"Ge.. "
Shani memanggil adiknya yang tengah merenung didepan jendela kamarnya dan menatap kosong ke depan dengan tangan bersedekap didadanya.
Shani tahu adiknya itu sedang memikirkan sesuatu.
Disentuhnya punggung Gracia barulah Gracia menyadari kehadiran Shani disa na.
"Ci Shani.. Kenapa hm? " Tanya Gracia padanya.
"Kamu lagi mikirin apa? Kok mukanya kusut gitu. " Tanya Shani padanya sambil duduk di pinggir ranjang Gracia.
Gracia menggigit bibir bawahnya.
Terlihat sekali wajahnya dalam kebingungan.
Shani mengulangi pertanyaannya.
Dan akhirnya Gracia mengeluarkan suaranya.
"Aku.. Dapet project musikal buat acara musik talent di kampus ci. Deadline buat ngumpulin modul demonya minggu depan."
Shani mengernyit mendengar jawaban Gracia.
Shani ingat Gracia sangat senang dengan musik, lalu kenapa ia tak bersemangat begini?
"Pak Hans kan udah kasih kamu konsepnya kan Ge.. " Ucap Shani.
"Iya udah.. Tapi aku masih bingung mau pilih lagu yang mana ci. " Jawab Gracia sambil duduk diatas lantai tak jauh dari jendela.
Shani menghela nafasnya mendengar jawaban Gracia.
Kebiasaan Gracia yang tidak bisa memilih itu benar-benar menempel di jiwanya.
Ia pun beranjak pada meja belajar Gracia dan mengambil list project Gracia itu.
Gracia pun mendekati Shani dan memperhatikan kakaknya itu.
"Coba ambil lagu ini Ge.. " Tunjuk Shani pada baris Eureka milik Kita
"Hah?"
"Iya itu.. Nanti kamu ubah aransemen musiknya supaya cocok sama konsepnya. " Ucap Shani menjelaskan.
"Tapi ci.. "
"Ge... Bisa kamu bisa! " Shani memotong keraguan Gracia dengan kata-katanya.
Gracia terdiam menatap kertas dihadapannya itu.
"Cici temenin kamu latihan" Ucapnya sambil merangkul leher Gracia.
Menatap Gracia dengan senyuman dan alisnya yang naik turun.
Setelah beberapa waktu merasa sedih, Kali ini Gracia bisa tertawa lagi.
"Apa sih ci.. Kamu alay banget mukanya. " Ucapnya sambil menepuk pundak Shani.
"Hehehehehe" Shani terkekeh mendengar ejekan Gracia.
.
.
.
.
Seperti ucapannya, Shani benar-benar menepati janjinya untuk Gracia.
Selesai kegiatan kampusnya, Shani langsung menuju fakultasnya Gracia dan menemani Gracia hingga selesai.
Ia membantu memberi masukan pada warna musik yang Gracia akan tampilkan nantinya.
Selama mengamati Gracia yang fokus pada kegiatannya, hatinya terasa sangat bangga.
Adiknya diluar tanpanya justru menjadi sosok dewasa yang sangat bertanggungjawab atas kepercayaan yang diserahkan padanya.
Sepanjang latihan itu Shani hanya sesekali membantu Gracia, selebihnya Gracia sendirilah yang menentukan.
Tak terasa hari pertunjukan pun tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Flash Melody
Random𝙺𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚞𝚛 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚓𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚊𝚑𝚊𝚢𝚊 𝚂𝚎𝚗𝚓𝚊 𝙰𝚙𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝𝚖𝚞 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚛𝚎𝚍𝚊? 𝙰𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚊𝚔𝚞𝚒 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝𝚔𝚞 𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚊𝚝𝚊𝚖𝚞, 𝚑𝚊𝚕 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚊𝚔𝚊�...