Melody, Zee dan Christy tengah sibuk menyiapkan bahan makanan untuk acara barbeque dihalaman villa kediaman Veranda.
Shani, dan Gracia berbagi tugas untuk menata rumah dan mendekorasi rumah itu.
Beberapa teman Shani dan Gracia yang orangtua mereka sibuk dengan pekerjaan mereka rencananya akan datang menyusul mereka ke Yogyakarta.
Mereka ialah Sisca dan Desy sahabat Shani, serta Anin dan Feni sahabat dekat Gracia.
Melody tidak keberatan sama sekali dan justru sangat senang bisa melewati malam pergantian tahun dengan ramai.
"Ge, ini mejanya mendingan disimpen ditengah aja kali ya. " Ucap Shani saat mengamati ruang tamu rumah dengan tangan memegang pinggangnya.
"Dipojok aja ci biar nanti anak-anak bisa kumpul bareng diatas permadani". Ucap Gracia.
" Oh iya ya.. Jadi nyaman ya nanti. "
Gracia menganggukkan kepala menyetujui pendapat Shani.
"Toooyy.. " Tiba-tiba suara Zee menggema dari arah dapur berteriak memanggil adiknya.
Christy yang tengah mengambil beberapa daging steak di kulkas pun menoleh kearahnya.
"Apa zoy?? " Tanyanya dengan kening berkerut.
"Ternyata panci rice cookernya bisa dipisah Toy.. " Ucap Zee dengan semangat menunjukkan panci rice cookernya pada Christy.
"Wih iya????? Kamu bisa???? Wah hebat Zoy!!!! " Ucap Christy saat melihat Zee dengan gembira seakan Azizi itu baru menyelesaikan sebuah teka-teki sulit.
Jangan lupakan ekspresi kedua kakak mereka diruang tamu yang menonton kelakuan absurd mereka dengan wajah datar dan bola mata memutar malas.
Melody si kakak tertua hanya bisa menggeleng kepala melihat dua kembaran itu dari dapur.
.
.
.
.
Semilir angin malam berhembus lembut menyapa kulit.
Seperti rencana awal, para gadis remaja natio dan beberapa rekannya itu menghabiskan waktu kumpul bersama dihalaman villa.
Pemandangan tepi pantai Parangtritis malam hari sangat indah dilihat.
Perahu-perahu berbaris dengan lampu-lampu petromaks tergantung menghias dan terlihat menghambat diatas lautan.
Shani berdiri menatap pemandangan itu dengan penuh rasa kagum.
Sementara teman-temannya berkumpul bersama adik-adiknya bersenda gurau, dan wanita jangkung itu justru berada ditaman dekat api unggun.
Melihat itu, Melody berjalan mendekatinya.
"Shan.. " Panggilnya.
"Iya kak.. "
Shani mempersiapkan kursi disisinya agar Melody duduk bersamanya didekat api unggun itu.
"Kamu kenapa disini? Gak ikut sama mereka. " Tanya Melody.
"Kenyang aku kak. Lihat mereka makan ini itu aku yang kenyang. " Ucap Shani dengan tawa.
Melody ikut tertawa dan menggeleng kepala.
Melody pun akhirnya sama-sama memandangi hamparan lautan diseberang villa itu bersama Shani.
Lupakan sejenak kesibukan kantornya yang tidak pernah selesai.
Sekarang saatnya menikmati waktu bersama keluarga kecilnya yang tersisa.
Setelah beberapa tahun berlalu tanpa ayah dan bunda, sekarang rasanya seperti hangat lagi.
Meski tak terlalu sempurna sebab kedua orangtuanya yang tak mendampingi.
"Kak..." Panggil Shani saat melihat kedua mata Melody berkaca-kaca.
"Hmm.." Melody menoleh pada Shani.
Adik sulungnya itu mengukir senyuman kecil diwajahnya dan itu membuatnya tertular.
"Have a last wishes for this year?" Tanya Shani padanya.
Melody merenung sejenak.
Semuanya nyaris sempurna.
Semua masalah satu persatu teratasi dengan baik.
Apa yang bisa Melody harapkan lagi??
"Emm.. sejauh ini kakak sudah sangat bersyukur Shan." Ucap Melody kemudian.
"Kalo kamu??" Kini berbalik. Shanilah yang ditanya.
Gadis sipit itu terdiam dengan senyuman penuh arti dan menatap lurus kedepan.
"Aku berharap keluarga kita akan selalu bersama bahagia sampai akhir. Kakak menikah dan memiliki anak-anak yang lucu-lucu. Gracia berhasil menggapai mimpinya sebagai musisi. Zee dan Christy juga..dengan mimpi-mimpi yang akan mereka raih suatu hari nanti." Ucap Shani dengan wajah berbinar-binar.
"Lalu untukmu??" Tanya Melody.
Ia heran Shani tak menyebutkan harapan untuk dirinya sendiri tadi.
Dan Shani diam tanpa kata.
Tatapannya terasa sendu, kosong.
Tapi tak lama ia melemparkan senyuman lagi pada kakak sulungnya.
"Adalah kak..rahasia." ucapnya.
"Iiiihh curang! Masa gitu sih." Protes Melody sambil memukul bahu Shani ringan, tidak sakit bagi Shani.
Dan Shani terkikik geli mendengar protes sang kakak.
"Ya pokoknya adalah kak..tuhan aja yang sering denger." Ucap Shani lagi.
"Emang kamu doanya gimana??" Tanya Melody.
"Kalo dipersingkat sih 'Tuhan..biasa ya..aamiin'." Shani menjawab lalu mengusap wajahnya setelah itu.
Melody jadi gemas melihat tingkah adik sulungnya ini.
"Kok bisa sih doanya kayak gitu, Shan. Kamu yang bener aja." Ucap Melody sambil menepuk paha Shani.
Shani hanya terkikik geli mendengar kakaknya protes.
Harapanku terlalu sulit untuk dikabulkan kak..
"Kalian kok bercanda berdua ajaaaa"
Tiba-tiba Christy berteriak pada mereka berdua.
Christy memasang wajah sebal dengan tangan bersedekap didadanya dan bibir yang cemberut.
Lalu kemudian si kakak kembarnya, Azizi ikut berdiri disisinya menatap tajam kearah Melody dan Shani.
"Ci Shani gitu! Gak friend sama zeetoy" protes Zee.
Shani hanya tertawa melihat tingkah adiknya.
"Apaan sih kalian. Orang kakak sama Shani lagi ngobrolin kerjaan." Ucap Melody beralasan.
"Loh..kok malah ngobrolin kerjaan sih?? Kita kan mau kumpul buat kekeluargaan." Protes Gracia dari belakang Zee Christy.
"Bener!!" Timpal Christy.
"Waaahh kalo gini sih mending kita hukum..gimana anak-anak???" Ucap Feni mengompori.
"Setuju!! Ayo kelitikin Cici sama kak Mel.." teriak Gracia.
Otomatis adik-adik kecilnya itu manut dan menyerang Shani dan Melody.
Mereka pun jadi main kejar-kejaran ditaman itu.
Desy dan Sisca hanya bisa tertawa melihat kelucuan keluarga itu.
Namun tak lama setelah tawa itu, Sisca menatap sendu keluarga Natio itu.
Mimik wajahnya terlihat sedih.
Gimana seandainya mereka harus ngerasain kehilangan lagi??
Apa mereka bisa bangkit juga seperti saat ini??
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Flash Melody
Acak𝙺𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚞𝚛 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚓𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚊𝚑𝚊𝚢𝚊 𝚂𝚎𝚗𝚓𝚊 𝙰𝚙𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝𝚖𝚞 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚛𝚎𝚍𝚊? 𝙰𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚊𝚔𝚞𝚒 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝𝚔𝚞 𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚊𝚝𝚊𝚖𝚞, 𝚑𝚊𝚕 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚊𝚔𝚊�...