelah memanasi motor Meisya.
Fiyya melambaikan tangannya kearah Meisya dan langsung dibalas sang ibunda. Setelah memastikan motor yang membawa Ruby dan Fiyya tak terlihat lagi dari pandangannya Meisya kembali memasuki rumah.
Terlihat Arnessa tengah meresletingkan tasnya yang baru saja selesai dirapikan. Disebelahnya ada Grace yang sedang memakain pakaian pada Aruna.
" Udah beres semua Nes?"
![](https://img.wattpad.com/cover/341482030-288-k101634.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [END✓]
De TodoDitawarin pacaran tapi memilih menikah, meskipun hanya pernikahan siri. Cinta yang awalnya dipikir tulus, nyatanya hanyalah karena sebuah alasan tertentu. Lika-liku perjalanan cinta antara seorang Hafizah cantik dan cowok berandalan yang hobi gonta...