🥂2k vote and 1k comments for next chapter🥂
4. MEMBENTUK KARAKTER SESUAI KEINGINANNYAJust be yourself, terdengar simpel, namun masih banyak orang yang belum bisa melakukan hal tersebut.
***
Prangg!
Gelas kaca berisi kopi panas hitam pahit milik bang Jali pecah berkeping-keping di lantai warbel. Pria berumur kepala tiga itu terkejut melihat pemandangan di depannya, jelas saja dia kaget setengah mati, bang Jali pria dewasa, melihat kedekatan dua muda-mudi yang berdiri di depan warungnya membuat otak bang Jali berpikir yang tidak-tidak.
Marsel tak kalah kagetnya mendengar suara nyaring tadi, pria itu refleks melepas kedua tangan Alana lalu mundur ke belakang. Mendengus saat Alana berlari kencang, tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu untuk kabur dari sana.
Marsel melepas jaketnya lalu menyampirkannya ke bahu, membuka satu persatu kancing seragamnya, memamerkan kaos oblong berwarna hitam yang sudah pasti berharga jutaan, dan dengan watadosnya pria itu melangkah tanpa beban menuju salah satu kursi yang ada di warbel, melirik sekilas bang Jali yang masih mematung di tempatnya.
"Gelasnya pecah Bang. Kaki Bang Jali bisa luka kalau enggak cepat di beresin."
Bang Jali tergagap lalu bergerak cepat mengambil sekop juga sapu, membersihkan pecahan kaca tersebut hati-hati agar tak melukai para kembarannya yang mulai bergabung satu persatu.
Warbel kembali ricuh, terisi oleh tujuh orang cowok yang bisingnya mengalahkan warga satu rt, pun hendak menyaingi perkumpulan ibu-ibu penggosip sekomplek.
"Perasaan lo makan dua mangkok bakso, tadi di kantin, enggak kenyang Lan?" tanya Kenzo, sedikit takjub karena Arlan kembali menikmati satu piring mi ayam dengan porsi yang bisa dibilang jumbo.
"Kenapa malah jadi gue yang takut perutnya meledak?" timpal Daren lalu kembali menikmati pop ice miliknya.
"Perkara makan doang lo ributin. Gue butuh tenaga, lo lupa tadi malam kita ngapain?"
"Rakus mah rakus aja kali. Noh liat si Aksara, semangkok baksonya aja enggak doi habisin tadi, harusnya lo contoh gaya hidup sehat Aksara."
Arlan menatap Bastian malas. "Lo bandingin otot dia sama otot gue, jauh lebih gede punya gue."
Aksara mendengus kasar. Selalu dirinya yang dibawa-bawa, padahal dia diam saja dari tadi. Awas saja, pulang dari sini Aksara akan langsung pergi ke tempat gym agar bisa membungkam mulut kurang ajar Arlan.
Drrtt
Kenzo menyingkut kuat lengan Aksara yang berada di sebelahnya. "Hape lo bunyi."
Wajah Aksara semakin datar, pria itu memutar bola mata malas. "Bukan punya gue."
Jelas-jelas ponselnya mati total dan sedang tercas di dalam, terlebih lagi, Kenzo sendiri yang mengchargerkan handphonenya dengan sukarela tadi.
Aksara menarik napas dalam sambil terus menggumamkan kata sabar dalam hati. Orang sabar, body istrinya lebar.
Drrtt
"Woy Ren! Hp lo bunyi!" sentak Bastian.
Terdengar decakan Daren saat melihat nama siapa yang tertera di layar ponselnya, pria itu menolak panggilan telepon tersebut sedikit kasar, kemudian mengaktifkan mode pesawat di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARSELANA
Teen FictionTinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan bajingan yang Marsel miliki. Laki-laki problematik yang berusia satu tahun di atasnya itu adalah soso...