BAB 34

1.9K 107 16
                                    

Haiii

Maaf..
Hampir aja lupa upload😂
Makasih yah buat yang udah ngingetin aku hehehehe.

Yaudah deh gass
Kita ke ceritanya
Happy reading
Mantemann...

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Arhoooo

Zah

Udah siap?

Gak! Gua ga siap

Jangan bercanda zah

Engga gua ga bercanda

Terus gimana?

Tanggung jawab lu lah..

Dih ga jelas lu!!

Apaan sih?
Gua ga siap!

MUA nya masih di jalan

SYALAN LU!!
TUNGGU PEMBALASAN GUA
NANTI MALEM..

Gua aduin ke ayah😜

Entahlah kenapa gadis itu semakin hari malah semakin menyebalkan. Dia tidak tahu setegang apakah dirinya saat ini. Arah sempat berfikir, enak ya jadi perempuan tidak perlu pusing memikirkan ijab qobul yang harus ia ucapkan salam satu nafas.

Pagi yang cerah di hari spesial arhan dan azizah. Kedua remaja ini tengah sibuk untuk mempersiapkan dirinya. Jantung arhan tidak ada hentinya berdetak kencang tidak seperti biasanya.

Tanpa arhan sadari bahwa perjuangan perempuan juga sulit. Setelah menikah nanti perempuan akan di sibukkan dengan pekerja rumah, mengandung, melahirkan serta menyusui dan membesarkannya. Bisa di bilang perjuangan mereka sama sulitnya bagi yang belum pernah merasakan. Itulah kenapa pasangan harus saling melengkapi.

"Gausah tegang Han" ledek Dirga yang sedari tadi melihat arhan seperti gelisah. Karena riasan yang simple jadi arhan lebih dulu selesai. Sedangkan Azizah masih berada di ruangan lainnya.

"Semangat bro!" Ujar seorang pria dengan kemeja biru dan dasi kupu - kupu. "Jangan grogi" Aska menambahkan.

Arhan hanya mengangguk. Ia bingung harus menjawab apalagi karena, pikirannya mulai tidak karuan. Keringat dingin mulai meluncur tanpa permisi di keningnya. Beberapa kali arhan mengucapkan bismillah.

Seorang pria datang dan menepuk pundak. "Santai Han, rileks jangan tegang.. nanti malah jadi kacau" ujar Rama berusaha menenangkan pria muda itu.

"Iya yah, dikit grogi.." sahutnya sembari tersenyum. Setalah beberapa lama menunggu acara di mulai. Kini pembuka acara sudah mulai membacakan rentetan acara dari awal sampai akhir.

Dengan didampingi kedua orang tuanya arhan sudah berdiri di depan pelaminan. Tidak banyak tamu yang hadir sesuai dengan keinginan arhan dan azizah. Arhan beberapa kali mencoba mengatur nafasnya agar tidak terlihat sesak. Kedua tangannya gemetar tidak tertahan, keningnya sudah hampir basah dengan keringat.

CAPTAIN BUCIN [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang