" Kamu mau aku masakin apa?"
" Steak" Jawab Grace semangat, dia baru pulang dari RS tiga hari lalu jadi hari ini Kai membuat acara kecil-kecilan yang hanya dihadiri oleh pihak keluarga untuk merayakan kepulangan Grace."Tapi masaknya nggak didapur, bosen. Kita masak di taman belakang, mau nggak?"
" Kalo aku nggak mau kamu pasti marah" Balas Kai menyindir.
" Kenapa aku marah? Suka fitnah!" Tapi Grace memasang raut sengit.
" Tuh! Itu marah" Colek Kai pada dagu sang istri.
" Nggak usah pegang-pegang!"
" Galak banget sih, untung sayang"
Tepat ketika hendak melangkah untuk menjauh kaki kanan perempuan itu mendadak kehilangan keseimbangan, hampir saja terjatuh jika Kai tidak refleks. Akhir-akhir ini, otot Grace sering sekali melemah. Dia sering terjatuh tiba-tiba, tak heran banyak lebam biru di kaki dan tangannya.
" Aku gapapa" Jelas Grace ketika melihat tatapan Kai yang khawatir.
" Istirahat" Yang laki-laki mulai bersikap otoriter."Mukamu masih pucat, steak-nya biar aku aja yang bikin" Lanjutnya.
" Sampai kapan aku harus istirahat, Kai? Mau selama apapun, penyakitku nggak bakal sembuh" Telak Grace, atmosfer dapur seketika berubah lebih mati gaya.
" Grace! Dokter bukan tuhan. Hidup kamu nggak ada di tangan dia!" Tukas Kai menghadap istrinya lurus.
Grace muak dengan perdebatan ini, dia memilih melengos menyiapkan perlengkapan dan Kai hanya bisa menatapnya dengan hembusan napas berat. Diatas meja semua alat dan bahan sudah tersedia untuk mereka memasak bersama.
" Pisaunya ketinggalan, aku ambil dulu" Tetapi sekesal apapun Kai menghadapi keras kepala istrinya dia tetap berada disisinya.
" Aku aja! Kamu mending beres-beres disini" Serobot Grace berlalu begitu semangat.
Harusnya memang hanya tinggal mengambil pisau, tapi sialnya ketika dihadapkan meja dapur yang banyak sekali benda tersimpan, didalam kepala Grace mendadak seperti tersengat listrik sampai dia terpejam tepat saat dia membuka mata lagi, kening Grace berkerut dan kebingungan. Semua yang dia lihat berubah hitam putih secara tiba-tiba saja. Dalam hitungan sepersekian detik Grace sama sekali tidak mengenali semua benda dihadapannya. Padahal saat di taman belakang tadi dia hapal diluar kepala bagaimana bentuk sebilah pisau. Tetapi dalam posisi berdiri sekarang terbayang saja bentuk pisau itu tidak. Tidak Grace tidak mengenali nama dari seluruh benda yang ada.
" Nak?" Kedatangan sang Mommy tiba-tiba membuat perempuan itu menoleh penuh tanya."Cari apa? Ada yang kurang bahanya?"
" Nyari pisau, boleh bantu aku nggak?"
Gerakan sang Mommy yang hendak mengambil air minum seketika terhenti. Sepasang netra legam itu sontak beralih kearah Grace yang jika diperhatikan kulitnya tambah pucat seperti tampa aliran darah, bagian putih dibola matanya agak menguning dengan tatapan yang makin sayu. Rena tidak bisa terus yakin jika kondisi Grace akan terus membaik, ada ketakutan, ada kekhawatiran. Apalagi saat menyadari jika pisau yang Grace cari tergeletak begitu saja diatas meja sama sekali tidak berjarak dan tidak tertutupi, pas sekali menghadap mata perempuan berlesung pipi itu. Rena rasa, bagi orang sehat mustahil tidak terlihat, sesaat Rena membuang udara pelan dengan senyuman kecil dia memberikannya.
"Ini, hati-hati" Pesan Rena memberikan pegangan pisau agar aman.
Sial. Otot Grace tidak sanggup meski hanya sekedar membuat pisau tetap berada digenggaman, tangan Grace tidak bisa gerak dan tremor parah. Gemetaran yang benar-benar gemetar sampai mati rasa dan tenaganya tidak ada sama sekali. Sudah dijelaskan akhir-akhir ini otot Grace semakin lemah, sehingga menggenggam berat pisau yang tidak sampai menyentuh puluhan kilo saja dia tidak kuat.

KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA [END✓]
DiversosDitawarin pacaran tapi memilih menikah, meskipun hanya pernikahan siri. Cinta yang awalnya dipikir tulus, nyatanya hanyalah karena sebuah alasan tertentu. Lika-liku perjalanan cinta antara seorang Hafizah cantik dan cowok berandalan yang hobi gonta...