CHAPTER 13

7.1K 340 26
                                    

JANGAN LUPA YA KASIH AKU VOTE NYA ⭐

And yang udah vote dan komen banyak-banyak makasih yaaa😘

HAPPY READING ❤️

•••

Di tempat lain, terlihat Violet tengah berjalan memasuki mansion mewah tersebut, dari arah ruang tamu kini seorang wanita berpakaian modis menghampiri gadis itu dengan senyumannya yang lembut.

"Kamu udah pulang sayang," ucap wanita itu sembari mengelus surai rambut Violet dengan lembut. Violet hanya diam tidak membalas apapun.

Raut wajah wanita itu menjadi khawatir, ia tahu pasti jika anaknya itu diam pasti ada apa-apa dengannya.

Clarissa ibu dari Violet, wanita berusia sekitar 40 tahun itu berprofesi sebagai sekertaris di perusahaan besar milik suaminya sendiri, dengan sikapnya yang lembut dan penyayang dari Clarissa membuat keluarganya sangat menyayangi wanita itu, bahkan suaminya sendiri sangat mencintai istrinya. Walaupun ia bekerja sebagai sekertaris suaminya, wanita itu selalu ada dan siap di saat anak-anaknya membutuhkan dia, dan selama belasan tahun dirinya sukses menjadi sosok ibu sekaligus istri yang hebat.

"Kamu kenapa? Hm, cerita sama mamah,"

Mendengar itu Violet pun langsung saja memeluk ibunya dengan erat.

"Mamaah..."

Clarissa pun dengan sigap membawa Violet ke sofa panjang yang ada di ruang tamu, dan mereka pun duduk di sana.

Ia pun mengelus pipi putrinya dengan lembut, "kenapa putri mamah yang cantik ini?"

"Awhh... sakit," Violet meringis saat Clarissa menyentuh pipinya, gadis itu menggerutu dalam hati karena tadi dia tidak sengaja menampar pipinya terlalu keras.

Clarissa menjadi khawatir melihat Violet yang kesakitan saat ia menyentuh pipinya.

"Pipi kamu merah, siapa yang berani nampar kamu? Bilang sama mamah!" Wanita itu emosi melihat pipi putrinya sedikit mereh seperti bekas tamparan.

Melihat respon ibunya seperti itu, Violet diam-diam tersenyum miring, dan dalam pikirannya muncullah sebuah ide yang menurutnya sangat brilian.

Dengan ekspresi yang dibuat se menyedihkan mungkin, gadis itu kemudian mulai berakting,

"Tadi di sekolah Vio di bully sama Aretha mah,"

Mendengar itu sontak membuat Clarissa mengepalkan kedua tangannya,

"Perempuan itu lagi, mamah udah sabar ya selama ini. Mamah gak terima putri mamah di bully terus-terusan kayak gini,"

"Besok pokoknya mamah akan ke sekolah kamu, nanti mamah juga akan bicara sama kepala sekolah buat keluarkan dia dari sana," lanjut Clarissa sembari menatap kearah Violet. Namun, dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya seolah melarang ibunya agar tidak usah melakukan hal itu.

"Kamu gak usah takut, kalau ada apa-apa mamah akan minta bantuan ke papa, oke," ujar Clarissa meyakinkan putrinya, membuat Violet mengangguk pelan.

Dalam hati nya, ia bersorak gembira mendengar itu. Apalagi keluarganya adalah orang terpenting juga di sana, gadis itu sangat yakin kalau Aretha akan dikeluarkan dari sekolah. Saat berhasil nanti dirinya harus merayakan semuanya. Namun, saat ini dirinya harus berakting menjadi gadis yang menyedihkan di mata semua orang, dia akan berakting seolah-olah ia adalah korbannya dan tentu saja Aretha adalah pelaku utamanya.

"Makasih, mah," ucap Violet kemudian memeluk erat tubuh ibunya.

Clarissa membalas pelukan hangat itu, "iya sayang, sama-sama."

Ayara Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang