27. MENCITAKAN NYATA DI FATAMORGANA

65.9K 4.1K 1.3K
                                    

⚠️Lestarikan vote di setiap bab yang kalian baca. Dilarang keras menjadi siders pada lapak ini⚠️

Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya.

Happy reading

27. MENCITAKAN NYATA DI FATAMORGANA

Berhentilah menaruh harap pada sesuatu yang semu.

***

Selasa siang, Liora jadi topik pembahasan satu penghuni gedung sekolahan. Bukan. Bukan gadis itu yang menjadi pusat perhatian, tapi undangan berwarna gold yang Liora edarkan dari pagi hingga sekarang tidak juga kunjung selesai. Hampir seluruh murid mendapatkan undangan itu. Birthday party besar-besaran yang akan Liora adakan membuat namanya berhasil jadi buah bibir.

Alana dan Paula saling pandang ketika Liora meletakkan dua undangan ke meja mereka, di mana dua perempuan itu tengah asyik menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah. Hingga Alana merasa sulit menelan nasi gorengnya, sebab baru kali ini ada yang sudi mengundang dirinya dan Paula.

"I-ini serius kami berdua juga diundang?" Bergetar tangan Paula ketika menyentuh permukaan atas undangan, ia elus sebentar lalu ia tarik kembali tangannya. Takut merusak dan takut kalau Liora hanya bercanda.

"Um." Liora teliti kuku panjangnya yang berwarna merah gelap, dia tiup-tiup ujungnya. "Datang ya." Kemudian Liora tatap dua orang itu bergantian. "Gue mau, party gue kali ini benar-benar ramai penduduk.

Alana masih belum bisa bicara, apalagi ketika Liora menekan kedua sisi mejanya menggunakan tangannya yang kecil.

"Pakaian? Bebas. Terserah lo berdua mau yang modelnya gimana, asal jangan malu-maluin dan bikin acara gue hancur. Oke?" Liora tersenyum saat Alana dan Paula mengangguk cepat. Ia kibaskan rambut bergelombangnya ke belakang. "Gue mau lanjut bagi undangan. Bye!"

Sepeninggal Liora barulah keduanya menghembuskan napas lega. Alana meringis pelan, Amanda yang kalem pasti cukup kesusahan mengimbangi sahabat berisik dan sangat aktif seperti Liora.

"Daebak."

Alana terkekeh mendengar celetukan Paula. Gadis itu memutar lehernya ke samping, tersenyum geli sebab Paula masih melongo. Alana cubit bibir Paula yang terbuka hingga tertutup rapat. "Nanti ada lalat yang masuk."

Paula mengerjab cepat, masih dengan pandangan kosong, dia tatap Alana. "Pestaa Naaa." Sebisa mungkin Paula menahan diri untuk tidak berteriak.

Paula gigit bibir bawahnya, perempuan itu mundurkan kaca matanya lalu ia letakkan di atas meja. "Kamu punya dres enggak Na?"

Alana mengangguk. "Ada." Alana tidak berbohong. Dia memang punya satu dress mahal yang belum pernah Alana pakai sama sekali. Jihan yang memberikan padanya dulu, sebagai kado ulang tahunnya yang ke-tujuh belas.

"Hah serius?" Bibir Paula mengerucut. "Ihh aku enggak punya, terpaksa harus beli ini mah." Berdecak Paula. "Ngorek tabungan lagi deh."

Alana menahan tawa. Pasalnya Paula baru saja memborong banyak novel beberapa waktu lalu, pasti keuangan sahabatnya ini menipis sekarang.

Duduk bersila Paula di atas kursinya. Paula pangku dagunya dengan satu tangan, matanya memandang Alana lurus. "Ngomong-ngomong warna baju kamu apa Na? Aku mau beli yang warnanya sama kaya punya kamu." Paula sisir poninya dengan jari. "Biar kita couplean, iya enggak?" Paula naik-turunkan alisnya.

"Warna putih, La."

Hingga tibalah malam petaka itu.

Malam di mana seharusnya Alana tidak datang ke pesta sembari mengenakan dress berwarna putih di bawah lutut. Bermodalkan nekat menghadiri party Liora, Alana tidak tahu kalau itu, sama saja seperti bunuh diri. Namun nasi sudah menjadi bubur, dan Alana telah berada di luar pagar rumah Marsel, tampak lugu dengan pakaiannya.

MARSELANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang