DITERBITKAN DI TEORI KATA PUBLISHING
VERSI PDF TERSEDIA
#####
"Dasar Om tua bangka yang tak sadar diri dengan umur. Sana jauh-jauh dari Lisca! Bikin Lisca mual!
"Saya tidak setua itu kamu panggil om dan saya bukan paman kamu juga"
"Perlu dicatat ba...
Menginginkan sesuatu tidak harus langsung bertindak. Membayangkan adalah hal pertama yang dilakukan dan selalu berpikir positif, sebab dengan hal begitu mencari solusinya begitu mudah. Tuhan menuntut hambanya yang ingin mewujudkan suatu impian apalagi itu perkara baik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arga memegang lehernya yang masih jelas tanda diberikan oleh Lisca. Mana mungkin ia bisa menyembunyikannya, apakah harus memakai baju tertutup? Itu bukanlah cara yang tepat karena hari ini sinar matahari begitu terik.
"Digigit sama nyamuk besar," alibinya
Zeon menyipitkan matanya, tentu saja ia tidak percaya. Dirinya bukanlah anak kecil berumur tiga tahun yang bisa mudah diperdaya.
"Zeon tahu siapa pelakunya." Mengintimidasi Lisca yang berada di sampingnya.
Namun Lisca tidak mempedulikannya malah ia duduk di paha Arga bagian kiri. Tidak ingin kalah juga Zeon ikut menyusul —menaruh bokongnya di paha Arga yang sebelahnya lagi.
Untung saja Arga bisa menahan bobot tubuh mereka berdua. Berat badan mereka tidak terasa.
"Dady, Zeon tanya lagi. Siapa yang gigit leher Dady?" tekan Zeon
Arga hanya tersenyum, hatinya menghangat mendapatkan perhatian dari Zeon. Tidak sabar menunggu kehamilan Lisca walaupun itu masih lama. Proses membuatnya belum dipraktekkan.
Menginginkan sesuatu tidak harus langsung bertindak. Membayangkan adalah hal pertama yang dilakukan dan selalu berpikir positif, sebab dengan hal begitu mencari solusinya begitu mudah. Tuhan menuntut hambanya yang ingin mewujudkan suatu impian apalagi itu perkara baik.
Lisca yang mendengarnya memutar bola mata malas. "Kalau suamiku tidak ingin menjawabnya jadi tidak usah maksa," kesalnya
"Yang menyakiti Dady jadi urusan Zeon. Betul dugaan Zeon, Kak Lisca lah yang telah menyakiti Dady." Mengerutkan bibir dengan keras.
"Kalau iya kenapa? Suamiku yang nyuruh dan dia tidak keberatan sama sekali. Kenapa kamu yang keberatan, bocil?" Tersenyum miring.
Bukannya Arga tidak mau memisahkan mereka melainkan ingin melihat ke mana jauh Zeon perhatian dirinya. Pria kecil ini begitu menggemaskan. Kalau ada adegan selain lewat omongan baru ia turun tangan. Supaya tidak terjatuh Arga memegang pinggang mereka berdua.
"Kenapa Kak Lisca tega melakukannya? Apa salah Dady sampai-sampai Kak Lisca gigit. Dady gak pernah buat salah sama Kak Lisca," lontarnya
Yang dikatakan Zeon membuat emosi Lisca menaik. "Anak kecil kayak kamu tidak berhak ngatur-ngatur aku! Tangan aku aja kamu gigit. Lihat ini sebelum berucap." Menunjukkan tangannya yang memerah.