𝟑𝟐. 𝐇𝐨𝐧𝐞𝐬𝐭𝐲

1K 66 9
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

"Kita sudah sampai."

Seorang wanita yang berlarut dalam lamunannya tersadar saat seseorang memberitahunya bahwa mereka telah tiba di tempat yang dituju, lalu dia dengan kikuk menoleh. "Terima kasih atas tumpangannya." ucapnya tanpa menunjukkan ekspresi ramah ataupun kesal, dia mempertahankan menatap dengan wajah datarnya.

Pria yang duduk di sampingnya itu menaikkan salah satu alisnya, lalu dia keluar dari mobil, membuat wanita itu pun segera keluar dari mobil. "Terima kasih." ucapnya sekali lagi karena tidak ada sahutan apa pun dari pria itu.

"Anne, bisa kita bicara sebentar?"

"Tidak bisa, aku sibuk." Kemudian Anne melangkah pergi.

Sementara itu, pria itu mengisyaratkan pada temannya yang masih di dalam mobil agar pergi, sedangkan dirinya akan menghampiri Anne.

"Anne, tunggu."

Anne tidak mendengarkan, ia mempercepat langkahnya, sampai akhirnya tiba di depan pintu apartemen, dan berbalik ke arah suara, di mana pria itu masih mengikutinya.

"Darkan, aku tidak ingin berbicara denganmu sekarang, pergi."

Darkan menggeleng, ia tetap ingin berbicara dengan Anne. "Aku ingin bertanya mengenai dirimu, mengapa kau tadi pergi ke pelabuhan Palermo?"

"Itu bukan urusanmu."

"Ya, itu bukan urusanku, tetapi aku... mengkhawatirkanmu, aku hanya ingin tahu." Darkan mengatakan kalimat yang sebenarnya hanya dalam hatinya.

"Jadi, beritahu aku, kenapa kau pergi ke tempat itu?"

Anne mengalihkan pandangannya, ia tidak ingin terjebak dalam situasi apa pun lagi dengan Darkan, yang harus ia lakukan kini mencaritahu tentang orang-orang yang berbisnis di pelabuhan Palermo, berbicara dengan pria itu saja bahkan ia tidak ingin.

"Dan... apa kabar? Lama tidak bertemu." Darkan tampak ragu untuk bertanya hal itu, dan merasa bersalah karena selama ini ia memilih tidak ingin tahu apa pun mengenai Anne, dan selalu pergi tanpa kata pamit.

"Apa kabar?" Anne menanyakan ulang pertanyaan Darkan dengan dagu terangkat, dan matanya tampak berkaca-kaca, ia tidak dapat menahannya lagi, kekesalannya memuncak mengingat semua kebohongan pria itu.

"Kabarku tentu saja baik, lihat..." Anne menunjuk dirinya sendiri. "Aku masih dapat berdiri dengan kakiku sendiri." Nada bicaranya bergetar, air matanya hampir mengalir jika ia tidak segera mendongakkan kepalanya ke atas.

Darkan menyatukan kedua alisnya, dari jawaban yang dikatakan Anne, sepertinya dia sedang merasa kesal padanya.

"Pergi, aku sangat sibuk sekarang." Anne masih tetap dengan keputusannya, ia berucap tanpa menatap Darkan, lalu masuk ke dalam apartemennya.

(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang