CHAPTER 9

7.7K 397 1
                                    

JANGAN LUPA YA GUYS KASIH VOTE NYA ⭐

HAPPY READING ❤️

•••

Di lantai bawah terlihat dua orang pria gagah baru saja pulang dari kantornya. Dengan penampilan yang masih rapi Gabriel berjalan mengikuti Harrison sembari berbincang tentang pekerjaannya. Saat sampai di ruang tamu mereka berdua berpapasan dengan Gara dan para sahabatnya yang saat itu akan pergi.

Melihat kedatangan Harrison dan Gabriel. Geo, Tama, Cris, Zevan dan juga Violet berinisiatif menyapa kedua pria itu.

"Halo om, halo kak Gabriel. Kalian baru pulang ya," sapa Violet basa-basi dengan senyum yang tercetak di wajahnya.

Harrison hanya membalasnya dengan senyum tipis sembari mengangguk singkat sementara Gabriel, pemuda itu hanya diam tidak menjawab apapun bahkan menoleh kearah Violet saja tidak.

Violet yang melihat respon dari Gabriel pun dalam hatinya ia sangat kesal.

"Nanti malem Gara gak pulang, Dad. Mau nginep di apartemen," ijinnya pada Harrison. Pria itu hanya mengangguk.

"Kami pamit ya om," pamit Cris.

"Yasudah, kalian hati-hati ya di jalan,"

Merekapun mengangguk kemudian melenggang pergi ke arah pintu keluar. Sementara Harrison dan Gabriel berjalan ke lantai atas menuju ke kamar mereka masing-masing.

•••

Di dalam perjalanan, Zevan mengendarai motor sport hitam miliknya dengan kecepatan sedang. Mata elangnya menatap lurus ke depan, pemuda itu berdecak pelan.

Aretha, gadis itu berhasil memenuhi isi kepalanya. Pikirannya dipenuhi oleh kejadian tadi sore saat berada di mansion sahabatnya. Benar kata Gara, gadis itu telah berubah dia tidak seperti Aretha yang dulu saat masih mengejar-ngejar cintanya.

Namun sedetik kemudian ia pun tersadar, kenapa dirinya menjadi memikirkan gadis itu. Seharusnya dia bersyukur karena gadis itu tidak lagi mengejar ngejar nya, tapi semenjak gadis itu tidak lagi mengejarnya, hidup Zevan entah kenapa seperti ada yang kurang.

"Ah, shit!!"

•••

Akh, gilaa!!"

"Dimana sih Aretha simpan diary nya," teriak gadis itu frustasi, karena lelah mencari satu buku sampai berjam-jam. Gadis itu pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi kaki yang masih menjuntai ke bawah menatap kearah langit-langit kamar sembari menyeka keringat yang sudah membasahi wajahnya.

Ia pun mengecek jam yang ada di ponselnya, dan tak terasa waktu menunjukkan pukul 18.47 WIB. Aretha kemudian beranjak dari tidurnya lalu dengan langkah yang malas gadis itu masuk ke kamar mandi. Tak lupa juga dirinya melepaskan jaket yang ia pakai lalu digantungkan pada sandaran kursi belajarnya.

Setelah setengah jam lamanya, gadis itu kemudian keluar dari kamar mandi dengan berpakaian lengkap sembari menggunakan handuk di kepalanya. Aretha pun berjalan ke arah meja belajarnya, kemudian mendudukkan dirinya di kursi. Dirinya pun mulai memasukan beberapa alat tulis ke dalam ransel miliknya, yang akan dibutuhkannya untuk besok pergi ke sekolah.

Setelah selesai membereskan alat tulisnya, Aretha tidak sengaja melihat sesuatu yang membuatnya teringat akan sosok seseorang yang selalu ada untuknya.

"Papa..."

Gadis itu terdiam mengingat-ingat kembali kenangan indah bersama Hendrick. Dari dirinya di ajari berjalan, bermain bersama, tidur bersama, dibacakan dongeng, hingga ia tumbuh besar menjadi sosok gadis yang manja di mata Hendrick. Mata Aretha terlihat berkaca-kaca, dirinya terisak pelan mengingat hal itu. Hingga tiba-tiba sebuah suara ketukan pintu mengagetkannya.

'tok tok tok'

Dengan buru-buru ia kemudian menghapus sisa-sisa air matanya, lalu beranjak dari kursinya untuk mengecek siapa yang mengetuk pintu itu.

Alangkah terkejutnya Aretha saat dirinya membuka pintu tersebut, karena tidak ada seorang pun yang berdiri di depan pintunya. Gadis itu menyeritkan dahinya, siapa yang menjahilinya? Bulu kuduknya berdiri secara tiba-tiba, dirinya buru-buru menutup pintu kamarnya dan dengan cepat ia melangkahkan kakinya menuju ke arah tempat tidur.

•••

Jam menunjukkan pukul 19.00 WIB. Terlihat seorang pemuda berjalan sedikit berlari menuruni tangga kemudian berjalan menuju ke arah meja makan yang terdapat Fara yang tengah meletakkan makanan di atasnya. Melewati Harrison yang tengah duduk di sofa tengah fokus dengan laptop yang berada di atas pangkuannya.

Pemuda itu pun mencium pipi wanita itu, "Mom, Al mau keluar dulu," ucapnya sembari mencomot tumis capcay menggunakan sendok. Fara yang melihat itu langsung saja menepuk tangan putranya.

"Kamu, ya..." sementara Aldrick yang ditegur itu pun hanya tersenyum dengan tampang polosnya membuat Fara gemas sendiri ingin sekali ia mencekiknya, tapi mau gimana lagi pemuda itu adalah anaknya sendiri.

"Mau kemana?" Tanya Fara.

"Nathan ngajak main game," game balapan, lanjutnya dalam hati.

Wanita itu menatap putranya penuh selidik, mencari kebohongan apa lagi yang pemuda itu katakan. Aldrick yang ditatap pun hanya diam mulutnya tak berhenti mengunyah memakan ayam goreng yang ia ambil barusan di meja sebelah samping kirinya sembari menyenderkan tubuhnya di senderan kursi.

Fara menghela nafas panjang, "ya udah, sana." Mendengar jawaban itu membuat Aldrick tersenyum lebar. Mengecup kembali pipi ibunya itu agak lama. "Makasih mom, bye,"

Dengan langkah kaki yang santai, Aldrick pergi menuju keluar mansion. Sembari merogoh kantongnya guna mengambil kunci mobil sportnya, pemuda itu menatap ke lantai atas melirik sekilas kearah pintu kamar Aretha yang masih tertutup, kemudian dirinya kembali menatap kearah depan sembari memainkan kunci yang ada di tangannya, dibarengi dengan seringainya yang menyeramkan.

•••

Setelah selesai meletakkan semua makanannya di meja makan, Fara kemudian pergi ke dapur untuk menghampiri bi Mina yang baru saja selesai mencuci piring.

"Bi, tolong panggilkan Aretha sama Gabriel ya di kamarnya," pinta Fara sembari berjalan ke arah lemari pendingin.

Bi Mina mengangguk mengiyakan, "baik nyonya." Kemudian wanita paruh baya itu pun pergi ke lantai atas untuk memanggil anak majikannya.

'tok tok tok'

"Non," ucap bi Mina sedikit berteriak.

Saat pintu kamar terbuka, menampilkan sosok gadis yang tengah berdiri di hadapannya.

"Kenapa bi?" Tanya Aretha sembari menggaruk-garuk pipinya.

"Makan malamnya sudah siap non, nyonya sama tuan sudah menunggu di meja makan,"

"Ouh ya udah, makasih ya bi,"

Gadis itu kemudian menutup pintu terlebih dahulu sebelum dirinya pergi ke meja makan. Saat menuruni tangga Aretha matanya melirik ke arah pintu kamar Aldrick yang tertutup. Apakah pemuda itu belum turun? Biasanya dia yang selalu standby di meja makan. Namun, dirinya tidak melihat Aldrick berada di sana.

Setelah sampai dia pun langsung duduk di kursi sebelah Fara, kemudian mengambil air mineral yang berada di hadapannya lalu meminumnya hingga tersisa setengah.

Tak lama kemudian datanglah Gabriel yang langsung duduk di kursi sebelahnya Harrison dan berhadapan dengan Fara.

Tanpa menunggu waktu lama makan malam itu pun di mulai dengan tenang dan Hidmat tanpa ada yang berbicara seorang pun.

•••

Published : 4 Desember 2023
Revisi : berlanjut

THANKS FOR READING 🤎

Ayara Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang