Shani baru tiba dirumahnya pukul 10 malam.
Suasana rumah jelas sudah sepi karena semua penghuni biasanya sudah tidur.
Ia datang malam karena mobil sahabatnya Desy mogok.
Jadi terpaksa menunggu montir datang ke kantor Shani dan memperbaiki mobilnya.
Saat memasuki rumah, ruangan terlihat temaram karena penerangan hanya pada lampu downlight saja.
Shani pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya dengan pelan takut adik-adik dan kakaknya terkejut.
Namun justru ia malah dikejutkan oleh suara dehem seseorang di Sofa.
Shani terjengit dan beristighfar.
"Ya Allah kakak ngapain? " Tanya Shani setelah melihat bahwa orang itu adalah Melody.
"Hehe, maaf ya Shani... Kaget ya? "
Shani hanya tersenyum kecil padanya.
"Kamu kenapa Shan? Kok baru pulang? Ada masalah dikantor kamu? " Tanya Melody melihat raut wajah adiknya yang terlihat lesu dan pucat.
"Kamu sakit ya? " Tanya Melody lagi.
Shani tersenyum dan memegang lengan Melody.
"Engga ada masalah apapun dikantor. Tadi cuma kecapean nungguin mobil Desy mogok. " Jawab Shani meyakinkan. Ia tak jujur perihal sakit kepala yang dialaminya dikantor tadi.
"Yaudah kamu ke kamar deh. Capek pasti. " Ucap Melody.
"Kakak ngapain tadi? " Tanya Shani.
Ia penasaran kenapa kakaknya ada diruang tamu jam segini.
"Kakak lagi ga bisa tidur aja Shan.. Kebanyakan minum kopi tadi dikantor. Tapi sekarang udah mulai ngantuk kok. " Jawab Melody. Shani hanya mengangguk saja menanggapinya.
"Good night Shan. "
"Night kak. " Balas Shani sambil menaiki tangga menuju kamarnya.
Sesampainya dikamar, Shani melihat pemandangan dari kasur adiknya Gracia yang berantakan dengan buku-buku mata kuliahnya. Gracia bahkan masih memeluk satu buku tebal tentang undang-undang dan hukum didadanya, dan kacamata yang masih bertengger di matanya.
Shani menggeleng kepala melihat keadaan adiknya.
Ia pun membereskan buku-buku yang berserakan itu dan menaruhnya diatas meja Gracia.
Kemudian melepas kacamata Gracia serta buku yang ada di peluknya. Kemudian menyelimuti tubuh Gracia sesudahnya.
Ditatapnya wajah tenang Gracia yang terlelap itu.
Dalam hati berdo'a agar segala cita-cita dari adik-adiknya tercapai dan diwujudkan.
Tuhan sungguh aku berharap akhir yang bahagia walau aku tak ditakdirkan tinggal untuk waktu yang lama disisi mereka.
Airmata Shani menetes.
Dalam diam ia menangis. Ia pun beranjak pergi dari ranjang Gracia dan keluar ke balkon kamarnya.
Tubuhnya terjatuh diantara besi-besi teralis penyangga balkon.
Rasanya tak sanggup untuk menahan sesak dihatinya lebih lama dan ia keluarkan segala kepedihan dalam airmatanya.
Aku tak boleh rapuh berlama-lama
Tidak apa menangis hari ini
Besok tolonglah jadi kuat, hati..
.
.
.
.
.Sementara disisi lain, Desy dan Sisca baru saja selesai dari ritual bersih-bersih mereka.
Desy tak sanggup melakukan perjalanan kerumahnya yang masih berjarak 4km lagi dari rumah Shani. Alhasil, ia kini singgah di apartemen yang Sisca tinggali.
Rasanya tubuh Desy terasa remuk dan ia benar-benar butuh berbaring.
"Eeeiittsss.... " Tiba-tiba Sisca mencegah Desy yang hendak menaiki kasur tidur mereka berdua.
"Apa sih Sis? Gue udah pegel banget ini mau rebahan! " Ucap Desy kesal.
"Ih lu tuh ya! Gua udah bilang naik kasur jangan kaki duluuuuuu" Sahut Sisca yang berbalik kesal pada Desy.
"Astagaaaa nih pala duluan nih yang naiiikk. " Ucap Desy pasrah dan melakukan apa diucapkannya sendiri.
Sisca terbahak menertawakan tingkah konyol sahabatnya itu.
"Dasar gendheng lu! "Ucapnya sambil menarik selimut.
" Elo tuh.. Gue tuh udah lemah letih lesu lelah love you tau! "Protes Desy setengah bercanda namun Sisca mengendikkan bahu tak mau peduli.
Mereka berdua sama-sama terdiam dengan ponsel mereka masing-masing.
Tak lama kemudian Sisca menghela nafasnya kasar.
Tiba-tiba ia teringat dengan kejadian di kantor Shani.
Merasa gusar dan khawatir pada sahabatnya itu.
" Des... "
"Apa? "
"Apa ya yang Shani sembunyiin dari kita? Gua takut Des.. Gimana kalo ternyata dia sakit parah? "
Mendengar pertanyaan Sisca, Desy yang semula memunggunginya berbalik jadi mengarah pada Sisca.
"Kok lu ngomong gitu sih Sis? " Ucapnya.
"Ya kan siapa tau Des... Eh amit-amit sih. Tapi ya tetep aja. Shani tuh serba sempurna. Sempurna nyimpen rapat-rapat tentang dirinya juga. " Ucap Sisca menjelaskan maksud ucapannya.
Desy mengangguk mendengarkan penjelasan Sisca.
"Gua takut dia kenapa-kenapa Des.. " Ucap Sisca lirih.
Desy pun mencoba menenangkan sahabatnya itu.
"Sabar Sis.. Pelan-pelan kita bujuk Shani buat cerita. Kalo besok kita tanya dan dia masih mengelak kita tanya lagi besoknya. Jangan khawatir...jangan overthinking dulu. "Ucapnya.
Dalam hatipun sebenarnya Desy risau dan gelisah.
Beberapa obat yang ia pegang bahkan masih terbayang di benaknya.
Takut sahabat sejak SMP nya itu menderita sakit keras.
Yang mereka berdua tahu hanya tentang alergi Shani yang terbilang berat.
Tapi selebihnya, mereka tidak banyak tahu karena Shani sendiri tak menceritakan apapun.
Dalam hati mereka berdua berdo'a agar sahabatnya itu agar baik-baik saja.
Tuhan bolehkan aku meminta untuk orang yang bukan hambaMu?
Jika boleh tolong katakan pada Tuhannya agar ia tak memberi Shani penderitaan.
Juga jangan membawanya pergi dari keluarganya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Flash Melody
Losowe𝙺𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚞𝚛 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚓𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚊𝚑𝚊𝚢𝚊 𝚂𝚎𝚗𝚓𝚊 𝙰𝚙𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝𝚖𝚞 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚛𝚎𝚍𝚊? 𝙰𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚊𝚔𝚞𝚒 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝𝚔𝚞 𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚊𝚝𝚊𝚖𝚞, 𝚑𝚊𝚕 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚊𝚔𝚊�...