Jangan lupa vote and komen ya readers ❤️
Happy reading 🤎
•••
"Sugar daddy... Jinja?! Daebak!!" batin nya berteriak heboh sembari menatap kearah Harrison, bibirnya tanpa sadar melengkung ke atas.
"Maaf mengganggu waktu makan malamnya tuan, em... nona Aretha katanya ingin makan malam bersama tuan dan nyonya," ucapan dari bi Mina sontak saja membuat Aretha melotot tak percaya, kapan ia berkata ingin makan malam bersama dengan mereka? Pikir Aretha sembari berdecak sebal memutar bola matanya malas. Sementara itu bi Mina Merasa tidak enak karena membawa bawa nama nona nya padahal ia yang memintanya tadi, dirinya terlalu gugup makanya lidahnya keseleo.
"Maaf non," batin bi Mina sembari meringis pelan.
Suasana menjadi begitu hening, tidak ada jawaban sama sekali. Tatapan mata orang orang di sana sangatlah tajam dan menusuk. Atmosfer perlahan mulai menipis, Aretha maupun bi Mina saat ini sangat gugup jantungnya berdetak kencang. Karena tidak tahan dan tidak ingin berlama-lama dengan suasana seperti ini, bi Mina dengan cepat mendudukkan bokong Aretha di kursi dekat seorang pemuda berhoodie hitam dengan tato ular kecil dileher belakang telinganya.
"Kalau begitu saya kebelakang dulu nyonya, tuan, den, dan nona," ujar bi Mina sembari membungkukkan badannya beberapa derajat lalu melenggang pergi ke arah dapur.
Saat ini Aretha tidak bisa apa-apa, dirinya hanya bisa berdoa saja semoga dirinya masih bisa bersikap biasa-biasa saja tidak kaku dan memalukan dirinya sendiri. Sampai sebuah suara berat dari kepala keluarga itu mengagetkan lamunannya.
"Lanjutkan makan malam kalian."
Semua anggota keluarga mulai menghabiskan makanannya yang tinggal sedikit lagi, tak terkecuali dengan gadis berpakaian imut itu yang baru sadar bahwa dirinya sama sekali belum menyentuh makanan. Dengan antusias, Aretha mulai menuangkan saus tomat pada aneka macam telur gulung miliknya. Kedua tangannya kemudian mengambil dua tusuk, masing-masing di tangannya satu, lalu dirinya mulai memakan satu persatu hingga pipinya mengembung seperti ikan buntal. Tidak peduli dengan dengan sekitarnya yang menatap Aretha gemas, dalam hati mereka menahan agar tidak menggigit gadis itu.
•••
Setelah mereka menyelesaikan makan malamnya, seorang pria gagah berusia 45 itu terlihat tengah duduk di sofa single menatap gadis yang tengah duduk di sofa seberangnya. Banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh Harrison pada Aretha, mengenai sikap gadis itu yang menurutnya cukup, aneh.
"Kau tidak berniat untuk sekolah, hah? Mengapa gurumu mengatakan jika kau membolos beberapa Minggu?!" Sentak Harrison membuat Aretha tertegun.
Di sisi lain di sofa panjang terlihat seorang pemuda tengah menundukkan kepala, tangannya mengepal hingga urat-urat nya muncul. Dirinya menyesali ucapannya saat itu mengatakan bahwa Aretha menginap di rumah temannya, ia gugup takut jangan sampai Aretha mengatakan yang sebenarnya. Kalian bertanya, loh kan bibi tahu otomatis Harrison pun akan mengetahui keadaan Aretha? Jawabannya adalah Gara. Ya, yang menyuruh pelayanan paruh baya itu untuk menjaga Aretha di rumah sakit dan Gara juga yang mengancam bi Mina agar keadaan Aretha tidak bocor pada anggota keluarganya. Selagi masih mempunyai kekuasaan dia bisa melakukan segalanya.
Gadis itu kemudian tersadar dari lamunannya, lalu keningnya menyerit heran, "apakah keluarganya tidak mengetahui kondisinya beberapa Minggu lalu?" Batin Aretha.
Mata gadis itu kemudian menatap orang-orang yang ada di sana mulai dari ketiga kakaknya, dan kedua orangtuanya. Mereka semuanya hanya terdiam, Aretha menyeritkan dahinya kembali saat melihat salah satu kakaknya yang menurutnya memiliki gelagat aneh, dirinya merasa sedikit curiga, karena bi Mina sama sekali tidak menceritakan apapun tentang penyebab ia masuk rumah sakit.
Merasa diabaikan oleh gadis itu, Harrison mengepalkan tangannya merasa geram dengan sikap dan perilaku gadis itu kemudian. Salah satu pemuda bertato tadi yang melihat itu pun mencoba mencairkan suasana yang tegang ini, jujur saja dirinya sangatlah tidak tahan.
"Ekhem, uhuk uhuk izin minum ya," ucap pemuda itu sembari mengambil gelas berisi jus jeruk lalu meminumnya, Aretha yang melihat itu menduga jika kakaknya yang ini orangnya sedikit waras terlihat dari raut wajahnya yang tidak datar dan dan
Aretha bingung harus menjawab apa, kemudian gadis itu pun memberanikan dirinya menatap pria gagah dihadapannya itu.
"Tiga Minggu yang lalu saya masuk rumah sakit karena kepala saya terbentur, saat itu saya dinyatakan koma sama dokter. Satu Minggu yang lalu saya baru sadar dari koma dan mengalami amnesia, dokter menyarankan saya agar rawat inap. Tadi pagi saya baru pulang dari rumah sakit. Selama tersadar dari koma saya tidak bisa ingat apapun, bahkan keluarga juga. Yang menemani saya disana hanya bi Mina, apa sebenci itu kalian pada saya?!"
"Apa yang barusan lo bicarain Aretha!! Sialan gue lupa, mulut gue tiba-tiba aja refleks ngomong gitu. Aaa sial, sial!!" Dalam batin Aretha dirinya berteriak heboh sendiri, dirinya benar-benar sangat refleks mengatakan itu.
Ucapan Ara membuat semua orang terdiam tak bisa berkata-kata. Dalam hati Fara dia menyesali semuanya karena tidak memperhatikan anak gadisnya. Tak jauh berbeda dengan Fara, Harrison juga juga menyesali semuanya.
Gabriel Stanley Orlando, anak tertua dari Harrison dan Fara. Dirinya terdiam mulutnya terasa sangat kelu, apa dirinya sangat-sangat tidak memperhatikan adik perempuannya sampai ia tidak tahu kondisi Aretha yang terbaring di rumah sakit, pikir Gabriel.
Sementara pemuda yang bertato itu hanya diam, dia adalah anak kedua dari pasangan itu. Aldrick Nicholas Orlando.
Gara tertegun beberapa saat, amnesia? Apakah separah itu kondisinya. Ya, dia melihat sendiri bagaimana sahabatnya itu membenturkan kepala adiknya sampai tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir deras dari berbagai keningnya. Apakah dirinya juga pantas disalahkan atas kondisi Aretha saat ini. Tanpa pikir panjang Gara langsung saja terbangun dari duduknya kemudian berpamitan untuk pergi ke kamar terlebih dahulu.
Lama mereka terdiam, tiba-tiba saja Aretha berdiri dengan tatapan mata yang sulit diartikan.
"Sudah cukup kan sampai sini, kalau begitu saya duluan mau istirahat." Ujarnya kemudian melenggang pergi meninggalkan mereka yang masih terdiam dengan pikirannya masing-masing.
•••
Di sisi lain di sebuah markas, Zevan tak bisa lagi menahan kesalnya kepada dirinya sendiri. Sedari tadi dirinya terus menerus memikirkan kejadian beberapa minggu lalu saat ia dan teman-temannya membully Aretha. Dan sialnya kenapa sekarang dirinya menjadi merasa sangat bersalah."Lo tau kabar tu cewek jalang,"
"Barusan Gara chat gue kalau tadi pagi si Medusa itu udah balik dari rumah sakit," lanjut seorang pemuda yang mengenakan baju lengan pendek berwarna hitam yang bernama Geo, Geovano Guevara.
"Dan katanya, dia amnesia."
Ucapan Geo sontak membuat Zevan dan beberapa pemuda disana menatap kearahnya. Zevan mengepalkan tangannya.
"Akh sial!!" Sarkas Zevan sembari mengguyurkan rambutnya frustasi.
"Napa lo Zev?" Tanya seorang pemuda yang duduk disebelah Zevan.
"Gak," pemuda itu pun langsung melenggang pergi meninggalkan tempat itu.
(>•,•)>⭐📩
Ditulis : 29-30 November 2023
Revisi : berlanjut
Published : 30 November 2023Follow me okay
Jangan lupa vote and komen 📩
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayara Transmigrasi
Teen FictionJangan lupa vote, komen and follow. Start : 27 November 2023 RANK : 🏅#1 anak sekolah [12122023] 🏅#2 antagonis [12122023] 🏅#2 school [18122023] 🏅#3 geng motor [231223] 🏅#1 obsession [060124] 🏅#5 anak sekolah [070124] 🏅#4 sad [060124] 🏅#1 s...