Melody dan Gracia tengah berjalan santai di alun-alun desa sekitar Parangtritis.
Suasana pagi sangat sejuk dan nyaman.
Sementara Shani dan dua adik kecilnya memilih dirumah saja lantaran masih mengantuk setelah melewati malam pergantian tahun.
Saat sedang asyik melihat pemandangan desa, tiba-tiba Gracia menangkap seseorang yang familiar dibalai desa yang terlihat ramai.
Ada spanduk bertuliskan "Tes Kesehatan Gratis" didepan balai.
"Kak Mel...itu bukannya dokter Gaby ya??" Tanya Gracia menepuk lengan Melody.
"Mana??" Tanya Melody sambil memicingkan matanya.
"Ituu.." tunjuk Gracia lagi.
"Oh iya bener. Kita kesana yuk Ge.." ucap Melody lalu mengajak Gracia kearah balai desa itu.
Benar, yang mereka lihat benar Gaby.
Ia terlihat sedang sibuk dengan beberapa pasien yang antri menunggu giliran untuk diperiksa.
"Dokter.." panggil Gracia dari sisi tenda.
Gaby menoleh dan melihat senyum gadis itu.
Sejenak ia bicara pada asistennya lalu kemudian menghampiri Gracia dan Melody.
"Hei..kalian ada disini?? Liburan??" Tanya Gaby dengan senyumannya.
"Iya dok..dokter lagi jadi relawan ya??" Jawab Melody.
"Iya Mel..kamu tahu sendiri disini rumah sakit itu jauh."
Melody pun mengangguk mendengar jawaban Gaby.
"Cuma berdua??" Tanya Gaby lagi.
" Iya kak.. yang lain masih di villa.katanya ngantuk abis begadang semalam." Jawab Gracia.
sejenak Gaby terdiam seperti memikirkan sesuatu sambil menatap mereka berdua.
"Eh..Gracia.. Melody..apa kita bisa bicara sebentar??" Tanya Gaby dengan raut wajah serius.
Gracia dan Melody saling melemparkan tatapan.
Alis mata Gracia bahkan naik sebelah, merasakan bahwa ada hal penting yang harus Gaby sampaikan.
"Hmm..b-bo..leh..ayo kita ke sana."ucap Melody sambil menunjuk ke arah sebuah kedai kecil yang menyediakan minuman dan cemilan ringan.
Mereka pun duduk dikursi-kursi yang ada ditempat itu.
Gaby menarik nafasnya panjang dan berat.
Ia bermaksud untuk menyampaikan sebuah hal.
Namun benar-benar ia merasa sesak didadanya untuk menyampaikan hal itu.
Keresahan itu ditangkap oleh Melody dan Gracia.
Melody pun meraih tangan Gaby dan menatapnya lekat.
"Ada apa kak Dokter??" Tanya Gracia penasaran.
"Saya..mau menyampaikan sesuatu tentang Shani.."ucapnya ragu-ragu.
Melody dan Gracia membelalak saat mendengar nama Shani disebut.
"A-ada apa?? Cici kenapa dokter?" Tanya Gracia.
Gaby menghela nafasnya lagi.
Bibirnya kelu sekali namun ia berusaha untuk melawan kegugupannya.
"S-shani..sekarat Mel..Gre.."
Deg!!!
Melody dan Gracia sama-sama terkejut mendengar pernyataan dokter muda dihadapannya ini.
Shani sekarat?? Apa maksudnya??
"Dokter jangan bercanda ah..Shani gak apa-apa kok. Semalam aja dia habis kejar-kejaran sama Gracia..aku.. temen-temen juga. Iya kan Gre??" Ucap Melody dengan senyuman canggung lalu menyenggol bahu Gracia.
Sama seperti Melody yang terkejut dengan pernyataan Gaby, Gracia diam tak bersuara.
Ia berusaha menyangkal ucapan Gaby.
Namun ingatan beberapa hari kemarin saat dipantai ia melihat kakaknya itu meringkuk kesakitan kembali berputar.
"A-apa..itu.. berhubungan sama sakit kepalanya ci Shani kak??" Tanya Gracia.
Melody semakin bertambah bingung saat mendengar adiknya bertanya begitu.
Gaby menganggukkan kepalanya.
Dan tubuh Gracia melemas saat itu juga.
"Gre ada apa?? Ini..ini apa sih sebenarnya Dok??" Melody berada dalam kebingungannya melihat adiknya itu.
"Shani sakit Mel..ia mengidap Glioblastoma stadium akhir. Tumor otak ganas yang tidak bisa disembuhkan. Kemungkinan Shani untuk hidup hanya 0,1 persen." Jelas Gaby padanya.
Ia sudah tidak bisa lagi bungkam menuruti permintaan Shani untuk sembunyi dari keluarganya.
Shani tidak bisa melihat keluarganya sedih melihatnya kesakitan.
Shani takut jika adik-adik dan kakaknya merasa sesak kehilangannya.
Shani ingin pergi jauh, ke Jepang dan mati dalam kesendirian dinegara asing itu.
Gaby sangat menyayangi keluarga Natio.
Ia tidak setuju dengan keinginan Shani dan karena itu ia menggunakan kesempatan ini untuk membongkar rahasia Shani.
Sebelum Shani memutuskan pergi di akhir Januari.
Hancur...
Melody benar-benar hancur tak berdaya dengan kenyataan yang menyakiti perasaannya ini.
Selama ini ia terlalu abai pada keluarga karena merasa ada Shani yang bisa diandalkan.
Ia tak tahu, bahwa Shani menyimpan kesakitan sendirian.
Dan Gracia
Yang selalu satu kamar dengan Shani
Juga tak kalah kesakitan.
Dadanya terasa dihujam palu seberat 100 kilogram.
Ia menangis tak tertahan dalam dekapan Gaby.
Kenapa rahasia sebesar ini bisa kamu simpan sangat rapih dari aku ci???
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Flash Melody
Random𝙺𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚞𝚛 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚓𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚊𝚑𝚊𝚢𝚊 𝚂𝚎𝚗𝚓𝚊 𝙰𝚙𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝𝚖𝚞 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚛𝚎𝚍𝚊? 𝙰𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚊𝚔𝚞𝚒 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝𝚔𝚞 𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚊𝚝𝚊𝚖𝚞, 𝚑𝚊𝚕 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚊𝚔𝚊�...