30. EGO MASING-MASING

75.2K 4.5K 1.6K
                                    

🥂1.6k vote and 1k comments for next chapter🥂

30. EGO MASING-MASING

Cinta bukanlah bertahan seberapa lama. Tetapi seberapa jelas dan ke arah mana.

***

Setelah berhasil menghabiskan dua mangkuk bakso dalam kondisi hati yang buruk, Alana berjalan sendirian meninggalkan kantin. Jaket Marsel masih setia melilit di pinggangnya, hingga diirinya lagi-lagi dijadikan objek pandang, tapi Alana tidak peduli, toh mereka tidak bakalan tahu kalau ini jaket Marsel.

Bukan siapa-siapa selalu jadi hal yang menyakitkan. Terkadang bukan orang lain yang jahat, tapi perasaan kurang ajar yang ada dalam hati kita sendiri pernyebab sakitnya. Berharap dia menjadi pelangi yang muncul setelah hujan, tapi nyatanya dia malah pergi bahkan sebelum hujan datang. Sungguh menakjubkan bagaimana seseorang bisa menghancurkan hatimu dan kamu masih bisa mencintai mereka dengan semua kepingannya.

Kaki Alana berhenti melangkah. Gadis itu terkesiap, tiba-tiba saja semuanya berubah gelap, sebab kedua matanya ditutup oleh telapak tangan seseorang dari belakang. "Si-siapa?!" Alana mencoba menyingkirkan tangan itu namun tenaga seseorang tersebut ternyata lebih besar. "Lepas atau saya teriak sekar—"

"Tebak coba, kalau benar gue kasih hadiah."

Kontan rasa panik Alana menguar kemudian hilang tanpa sisa saat mengenal suara sosok tersebut. Alana tersenyum simpul. "Kak Jayden." Alana merengek. "Enggak lucu."

Di belakang sana Jayden terkekeh lalu menjauhkan tangannya dari mata Alana kemudian mengambil posisi di samping kiri perempuan yang sudah berkali-kali menolak cintanya. "Cie." Jayden sentuh lengan jaket yang melingkari perut Alana. "Punya siapa?"

Alana menariknya hingga terlepas dari tangan Jayden. "Jangan pegang-pegang, barang mahal nih."

Jayden mencibir, namun setelahnya cowok itu tertawa. Kalau ada yang bersyukur atas musibah yang menimpa Marsel dan menyebabkan pria itu kehilangan ingatannya, Jayden orangnya. Hubungannya dengan Alana menjadi bertambah dekat seiring berjalannya waktu, sebab tidak ada lagi Marsel yang gemar melarang. Kalau ada yang ingin mengatai Jayden jahat, maka silakan saja, Jayden akan terima dan Jayden tidak akan marah akan itu.

Sebelah alis Jayden terangkat ketika Alana menengadahkan tangannya. "Apa?"

"Kok apa sih?" Alana mencebik kesal. "Hadiahnya mana? Katanya kalau tebakan aku benar bakal dikasih hadiah."

Bibir Jayden mengulum senyum. "Lo mau hadiah?" Jayden tidak bisa tidak tertawa ketika Alana mengangguk cepat. Jayden rogoh kantong depan sebelah kanan celana sekolahnya. Alana sukses melotot kaget.

"Aku cuman bercanda kak." Gesit Alana turunkan tangannya. " Eh kak jangan kak!" Alana semakin panik ketika Jayden hendak menarik keluar tangannya dari saku. Sungguh, Alana benar-benar tidak serius dengan ucapannya perihal meminta hadiah tadi.

Sejurus kemudian, semuanya terjadi sangat cepat. Entah bagaimana awalnya hingga Alana bisa berakhir di bawah ketiak Jayden. Dengan teganya pria bermata sipit itu mengapit leher Alana. Dua orang itu jadinya berjalan membungkuk pun terburu-buru, Jayden yang memegang kendali tentunya.

"Lepas kak! Engap!"

"Enggak mau, ini hadiah buat lo." Untuk sesaat Jayden terbahak sebab Alana memukul-mukul lengannya. "Selamat Na. Lo berhasil jadi perempuan pertama yang nyium ketek gue."

"Kak Jayden! Jorok ih!" Alana memukul-mukul lengan Jayden bahkan juga meninjunya.

"Gimana-gimana, wangi kan? Gue yakin lo ketagihan sama baunya." Jayden tergeletak.

MARSELANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang