Bab 8Louisa melangkah keluar dari universitas tempat kedua pemuda kembar itu menuntut ilmu.
Wanita itu baru saja keluar dari ruang administrasi untuk melunasi biaya kuliah Evan dan juga Ethan.
Dia sudah meminta pada pihak kampus agar merahasiakan jika dirinya lah yang membayar tagihan tersebut karena tidak ingin Bu Helena dan juga adik-adik iparnya itu merasa memiliki utang budi padanya.
Setelah itu Louisa langsung menuju tempat di mana gedung perkantoran yang akan ditempatinya selama beberapa waktu ke depan berada.
Hari ini adalah penyambutannya sebagai direktur utama yang akan menjabat menggantikan posisi Pak Ando selaku Ayah biologisnya di kantor.
Wanita itu tidak main-main dengan ucapannya untuk menyingkirkan ayahnya sendiri.
Selama bertahun-tahun mereka sudah hidup dengan leha-leha menikmati uang milik neneknya. Ini saatnya dirinya mengambil alih semua hal yang memang seharusnya menjadi miliknya.
Mamanya tidak akan meninggal kalau tidak mengetahui perselingkuhan ayahnya dan juga wanita itu. Jadi, kalau dirinya mengambil harta yang selama ini mereka nikmati tentu saja tidak akan masalah.
Wanita itu segera turun dari mobil mengenakan blous berwarna hitam di atas siku dengan rok pendek di atas lutut. Sliteto yang dikenakannya tentu mempermudahnya untuk melangkah tanpa merasa kesulitan sama sekali.
Jangan lupakan jika diri ini adalah mantan model terkenal dan sudah biasa mengenakan hak tinggi seperti ini. Enrico saja yang buta dan tidak tahu apa-apa soal dunia permodelan. Yah, tidak bisa disalahkan juga. Nyonya Adeline selaku neneknya saja tidak akan tahu jika tidak diberitahu oleh bawahan neneknya secara langsung jika dirinya berkecimpung dalam dunia permodelan yang langsung dilarang keras oleh nyonya Adeline.
Di depan lobi kantor sudah ada banyak pegawai yang akan menyambut kedatangan calon direktur utama mereka hari ini.
Langkah kaki Louisa tampak pasti diiringi tatapan orang-orang yang masih berada di area parkiran sampai akhirnya ia masuk ke dalam lobi.
Melepaskan kacamata yang dikenakannya, Louisa kemudian mengedarkan pandangan ke sekitar sampai akhirnya ia melihat sosok pria paruh baya yang melangkah dengan tergesa ke arahnya.
Beliau adalah Pak Hendra, orang kepercayaan neneknya. Di belakang Pak Hendra juga ada beberapa pria lainnya yang mengikuti setiap langkah dari pria itu untuk menyambut kedatangan Louisa di hari penyambutannya di kantor.
"Selamat pagi, Nona. Maaf atas keterlambatan saya untuk menyambut nona. Ada beberapa masalah urgent yang harus diselesaikan dulu."
"Tidak masalah." Louisa menganggukkan kepalanya mendengar apa yang diucapkan oleh pak Hendra. "Apa aku harus memberi kata sambutan terlebih dahulu?"
Louisa bertanya seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar di mana sudah ada banyak orang yang kini menunduk tanpa berani untuk mengangkat kepala ke arahnya.
Baik karyawan perempuan maupun laki-laki hanya bisa mencuri pandang padanya saja tanpa berani untuk mendekat.
"Nona bisa memberikan sambutan utama terlebih dahulu. Silakan ke podium karena sudah dipersiapkan tempatnya."
Pak Hendra berucap sambil mempersilakan Louisa untuk melangkah menuju podium di mana sudah ada mikrofon yang ditempelkan pada tempatnya agar Louisa bisa memberikan sambutan pada karyawannya.
Ukuran lobby yang luas dan hanya memiliki beberapa ruangan saja serta beberapa pintu lift dapat mempermudah halaman lobi menjadi luas.
Louisa mengedarkan pandangannya dan ia tahu jika ini tidak semua karyawan di kantor yang muncul.
"Saya Putri Louisa yang mulai saat ini akan menjadi pemimpin kalian. Bukan lagi pak Ando, karena beliau sudah resmi dicabut dari masa kepemimpinannya." Louisa berkata dengan lantang yang agak mengejutkan pegawai lainnya. "Hari ini saya ingin meminta pada tim audit untuk melakukan investigasi dan penyelidikan dana-dana perusahaan. Saya juga sudah membawa beberapa tim dari luar negeri yang akan membantu kalian. Jadi, bagian tim keuangan, setelah ini kalian harus bersiap."
Bagaikan bom yang meledak tentu ini mengejutkan banyak orang terutama tim bagian keuangan yang masih berada di awal bulan sudah diminta untuk mengaudit.
"Tidak ada protes karena jika kalian ingin protes, kalian akan mengundurkan diri dengan syarat kalian harus mengganti denda." Louisa berkata dengan tenang tanpa terintimidasi sama sekali dengan gumaman-gumaman yang dilakukan oleh karyawan lain.
Setelah itu Louisa segera pergi menuju lift yang akan membawanya menuju ruangan tempat di mana ia akan bekerja.
Ini merupakan ruangan milik ayahnya dulu sebelum pria itu akhirnya berhasil diusir oleh Louisa.
Di dalam ruangan itu juga terdapat Pak Ando, selaku Ayah Louisa yang juga sedang merapikan barang-barang miliknya.
Gerakan tangannya juga terhenti ketika menatap wajah putri yang sudah sangat jauh darinya itu. Ekspresi sendu ditampilkan oleh pria itu, namun meski begitu, Louisa tidak akan luluh.
Hatinya sudah terlanjur keras dan batu untuk memaafkan pria yang sudah menyebabkan ia kehilangan ibunya. Pria yang sudah berkhianat dan bahkan lebih memilih keluarga baru daripada hidup untuk mengurusinya.
Bagi Louisa, Pak Ando layaknya seperti orang lain yang tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Yah, kecuali kalau mereka terikat satu gen dan juga memiliki darah yang sama.
"Kamu sudah tiba."
Kalimat pertama yang diucapkan oleh Pak Ando seraya menatap lekat pada wajah
putrinya."Kenapa? Apakah Anda kecewa karena saya yang akan mengambil alih kepemimpinan Anda?"
Louisa bertanya seraya mengangkat sebelah alisnya.
Pak Ando tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak sama sekali, Nak. Papa senang kalau kamu yang akan memimpin perusahaan ini. Papa berdoa dan berharap semoga saja di tangan kamu, perusahaan ini akan semakin besar," ujar Pak Ando, mendoakan putrinya dengan tulus.
Kepala Louisa miring ke samping seraya menatap Pak Ando dengan mata polosnya.
"Papa? Aku merasa aku tidak memiliki papa. Jadi, Pak Ando yang terhormat, Anda tidak berhak untuk menyebutkan diri Anda sebagai Papa."
Deg!
Jantung pria itu langsung berdebar dengan cara yang sangat menyakitkan ketika mendengar secara langsung bagaimana putrinya menolak dirinya sebagai papa. Ini sungguh menyakitkan. Namun, ini sudah menjadi resiko dari apa yang sudah dilakukannya selama ini yang menyakiti hati almarhumah istrinya, ibunya, dan anaknya sendiri untuk kepentingan egoisnya.
Pak Ando akhirnya pergi dengan punggung lemas membawa barang-barang miliknya yang tersimpan di dalam kotak. Setiap bulan ia akan menerima uang pemberian dari perusahaan sebagai dana pensiun yang akan diterima.
Pak Ando merasa sangat teriris hatinya membayangkan jika tidak pernah ada lagi kesempatan untuk dia membelai wajah cantik putrinya.
Kesalahan masa lalu membuatnya jauh dari putri yang dimiliki olehnya.
"Papa harap kamu akan bahagia seumur hidupmu, Nak," gumam Pak Ando, setelah keluar dari ruangannya. Ah, tidak bisa menyebutkan ruangannya lagi karena mulai hari ini dan seterusnya ia hanya akan menjadi mantan direktur utama di perusahaan ini dan digantikan oleh putrinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Louisa
Historia CortaLouisa, wanita 24 tahun yang selalu menahan diri dari segala macam hal. Termasuk, menahan diri dari siksaan pernikahan yang membelenggu dirinya. Louisa, perempuan penurut itu kini berubah menjadi perempuan barbar yang sangat berbeda dari dirinya seb...