CHAPTER 15

6.8K 331 5
                                    

JANGAN LUPA YA GUYS KASIH VOTE NYA ⭐

HAPPY READING ❤️

Enjoy yaaa🤗


•••

Di sebuah kamar mewah bernuansa hitam elegan, terlihat sepasang dua insan terduduk di lantai tengah bersila sembari menatap kearah sesuatu yang berada di hadapan mereka berdua. Aretha memicingkan matanya menatap benda tersebut kemudian mendongakkan kepalanya menatap kearah Aldrick yang juga tengah menatap kearahnya.

Gadis itu menyeritkan dahinya seolah bertanya kepada pemuda yang berada di hadapannya, sementara Aldrick hanya menggelengkan kepalanya acuh seolah tidak tahu apa-apa.

Aretha menghela nafasnya, kemudian mengambil sesuatu yang dari tadi mereka perhatikan tadi yang ternyata adalah sebuah kotak berukuran kecil berwarna hitam dengan pita sebagai hiasannya.

Sebenarnya Aldrick lah yang pertama menemukannya kotak itu di depan pintu, dirinya tidak sengaja melihatnya saat ingin memasuki mansion, karena penasaran ia pun langsung berjongkok dan melihat kotak hitam tersebut terselip kan sebuah note berisikan tulisan tangan seseorang, yang tulisannya tersebut membuatnya sangat emosi.

'For My Girl, Aretha'

From : L


Aldrick mengepalkan tangannya dengan kuat, pemuda itu kemudian mengambil kotak tersebut dan membawanya ke dalam kamar dengan perasaan yang sulit dijelaskan, matanya menatap tajam kearah kotak yang berada di genggamannya.

"Kayaknya gue kecolongan," batin Aldrick kemudian tersenyum misterius seperti sesuatu yang masuk kedalam pikirannya.

•••

Saat Aretha membuka kotak tersebut, mereka di buat terkejut saat melihat isi di dalamnya.

"AAAA!!!" Teriak Aretha refleks melempar jauh kotak tersebut ke arah pojok kamar Aldrick. Aldrick yang sebenarnya juga terkejut melihat itu, pemuda itu mencoba bersikap setenang mungkin, dirinya tidak menyangka jika pemikirannya salah, ia kira seseorang tersebut akan mengirimkan Aretha sebuah hadiah yang menyenangkan gadis itu. Tapi ternyata, isinya adalah sebuah foto yang berlumuran darah segar.

Aldrick bangkit dari duduknya, kemudian melangkah mendekati kotak dan foto yang sudah tergeletak di atas lantai itu.

Tidak ada rasa jijik saat dirinya mengambil lembar kertas tersebut, seolah sudah terbiasa. Pemuda itu kemudian mencoba memperhatikan gambar yang berada di dalam foto yang sudah sedikit rusak akibat goresan seperti benda tajam. Aldrick melotot tak percaya saat melihat samar-samar bahwa yang berada di dalam foto itu adalah dirinya sendiri.

Dengan cepat ia langsung memasukkan foto tersebut kedalam saku celananya, dan berbalik menghampiri Aretha yang masih terkejut memegang dadanya tak lupa juga napasnya yang terdengar terengah-engah.

Aldrick yang melihat itu pun langsung mengumpat dalam hati, merutuki kebodohannya, karena tidak mengeceknya terlebih dahulu.

"Sial!!"

Setelah berada tepat di hadapan gadis itu, Aldrick langsung saja mensejajarkan tubuhnya kemudian mengelus lembut surai rambut Aretha.

Dirinya bingung, siapa yang mengirimkan kotak itu kepada gadis tersebut. Dan apa tujuannya mengirimkan foto dirinya yang di lumuri oleh darah segar itu apa. Jikapun seseorang itu memang berniat untuk mencelakainya, kenapa tidak mengirimkan barang tersebut atas namanya sendiri dan bukan Aretha.

"Apa tujuan 'dia' sebenarnya?" Batin nya bingung.

Sementara Aretha terdiam dengan tatapan mata yang berkaca-kaca, dalam pikirannya ia mulai mengingat-ingat kejadian dulu yang terjadi saat dirinya masih kecil dan membuatnya trauma sampai sekarang. Yaitu kejadian penculikan saat ia berumur tujuh tahun, selama sebulan lamanya dirinya juga saat itu dirinya di sekap di sebuah tempat kumuh yang tidak layak untuk di huni oleh manusia, selama itu juga Aretha a.k.a Ayara selalu di perlakukan dengan kasar, disiksa fisik maupun mental. Di usianya yang masih kecil dan tidak tahu apa-apa, Ayara di paksa melihat di depan matanya, orang-orang yang menculiknya itu menyiksa seseorang dengan kejam hingga orang itu meninggal dunia.

Dengan pakaian yang seadanya bahkan dirinya harus tahan dengan dinginnya udara malam yang sangat mencekam itu, Ayara memeluk lututnya di pojokan mencoba mengabaikan teriakan kesakitan dari orang yang disiksa itu dengan menutup matanya erat-erat, karena melihat dari kondisi ruangannya yang kurang luas, darah segar dari orang yang mereka siksa tersebut bahkan mengenai kepala dan tubuhnya. Sebab itu lah Ayara menjadi sedikit sensitif soal darah dan kekerasan.

"Papa, tolong Aya." Gadis kecil itu terus membatin meminta tolong kepada sang papa agar segera menyelamatkannya.

Namun, beberapa hari kemudian sang papa tidak kunjung datang. Ayara hanya bisa berdoa dan berusaha bertahan di tempat itu sebisa mungkin. Tapi anehnya, walaupun tempatnya sangat tidak layak untuk ditinggali, dirinya selalu diberikan makanan yang banyak dan cukup sehat. Cukup aneh bukan jika seorang penculik memberi makanan kepada tahanannya seperti itu. Tapi walaupun makanannya sangat baik, dirinya setiap hari harus menahan sakit di sekujur tubuhnya, karena pukulan dan kadang juga tendangan yang ia dapatkan dari mereka.

Ditengah-tengah dirinya sedang terbengong, tiba-tiba suara berat dari seseorang memanggil namanya dengan nada yang sedikit khawatir.

"Tha, are you okay?" Tanya Aldrick sembari mengusap pipinya sebelah kiri, menatap kearah Aretha dengan raut wajahnya yang terlihat sangat khawatir.

Aretha langsung membalas tatapan Aldrick kemudian tersenyum dan mengangguk, "yah.. it's okay."

•••

Malam hari telah tiba, kini di meja makan sudah lengkap semua anggota keluarga berkumpul untuk makan malam.

Suasana kali ini sangatlah berbeda, sangat hening dan juga canggung, hanya terdengar dentingan alat makan saja yang terdengar. Dari tadi Fara tidak mengeluarkan suara sepatah katapun dan juga Gara yang terus menerus menundukkan kepalanya, mereka semua saling lempar pandang, bingung dengan apa yang terjadi diantara keduanya namun tidak ada yang mengetahui apapun.

Hingga setelah selesai makan pun, tidak ada kata yang terucap dari mulut mereka. Dan satu persatu dari mereka memutuskan untuk pergi ke kamar dan menyisakan Fara dan juga Harrison yang masih terduduk diam, pria itu hanya bisa menghela nafas panjang menatap kearah istrinya yang tengah menunduk.

Harrison berinsiatif untuk bertanya kepada Fara tentang apa yang terjadi sebenarnya, ia kemudian mengambil salah satu tangan wanita itu lalu mengecupnya dengan lembut.

"Kenapa, hm?"

Tidak ada jawaban sama sekali yang dikeluarkan oleh Fara, Harrison lagi-lagi menghela nafasnya berusaha untuk sabar. Sedetik kemudian dirinya mendengar suara isakan kecil keluar dari mulut Fara, pria itu kemudian sedikit mengerti, pasti istrinya itu sedang ada masalah dengan putra mereka, Gara.

Fara sudah tidak tahan lagi untuk tidak menangis, hatinya terlalu sakit dengan mengingat semua perlakuan anggota keluarganya kepada Aretha dulu. Ada penyesalan besar dihatinya terhadap putrinya itu, menyesal karena selama ini ia sangat tidak memperhatikan kondisi Aretha bahkan bisa dibilang tidak peduli dengan gadis itu.

Dengan sigap Harrison membawa istrinya ke dalam pelukannya, dan dengan lembut pria tersebut kemudian mengelus surai rambut Fara lalu mengecupnya singkat.

"Kalau kamu belum siap cerita, it's okay. Aku akan selalu nungguin kamu,"

"Keluarin semuanya, jangan tahan kalau di depan aku."

Mendengar tuturan lembut dari suaminya, tangisan Fara semakin menjadi di dalam pelukan Harrison.

•••

Published : 26 Desember 2023
Revisi : berlanjut


THANKS FOR READING 🤎


Wkwkwk gak jadi malem tahun baru update nya, niatnya malem tahun baru gituu

Chapter nya juga ganti baru ya guys hhe

Oke lah, makasih... jangan lupa vote and jangan sungkan buat komen yaa

See you again

Ayara Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang