"Tok Tok Tok"Darkan dengan cemas mengetuk pintu kamar mandi, sejak meninggalkan balkon, Anne belum keluar dari kamar mandi selama empat jam lamanya, di panggil pun tidak ada sahutan sama sekali.
Apa Anne tidur? Tapi... itu aneh sekali jika dia bisa tidur di dalam kamar mandi.
"Anne, apa kau baik-baik saja?? Tolong katakan sesuatu, jangan diam terus seperti ini, aku takut kau dalam masalah."
Darkan mengetuk pintu tanpa henti, sampai akhirnya pintu terbuka, Anne keluar sambil menguap dengan menutup mulutnya. "Kau berisik sekali."
"Apa kau tidur di dalam kamar mandi??" Darkan tentu tidak percaya jika Anne tidur di dalam kamar mandi.
Anne tidak menanggapi, ia berjalan ke arah meja makan, lalu duduk di kursi. Namun, merasa masih sangat mengantuk, dia pun meletakkan kepalanya di atas meja.
"Anne." Darkan memanggil sambil menyibak rambut yang menutupi wajahnya.
Anne mengerjap, bahkan meloncat dari tempat duduknya.
Darkan bingung dan ikut terkejut atas tindakan Anne tadi. "Kau... baik-baik saja?"
"Y-yaa..." Anne kembali duduk di kursi sambil berusaha menghindari tatap mata dengan Darkan.
Darkan menyadari Anne tampaknya menghindari tatap mata dengannya, dan apa itu karena yang semalam mereka lakukan?
Darkan duduk di kursi sembari meletakkan kedua tangannya di atas meja, tetapi itu membuat Anne kembali terkejut, dan segera menegapkan posisi duduknya.
Darkan menjalin jari jemarinya di atas meja. "Menurutmu kita lebih baik sarapan di luar atau membeli bahan masak? Jika membeli bahan masak, aku yang akan memasaknya, dan apa menu sarapan pagi kesukaanmu?"
"Aku cukup dengan meminum sekotak susu dan sebungkus roti."
"Apa ada yang lain yang kau sukai?"
Anne hanya menggeleng dan sama sekali tidak menatap Darkan, dia bahkan duduk dengan begitu tegap, merasa gugup karena Darkan duduk di kursi yang berada di depannya.
Darkan bangkit dari tempat duduknya. "Aku pikir kita harus membeli bahan masak saja, aku ingin memasak makanan yang enak agar selera makanmu meningkat."
"Apa kau yakin bisa memasak?" Anne menatap Darkan dengan ekor matanya.
Darkan tersenyum sambil mengambil jasnya yang tersampir di sofa. "Tentu saja, kau meragukanku?"
"Di mana Jeff? Ajak dia kemari sekarang." Keringat di dahi Anne bercucuran saking gugupnya, ia ingin setidaknya ada orang lain di antara mereka saat ini.
"Dia pasti masih tidur."
"B-bangunkan dia, ajak dia kemari."
Darkan menggeleng sambil memakai jasnya. "Dia berisik."
Mulut Anne tampak kelu, ia tidak tahu alasan lain apa lagi yang harus ia katakan. "T-tidak bisakah kita langsung pada intinya saja?? Kau ingin menanyakan beberapa hal padaku, bukan? L-lakukan sekarang, kita tidak perlu sarapan pagi."
Darkan mengurungkan niatnya untuk membeli bahan masak, ia kembali menyampirkan jasnya di atas sofa, lalu melangkah ke arah Anne.
Namun, melihat Darkan melangkah ke arahnya saja, membuat jantung Anne berdegup sangat kencang.
"Berhenti!!" Anne memberhentikan Darkan yang akan melangkah semakin dekat padanya.
Darkan menaikkan salah satu alisnya, ia melirik salah satu tangan Anne yang terangkat untuk memberhentikannya, lalu beralih memperhatikan wajahnya yang tampaknya sangat gugup. "Kau... sedang gugup?" tebaknya dengan terus terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫
Teen FictionSeason 2 dari ZIONNE "𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘥𝘶𝘭𝘪 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘮𝘢𝘴𝘢-𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘬𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘩...