Bagian 69

53 5 0
                                    

" Daddy?" Grace berdiri ditengah banyaknya ilalang dandelion yang tumbuh subur menyentuh pinggang. Grace suka suasana ini, tenang sekali.

" Daddy ngapain disini sendirian? Ayo pergi sama Cia, Dad" Ajaknya ketika tiba disebelah Rafa.

" Bukan Daddy yang harus pergi, tapi kamu. Tempat kamu bukan disini Cia" Terang Rafa, netra mereka berakhir bertemu.

" Tapi aku lebih seneng disini, bisa bareng-bareng sama Daddy lagi" Grace menggenggam tangan sang Daddy yang dingin."Boleh kan, Cia nemenin Daddy disini?"

" Kalo kamu disini, siapa nanti yang nemenin Mommy, Kai sama anak-anak kamu? Mereka ingin kamu pulang, Nak" bujuk Rafa lembut, entah dimata Rafa kali ini anak gadisnya itu lebih dewasa.

" Tapi, Dad. Aku juga ingin pulang, aku kangen Daddy" Ungkap Grace tidak bisa bohong akan rasa rindu yang menggebu.

" Daddy bakal sering samperin kamu lewat mimpi" Pria itu menangkup kedua pipi sang putri. Mata saling tatap dalam sekali, Rafa menghantarkan keyakinan.

" Coba Cia denger, mereka masih butuh Cia dibanding Daddy" Lanjut Rafa pada Grace larut dalam tatapan teduh itu.

Samar-samar Grace mendengar raungan tangis yang kedengaran jauh tapi menyesakkan sampai dia turut merasakan, suara rintihan yang memintanya membuka mata. Timbul perasaan ingin kembali sedikit demi sedikit menembus ke relung hati.

Grace memeluk sang Daddy erat sekali, karena dia sadar, dia akan lama tidak merasakan pelukan hangat yang sejenak mampu melupakan kemelut serba serbi hidup. Dikecupnya kening Rafa dalam sisa waktu yang tidak seberapa lagi.

" Nanti kita ketemu lagi, kan?" Hanya itu yang mampu Grace suarakan.

Kepala Rafa terangguk bersamaan dengan air mata yang terus terjun. Dia paksakan bibirnya melengkung sempurna untuk melepas kembalinya Grace pada tempat yang memang seharusnya menjadi milik perempuan itu.

" Seperti yang pernah Daddy bilang, kalo Daddy bakal temuin kamu di mimpi"

Detik itu, Grace kembali berada di ruangan serba putih. banyak kabel menempel didada dan perut dimatanya semua terlihat berbayang kabur. Ada Rena yang memeluknya erat sekali sambil menangis meratapi berbisik rintihan pada telinga Grace memohon untuk tidak pergi meninggalkan dunia. Lalu disisi lain ada Kai yang menggenggam tangannya erat. Menciumnya dan berkata untuk Grace tetap kuat.

" Mommy...Kai..." Ucap Grace lirih

" Grace! Puji Tuhan akhirnya kamu sadar juga nak" Rena mengucap syukur karena sang putri berhasil melewati masa kritisnya.

Tanpa kata Kai langsung keluar memanggil dokter agar segera memeriksa keadaan Grace.

Disisi lain, Arnessa berjalan bersama Ruby dan Callista ketiga perempuan itu baru saja dari kantin RS untuk mengisi perut. Setelah mendapat kabar dari Kai kalo Grace udah siuman mereka bergegas kembali ke ruangan tempat Grace di rawat namun dipersimpangan lorong arah ke devisi kandungan mereka melihat Kafka yang tengah berjalan beriringan dengan Delima.

" Mas, kamu ngapain disini? Terus ini kenapa bisa bareng sama bunda Delima? Kalian berdua mau ngapain ke dokter kandungan?" Tanya Arnessa beruntun ketika tiba didekat Kafka.

" Arnessa?" Kafka terkejut mendapati Arnessa berada ditempat yang sama dengannya."Apa yang kamu lakukan disini?"

" Seharusnya aku yang nanya gitu mas"

Bungkam seribu bahasa. Kafka sama sekali tidak menjawab begitu pun dengan Delima yang nampak semakin pucat pasi.

" Oh, jangan bilang diam-diam kalian selingkuh ya dibelakang Arnessa? Terus sekarang mau periksa kehamilan karena nih cewek hamidun, iya kan?" Cerocos Callista

TAKDIR CINTA [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang