FREEN
"Bb? Kenapa 'Bb'?"
Becca memiringkan kepala. Tidak peduli aku tak ingin menjawab Becca terus mengejarku. Gadis Inggris ini benar-benar keras kepala. Satu langkah dariku dibalas dua langkah darinya.
"PiFin ...."
Oh, nada itu lagi! Aku menghela napas pasrah. "Sepertinya seseorang harus mengajarkanmu untuk tidak kepo[23], Bec."
Becca tertawa. Manisnya. Dia tidak marah pada keningnya yang kujentik. Dengan santai Becca menggelayut di lenganku. Tolong, jangan katakan Becca melupakan keberadaan kami sekarang. "Aku janji akan berhenti jika PiFin memberi tahuku. Ayolah, beri tahu aku. Please ...."
Aku menelan ludah susah payah. Demi Tuhan aku tidak memiliki keberanian menyelia sekitar. Kami di lapangan sekolah. Kanan, kiri, depan, dan belakang dikelilingi ruang-ruang kelas. Ini terlalu terbuka. "Bec," mohonku, "lepas dulu."
"Tidak, sampai PiFin mengatakannya padaku."
"Bec ...."
Becca menggeleng. Bersikeras. Kini ditambah dengan bibirnya yang mencebik.
Menyerah saja, Freen. Rebecca Armstrong jelas-jelas mengetahui titik terlemahmu. Sebelum itu perlukah aku mengingatkan padanya siapa Becca di sekolah ini? Bintang sekolah, tepat sekali. "Oke, oke. 'Bb' adalah 'Becbec'. Sudah, kan?"
Becca menyipitkan mata. Tidak puas dengan jawabanku. Gamitan tangannya melonggar, tetapi Becca belum mau menjauh. "Sungguh? Tidak ada yang lain? PiFin tidak menutupi sesuatu dariku?"
"Astaga, Bec. Hanya itu." Diam-diam aku berdoa Becca memercayai dalihku. "Memangnya 'Bb' memiliki kemungkinan lain apa, Bec? Hm?"
Becca mengangkat bahu tak acuh. "Mungkin saja ... baby?"
Sial. Aku salah sudah menantangnya. Demi menyembunyikan seringai iya-aku-ketahuan, aku buru-buru meneruskan langkah. Becca masih setia menyertai di sisiku. "Tidak perlu diperpanjang lagi, ya? Oke?" Lebih baik segera diakhiri sebelum Becca dan pikiran liarnya mengembara ke mana-mana dan memojokkanku sampai ke sudut paling ujung.
Becca terkekeh. Yang benar saja?! Becca masih bisa sesantai itu setelah membuatku tak mampu berkutik? Haish, gadis ini! "Kalau begitu aku juga akan mengganti nama kontak PiFin."
"Tetap dengan 'Freen Sarocha' tak masalah." Aku sungguh-sungguh dengan itu. Aku mengubah nama kontak Becca di ponselku atas kemauanku. Becca tidak memiliki keharusan melakukannya juga.
"Tidak, tidak." Becca menggoyangkan telunjuknya di hadapanku. Lucu sekali. Kami sudah sampai di depan kelasnya. Alih-alih masuk Becca malah sibuk mengutak-atik layar ponselnya. "Bagaimana dengan ini?"
Aku sedikit merunduk dan mengamati huruf demi huruf yang tertera di sana. Babe. 'Babe'—dan emoji kelinci. "Kenapa?" Maksudku, kenapa harus panggilan satu itu? Yah, kalian tahu, kan.
"Tidak ada alasan," Becca menyahut santai. "Sejak dulu aku selalu ingin menyimpan kontak seseorang dengan 'Babe'."
Aku tidak percaya. Bagaimana mungkin aku bisa percaya?
Aku menunggu, tanpa mengurai tatapan kami. Biar saja. Aku tidak peduli jika Becca dan aku terlambat masuk kelas. Si pelaku bukannya menciut malah tergelak renyah. Becca menyimpan ponselnya di tas ransel, kemudian memegang bahuku dengan kedua tangannya.
"PiFin lucu seperti kelinci. Hewan menggemaskan itu merepresentasikan dirimu." Becca mengedipkan sebelah mata. "Itu saja. Aku sungguh-sungguh, tak ada alasan lain. Percayalah padaku, PiFin."
"..."
"Ke kelas sekarang, ayo." Becca memutar pundakku, dia berdiri di belakangku. Bayi blasteran surga itu dengan lancangnya berbisik, "Mulai sekarang aku mengizinkan PiFin memanggilku dengan 'Bb'. Sama seperti aku boleh memanggil PiFin 'Babe'. Bagaimana, setuju? Iya, setuju."

KAMU SEDANG MEMBACA
Everything is Enough
FanfictionEverything we know between us is enough. [14/11] #54 bestfriend out of 20,1k stories [08/11] #52 highschool out of 34,6k stories [24/08] #14 freensarocha out of 242 stories [23/11] #6 romancestory out of 2,6k stories [16/11] #76 relationship out of...