10

335 42 8
                                    

"Mau bicara apa?" Louisa melipat tangannya di dada seraya menatap Enrico di hadapannya dengan tenang.

Ekspresi wajahnya terlihat datar saat menatap wajah Enrico yang matanya tertutup dengan kacamata berbingkai kuning emas.

Enrico juga membalas tatapannya. Meihat wajah cantik Louisa yang begitu bersinar membuatnya meneguk ludah. Hal yang tidak pernah disadarinya jika selama ini ternyata istrinya memiliki wajah yang sangat cantik yang tersembunyi dalam penampilannya.

"Apa kamu mengusir Fiona dan keluarganya?"

"Oh? Kamu sedang membicarakan tentang Fiona? Apa dia cerita ke kamu? Lalu, setelah dia cerita ke kamu, kamu akan menjadi pahlawan kesiangan, membujukku supaya tidak jadi mengusir mereka. Begitu?"

"Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Hanya saja aku tidak menyangka kalau kamu akan mengusir papa kamu sendiri. Apa kamu tega melakukannya? Bagaimanapun Papa Ando adalah Papa kandung kamu."

"Kalau membahas soal tega, lalu kenapa Ibu dari wanita yang kamu cintai juga tega merebut papaku dari mamaku?" Louisa terkekeh menatap suaminya. "Katakan pada dia jangan merasa jadi korban di sini. Aku mengambil hak yang memang sepatutnya menjadi milikku. Apa tidak cukup selama 14 tahun ini aku membiarkan mereka hidup dalam kemewahan yang seharusnya menjadi milikku? Apa tidak cukup, mereka juga mengambil papaku dariku dan mamaku?"

Louisa terkekeh miris. "Kamu bisa berbicara seperti ini karena kamu tidak berada di posisiku. Kamu memang berasal dari keluarga sederhana, tapi faktanya kamu memiliki kedua orang tua yang sangat saling menyayangi. Sedangkan aku?" Louisa menunjuk dirinya sendiri. "Aku hanyalah anak yang dilahirkan dari pasangan yang salah. Kalau saja papaku tidak tergoda oleh perempuan murahan itu, keluarga kami pasti akan menjadi keluarga bahagia. Sayangnya, Ibu dari wanita yang kamu cintai adalah perempuan seperti itu."

Louisa bergerak mengambil tasnya kemudian segera berdiri dari kursi. "Tidak perlu mengurusi urusanku. Urus aja urusan kamu karena ketika bapak sehat, aku akan segera mengatakan keinginanku untuk bercerai denganmu."

Wanita itu melenggang pergi begitu saja meninggalkan Enrico yang terpaku di tempat menatap punggung Louisa dengan tatapan tak terbaca.

Pria itu hanya bisa menghela napas akan apa yang terjadi dalam hidupnya.

Enrico akhirnya memilih untuk pergi dan kembali ke kantornya. Baru saja tadi ia bertemu dengan klien dan akan pulang ke kantor ketika melihat sosok Louisa sedang bersama seorang yang diketahui sebagai sahabat Louisa.

Enrico ingat jika tadi malam Fiona sempat menghubunginya dan mengatakan jika hari ini mereka sekeluarga akan pindah dari mansion ke sebuah rumah yang diberikan oleh Louisa.

Maka dari itu ia akan berbicara pada Louisa tentang pengusiran yang dilakukan oleh wanita itu pada Papa kandungnya sendiri.

Seperti itulah tanggapan yang diterima oleh Enrico  dari Louisa ketika tiba-tiba saja ia membahas soal papanya sendiri.

_

"Kita belum pernah makan berdua."

Langkah kaki Louisa yang akan ke dapur untuk mengambil minuman terhenti ketika mendengar suara Enrico menyapa indera pendengarannya.

Merasa jika bisa saja ia salah dengar, Louisa melanjutkan kembali langkahnya menuju dapur dan mengambil gelas untuk mengisi air di dalam teko.

Kalau sudah malam seperti ini tentu  Louisa tidak ada niatan untuk makan malam. Wanita itu hanya berniat untuk mengambil air putih agar malam ia tidak perlu lagi bangun turun ke bawah hanya demi segelas air.

Louisa melewati meja tempat di mana Enrico berada.

"Louisa, aku bicara denganmu."

Spontan saja langkah kaki Louisa berhenti mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Enrico.

Ekspresi wajahnya yang tenang dan santai membuat Enrico sedikit mengepalkan tangan kanannya yang berada di bawah meja. Tatapan wanita itu entah mengapa membuat Enrico merasa tidak nyaman.

Padahal selama pernikahan mereka Louisa tidak pernah mau menatap wajahnya lebih dari 1 menit. Wanita itu bahkan tidak mau berada dalam satu ruangan yang sama dengannya dan ia pun melakukan hal yang sama.

Hanya saja hal ini sepertinya tidak bisa berlaku terus-menerus dalam hubungan pernikahan mereka. Terlebih lagi mendengar perkataan ibunya yang ingin ia tetap mempertahankan pernikahannya dengan Louisa apapun yang terjadi.

"Aku tidak mau makan malam dan sebelumnya juga kamu bukannya tidak pernah mengajakku untuk makan malam bersama? Untuk apa kamu basa-basi mengajakku makan?" Louisa membalikkan tubuhnya sepenuhnya pada Enrico, menatap tenang pada pria di hadapannya. "Bukannya kamu lebih senang mengajak Fiona daripada aku? Jadi, aku agak terkejut mendengar ajakan kamu." 

"Fiona adalah Fiona. Dia hanya masa laluku, Lou."

"Sudah tahu dia hanya masa lalu tapi kamu sering mengajaknya untuk makan bersama."  Louisa mendecih sinis.

"Apa sekarang kamu bersikap seperti istri yang cemburu?" tanya Enrico, disambut dengan tawa mengejek dari Louisa.

"Cemburu sama kamu? Bahkan sudah hampir satu tahun sejak pernikahan kita, untuk apa aku merasa cemburu?" Wanita itu menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu bersikap baik padaku karena aku tidak akan pernah mengubah keputusanku untuk mengusir orang-orang yang tidak relevan itu dari properti milikku."

Wanita itu menatap sekilas pada Enrico sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi menuju lantai 2 di mana kamarnya berada.

Sementara pria itu hanya bisa menghembuskan napasnya merasa frustrasi dengan sikap Louisa.

Ini memang salahnya karena selama ini mengabaikan keberadaan Louisa. Tapi, wanita itu juga tidak ada niat untuk mendekat padanya sehingga membuat ia semakin menjauh.

"Bagaimanapun usaha dan juga rintangannya, kamu harus tetap menjadi suami Louisa, Co. Ibu tidak mau menantu lain selain Louisa. Terserah kalau kamu mau bilang Ibu egois, tidak apa-apa. Ibu hanya ingin Louisa tetap menjadi menantu ibu." Ingatan Enrico kemudian berputar pada pembicaraan seriusnya dengan sang ibu. Enrico juga sudah mengatakan dengan jujur jika Louisa ingin mengajukan perceraian.

Hal ini tentu membuat ibunya merasa marah pada Enrico dan menganggap jika dia tidak bisa mempertahankan rumah tangganya sendiri.

"Kalau pun seandainya kamu bercerai dengan Louisa, ibu akan menjodohkan Louisa dengan Ethan dan menggantikan kamu sebagai suaminya," ucap Ibu Helena sebelum pergi.

Louisa sekarang berpenampilan cantik dan seksi. Pria mana yang tidak tertarik dengan penampilan sempurna seorang perempuan. Namun, bukan hanya itu yang membuat Louisa  menarik di mata Enrico, tapi juga sikap santai serta keberanian wanita itu tentu membuat Enrico agak merasa tertantang.

Perasaannya dengan Fiona tentu sudah lama lenyap. Namun, demi hubungan mereka yang pernah terjalin, ia tidak bisa untuk mengabaikan keberadaan Fiona begitu saja terlebih lagi dulu wanita itu juga yang selalu menemaninya di saat ia sedang mengalami frustrasi akibat pekerjaan yang semakin menumpuk dari hari ke hari.

Fiona memang masa lalunya.  Tapi, entah bagaimana dengan Louisa. Pria itu sejujurnya tidak akan rela jika Ethan--adiknya--menggantikan posisinya sebagai suami dari Louisa.

LouisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang