CHAPTER 18

5.9K 258 12
                                    

JANGAN LUPA YA GUYS KASIH VOTE NYA ⭐

HAPPY READING 🤎


•••

Akhirnya, setelah menempuh perjalanan satu jam, mereka pun sampai di mansion.

Terlihat disana motor Gara sudah terparkir rapi di halaman.

Aretha segera turun dari mobil dan berjalan memasuki mansion di ikuti Aldrick dibelakangnya.

Sementara di genggaman tangan pemuda tersebut terlihat penuh dengan berbagai macam jajanan pinggir jalan, yang pastinya itu adalah milik Aretha.

Sesampainya di dalam kamar, Aldrick melangkah menghampiri Aretha yang tengah berbaring di atas tempat tidur dengan kakinya yang masih menjuntai ke bawah.

Melihat Aldrick menghampiri dirinya, Aretha dengan cepat memposisikan tubuhnya menjadi duduk.

"Mana?!"

Aldrick kemudian memberikan semua bungkus plastik itu yang diterima dengan antusias oleh Aretha.

Saat dirinya ingin membuka salah satu bungkus tersebut, tiba-tiba sebuah tangan merebut jajanannya dengan cepat.

Aretha mendelik menatap sebal kearah Aldrick, "kok di ambil?!!"

"Gak boleh makan di atas tempat tidur. Nanti banyak semut," ucap Aldrick sembari mengelus lembut kepala gadis itu lalu berjalan membawa kembali jajanan itu menuju sofa panjang yang ada di sana.

Aldrick tidak mau jika makanan itu tumpah nanti, yang akan mengganggu tidur gadisnya karena banyak semut atau serangga lainnya yang mencium bau makanan di sprai.

Dengan terpaksa, Aretha pun melangkah mengikuti pemuda itu. Dan duduk di sampingnya.

Aldrick tersenyum melihat Aretha yang duduk di sampingnya, ia pun kemudian mengangkat kedua kaki Aretha dan menaruh kaki tersebut di atas pahanya.

Aretha berlonjak kaget dengan perlakuan Aldrick. Namun, dirinya hanya diam. Toh, posisi seperti ini juga nyaman-nyaman saja.

Kali ini Aldrick membuka salah satu bungkus jajanan tersebut kemudian menyuapkannya ke mulut Aretha.

"Aaa."

Aretha hanya menurut, ia pun membuka mulutnya dan mulai menikmati makanan itu.

"Umm, rasa basreng." Batinnya sembari mengunyah baso goreng berukuran mini itu dengan saus dan kecap yang melumuri makanan tersebut.

Melihat wajah Aretha yang menikmati makanan itu. Dirinya meringis, tidak terbiasa dengan makanan pinggir jalan, yang menurutnya kurang higienis. Dan ia juga sangat terpaksa harus menuruti gadis itu membeli makanan tersebut karena Aretha memohon hingga dia hampir saja mengeluarkan air matanya. Air mata buaya;

Sebenarnya dirinya sangat penasaran dengan rasanya, ia pun melirik Aretha yang terlihat membuka bungkus lainnya dan memakannya dengan lahap.

Aldrick melirik sekilas ke arah bakso goreng yang berada di tangannya itu.

Hap, berhasil!! Dirinya memasukan satu buah bakso goreng mini itu kedalam mulutnya. Dan setelah di icip-icip, umm tidak terlalu buruk, pikir Aldrick.

Sementara itu, Aretha menatap Aldrick melongo dan meringis pelan. Sebenarnya ia sedikit risih dengan cara makan pemuda itu yang menurutnya agak, lain.

Bagaimana tidak, Aldrick memakan jajanan tersebut dengan cara mengunyahnya dengan pelan, mengecapnya kemudian di kunyah kembali. Dilakukan beberapa kali. Padahal baru satu suapan alias satu buah bakso goreng. Apa tidak hambar? Pikir Aretha.

Ayara Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang