Jadilah pembaca bijak yang tahu caranya menghargai karya orang lain setelah menikmatinya
Taburi bab ini dengan 3k vote. Ada 3860 kata, panjang nih💃
45. SELARAS WALAU BERKELAHI DENGAN WAKTU
Bila memang sesulit itu untuk bersama, setidaknya, aku dan kamu pernah menjadi kita meskipun sebentar.
***
Pada tepian kolam renang, seorang perempuan dengan rambut dicepol tinggi tengah duduk anteng di sana. Ia memeluk kedua lututnya sementara matanya menatap lurus pada objek di tengah kolam. Atau lebih tepatnya memandang sosok pria bertelanjang dada yang sedang berenang menuju ke arahnya.
Keduanya sepakat tidak sekolah hari ini sebab Alana menginginkannya. Mendengar hal membahagiakan tersebut menggunakan kedua telinganya sendiri, dengan senang hati Marsel akan menurutinya, apalagi saat gadis itu bilang ingin menghabiskan waktu berduaan dengannya saja sepanjang hari.
Marsel seperti habis mendapatkan jackpot besar-besaran tadi malam ketika Alana mengatakannya. Hatinya terasa berbunga-bunga hingga pagi ini. Ia juga sampai dibuat susah tidur lantaran tidak sabar menjemput matahari terbit. Belum lagi detak jantungnya terus menggila semalaman. Memikirkan tempat berkencan yang bagus tapi tidak norak membuat Marsel dilanda gugup.
Sesampainya di depan Alana langsung saja Marsel lipat kedua lengannya lalu ia letakkan ke atas bibir kolam. Marsel mengistirahatkan dagunya di antara lengannya seraya memasang senyuman lebar. Sorot teduh di sepasang bola mata legam Marsel begitu indah, tapi mengapa hati Alana malah tertikam?
“Kenapa gak pernah bilang kalau kamu yang nolongin aku waktu tenggelam dulu pas kecil?” tanya Alana lembut sambil menyisir rambut Marsel yang basah ke belakang supaya tidak mengganggu mata cowok itu. Alana berusaha tersenyum meskipun batinnya menangis.
Marsel meraih tangan Alana yang masih berada di rambutnya. Cowok itu cium berkali-kali telapak tangan kecil wanitanya. “Tahu dari mana?” tanyanya tak kalah lembut kemudian kembali mencium punggung tangan Alana. Marsel sangat suka wangi gadis ini. Tak menusuk hidung namun mampu membuat siapa saja berbalik.
“Ada deh.” Alana menarik tangannya. “Kenapa kamu gak pernah bilang?” desak Alana ingin tahu. Tentu hal aneh bila Marsel tidak pernah mengungkit kebaikannya yang satu itu. Alana tak bisa dengan mentah-mentahnya melupakan siapa manusia paling perhitungan yang pernah ada di hidupnya.
Tak acuh Marsel mengedikkan bahu. “Malas aja. Takutnya nanti ada yang makin cinta sama gue,” tuturnya percaya diri. Marsel mengulum senyum, berlagak menyiram-nyiram kaki kanan Alana padahal sebenarnya ia mati-matian berjuang menyembunyikan kikuk.
Alana mendengus, dia mencibir tapi tetap saja ia tak bisa menyembunyikan tawanya. Tangan kanannya terjulur, Alana mencubit pelan pipi Marsel. “Kamu gak kedinginan? Udah sepuluh menit loh Sel kamu berenang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MARSELANA
Novela JuvenilTinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan bajingan yang Marsel miliki. Laki-laki problematik yang berusia satu tahun di atasnya itu adalah soso...