𝟔𝟓. 𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐇𝐢𝐬 𝐅𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐬

647 33 4
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

Anne menatap tangannya yang memerah karena cekalan tangan Jean begitu kuat.

"Kau berselingkuh dariku!" Jean berteriak marah tepat di depannya.

Kini mereka berada di depan pintu apartemen Anne, ia menolak membiarkan Jean masuk ke dalam apartemennya.

"Aku tidak berselingkuh, aku hanya bermain bola basket dengannya layaknya teman."

"Teman??" Jean mencengkram salah satu lengan Anne dengan lebih kuat.

"Apa ada teman yang mengangkatmu  sambil tersenyum dan tertawa-tawa seperti tadi??"

"Cukup, Jean!" Anne menepis tangannya. "Jangan bersikap kasar padaku, atau aku akan memutuskanmu!"

Jean terkekeh. "Baiklah, ayo putus, tetapi aku tidak akan mencari informasi apa pun lagi tentang saudaramu itu, padahal aku baru saja mendapatkan informasi baru tentangnya."

Anne terdiam sejenak dengan tatapan marahnya. "Informasi apa yang kau dapatkan sekarang?"

"Saudaramu sempat dijadikan wanita penghibur di Italia, dan karena Matteo tertarik padanya, dia membawanya kemana pun sampai sekarang."

Anne menggeleng keras. "Lucia..." gumamnya, dia pasti sangat menderita, dia dalam bahaya yang sangat besar.

"Kau mendapatkan informasi itu dari mana??"

"Ayahku, dia dengan mudahnya memberitahu itu saat aku kembali bertanya sebenarnya siapa wanita yang meminta tolong yang ada di tempat tinggal Matteo itu. Ayahku ternyata sebelum aku tanya telah mencari tahu pada kenalan lainnya yang tinggal di rumah itu."

Anne memegangi kepalanya yang mendadak pusing. "Tetapi siapa pelaku utama yang menculiknya??"

"Aku tidak tahu siapa yang menculiknya, Matteo mendapatkannya dari tempat hiburan di sana."

"Aku akan pergi ke rumah Matteo sekarang."

"Jangan, kau hanya orang bodoh, kau bisa langsung mati kalau berurusan dengannya."

Anne marah dengan ucapan Jean walaupun dia tidak sepenuhnya salah karena ia tidak memiliki apa pun untuk menjadi benteng dirinya dalam menyelamatkan Lucia.

Kemudian Anne akan masuk ke dalam apartemennya, tetapi tangannya ditahan oleh Jean.

"Ada apa lagi??"

"Kau tidak akan berterima kasih?"

"Terima kasih." Anne berucap dengan menahan emosinya.

"Kata terima kasih tidak cukup, aku ingin imbalan lainnya." Jean berucap sambil mengikis jarak antara mereka, Anne pun memundurkan langkahnya.

Hingga akhirnya wajah Jean begitu dekat dengan wajah Anne. "Jangan melewati batasmu." Anne berucap dengan penuh penekanan.

"Batas?" Jean terkekeh lalu mengelus puncak rambut Anne. "Tentu saja tidak karena nanti kaulah yang akan memohon itu padaku."

Setelah mengatakan itu Jean pergi, Anne menghela napas secara kasar lalu masuk ke dalam apartemennya sambil mengumpatinya dengan penuh emosi.

***

Bulan demi bulan berlalu, Anne dan Darkan tidak pernah bertemu lagi walaupun keduanya sangat ingin bertemu dan merindukan satu sama lain.

"Kenapa sekarang Mr. Darkan selalu tidur di kantor?" Salah satu karyawan di kantor bertanya pada sekretaris Darkan.

Mereka menatap dengan heran pada Darkan dari luar kaca, dia terlihat masih sibuk berkutat dengan laptopnya walaupun waktu pulang sudah tiba sedari tadi, bahkan beberapa lampu di kantor sudah dimatikan, hanya ruangan yang ditempatinya yang paling terang.

Sekretaris itu hanya mengendikkan bahunya, ia tidak dekat seperti teman dengan Darkan.

Di dalam ruangannya, Darkan berhenti menatap layar laptop dan memijat pelipisnya, kepalanya terasa berdenyut nyeri, begitu pun dengan dadanya.

Darkan mengelus dadanya, lalu mengatur pernapasannya karena tiba-tiba merasa sesak.

Kondisi kesehatannya semakin menurun karena Darkan tidak menerapkan pola hidup yang sehat lagi, untuk melupakan Anne, ia berusaha menyibukkan dirinya di kantor, tanpa memperhatikan waktu istirahatnya.

Di sisi lain, Lucia yang akhirnya mengetahui Darkan tengah tertekan karena suatu hal, dia pun meneleponnya.

"Halo." Tanpa menunggu lama, panggilan diangkat oleh Darkan.

Lucia lantas mengumpat dan berdecak. "Darkan, pantas saja saat bertemu denganku waktu itu kau terlihat sangat muram, kau putus dengan Anne?"

"Aku tidak pernah memiliki hubungan apa pun dengannya."

Lucia menghela napas berat. "Kau juga sering bekerja sampai larut malam di kantor, bahkan sampai ketiduran di sana."

"Apa kau ingin berbaur dengan hantu di kantor?" Jeff yang duduk di samping Lucia ikut berucap di telepon.

Jeff dan Lucia dengan kompak mencari tahu yang akhir-akhir ini terjadi pada Darkan, dan mereka mendapatkan informasi dari sekretarisnya di kantor.

Darkan hanya terdiam dan memijat pelipisnya.

"Katakan pada kami sekarang, apa kau benar-benar merasa frustasi seperti itu karena Anne kembali bersama Jean?" Lucia dan Jeff pun mengetahui informasi itu karena mereka mencaritahunya.

"Tidak."

Lucia dan Jeff dengan kompak berdecak. "Darkan, kapan kau akan terus seperti itu? Terus teranglah dengan perasaanmu." ucap Lucia dengan bersungut-sungut, ia emosi dengan salah satu sifat Darkan itu.

"Aku hanya takut."

"Apa yang kau takutkan??"

"Jika aku bersamanya, aku hanya akan menambah luka baginya"

"Apa maksudmu??"

"Aku memiliki penyakit jantung bawaan sejak lahir, apa aku akan berumur panjang? Jika aku dalam hubungan dengannya dan tiada dengan cepat, itu hanya akan menambah luka yang besar baginya."

"Karena kehilangan orang yang kita cintai dan sayangi itu benar-benar menyakitkan." Darkan menjelaskan dengan nada bicara bergetar dan air matanya membendung.

"Melihat dia bahagia saja sudah cukup, tetapi kenapa dia harus kembali pada Jean? Dan saat itu aku melihat mereka bersama, mereka tampak mesra."

Lucia dan Jeff terdiam, ia tidak menduga Darkan akan berpikir jauh seperti itu, mengapa dia tidak mencoba memikirkan kebahagiaannya sendiri?

"Darkan, jangan berpikir yang tidak baik tentang dirimu sendiri, kau percaya di dunia ini ada banyak keajaiban, bukan? Dan aku sekarang meragukanmu, jika kau benar-benar menyukai Anne, apa kau pernah bertanya sekali saja bagaimana perasaannya terhadapmu?"

Darkan terdiam, ia menyadari selama ini ia tidak pernah bertanya langsung pada Anne, apakah dia menyukainya atau tidak.

Anne lah yang selalu lebih dulu menyatakan perasaannya, tetapi Darkan selalu menanggapinya dengan tidak serius karena berpikir dia hanya bercanda.

"Jika kau bahagia saat bersamanya, berterus teranglah mengenai perasaanmu padanya, dan perjuangkan dia."

Darkan mematikan teleponnya lalu kembali memijat pelipisnya, apa ia harus mengikuti semua nasehat Lucia dan Jeff? Namun, jika ia menjalin hubungan dengan Anne, bukankah ia egois?

Tak lama kemudian, Darkan bangkit dari duduknya, nasehat dari Lucia dan Jeff secara perlahan mulai dapat ia terima, ia mengambil kunci mobil pribadinya, lalu melangkah keluar dari kantor, ia akan menemui Anne sekarang juga.

TBC

Darkan😭 Sayang kamu banyak-banyak🫂🖤

(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang