"Hai Haikal,"
Suara lembut itu terdengar jelas di kedua telinga Haikal dan juga Ella. Sontak mereka pun menoleh ke sisi kanan meja tempat mereka makan. Disitu sudah ada seorang perempuan dengan dandanan menor yang tengah tersenyum manis ke arah Haikal.
"Aku boleh gabung nggak, kal?" tanyanya pada Haikal, seakan disitu hanya ada dirinya dan juga Haikal.
Lelaki itu mengangkat satu alisnya, "lo mau duduk dimana? di meja ini?" Haikal menunjuk meja tepat yang ada di depannya. Pasalnya tempat yang dia gunakan hanya untuk dua orang. Lalu apa dia bilang, mau gabung? Adia mau duduk dimana hey?
Perempuan itu tersenyum kikuk, dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "hehee iya juga ya, emm yaudah deh, gue mau cari anak Peaceable yang lain aja, dahhh Haikal." setelah mengatakan demikian, perempuan itu pun berjalan pergi dengan gaya sok cantiknya.
Haikal menggeleng pelan, "nggak jelas."
Sedangkan Ella hanya mengerjapkan matanya bingung. Haikal yang melihat itu pun terkekeh, tangannya mengengam tangan gadis itu lembut.
"Dia Anabella sayang anak SMA Merdeka, salah satu babunya Grace yang teropsesi banget sama Arkan. Aku sama dia nggak ada hubungan apa-apa kok sayang, nggak lagi deket juga, tau nama dia aja baru semalem waktu di cafe. Aku nggak sengaja nganter menu di mejanya, itupun dia sendiri yang minta buat kenalan. Karena aku pekerja di cafe itu jadi aku berusaha buat profesional, kamu nggak marah, kan?" jelasnya kepada Ella, takut gadis itu berpikir yang tidak-tidak soal dirinya dan juga Anabella.
Ella mendengarkan penjelasan Haikal dengan seksama, dia mengangguk-anggukan kepalanya berulang kali, Ella tampak berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Haikal. "marah nggak, ya?"
"Sayang jangan gitu dongggggg." Haikal berucap dengan memanjangkan akhir kalimatnya.
"Hehee nggak kok Ella nggak marah, kak Haikal kenapa gemesin banget sih." kedua tangannya mencubit gemas pipi Haikal yang sekarang sudah tidak se-cubby dulu. Mungkin karena dia terlalu kelelahan dalam pekerjaannya.
"Pasti dia jadi murid pupoler di SMA Merdeka, iya kan kak?" tanyanya setelah melepas tangannya dari pipi Haikal.
Haikal mengedikkan bahunya, "nggak tau sayang, iya kalik. Lagian aneh deh cewek nggak jelas gitu bisa jadi murid populer."
"Kak Haikal nggak boleh gitu tau, Anabella cantik kok, jadi pantes aja kalau dia jadi murid populer di SMA Merdeka." ucap Ella.
Ya, dunia memang gitu bukan? cantik adalah segalanya, se tolol-tolol nya lo kalau cantik, lo tetep aman. Bukan hanya di dunia pendidikan, di dunia kerja pun juga begitu, kan? Tidak adil memang.
"Cantikkan cewek yang di depan aku." Haikal berucap sambil mengedipkan satu matanya, jangan lupakan senyuman menjengkelkan itu terbit di bibirnya.
Kedua pipi Ella bersemu merah dia berusaha menahan senyumannya, "kak Haikal jangan gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Jendela [VER LENGKAP DI NOVELTOON]
Novela JuvenilVERSI LEBIH LENGKAP ADA DI NOVELTOON, GRATIS!!! "Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela. "Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra. [PEACEABLE...