Chapter 8: They Move

40 8 1
                                    

Gretta duduk termenung di bangku kayu besar. Di hadapannya terhampar berbagai perkamen dan buku entah mengenai apa ia juga tidak tahu. Deru napasnya pelan meski sesekali terdengar keras. Menandakan jika hatinya sedang tidak baik-baik saja. Apalagi ketika ia memutuskan untuk mulai bergerak mencari Excalibur.

Sebenarnya ia juga tidak paham harus mencari kemana. Tempat mana yang harus ia datangi ataupun apa yang harus ia lakukan pertama kali untuk memulai perjalanan panjang ini. Untungnya, Archer dan Aiden bersedia untuk membantunya.

Archer dengan cekatan memilah barang-barang yang harus mereka bawa. Bahkan ia juga memasukkan berbagai macam makanan—yang menurut Aiden tidak penting karena mereka akan tetap bisa menemukan makanan.
Berbeda dengan Aiden. Ia menyiapkan segala kemungkinan buruk yang bakal terjadi dalam perjalanan nanti. Tenda, selimut, dan beberapa pakaian ia masukkan ke dalam tas kecil yang bisa muat apa saja.

Gretta tahu. Meski mereka terlihat siap, namun sejatinya mereka tak begitu siap menghadapi perjalanan ini.

"Jadi, kau sudah membacanya, Gre?" Tanya Aiden memecah keheningan ruangan besar itu.

Gretta mengeluarkan secarik kertas coklat yang sudah lusuh. Membukanya perlahan, karena sepertinya ia meremas kertas itu dengan asal sehingga meninggalkan jejak-jejak garis tak beraturan. Aiden dan Archer meninggalkan kegiatan dan segera saja bergabung bersama Gretta di meja kayu.

 Aiden dan Archer meninggalkan kegiatan dan segera saja bergabung bersama Gretta di meja kayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka membaca dalam hati kata demi kata yang tertoreh di kertas tersebut. Archer yang lebih dulu mengangkat kepala dan menautkan alisnya, bingung. Ia menatap Aiden dan Gretta bergantian.

"Apa ini bisa jadi petunjuk?" Tanya Gretta. Ia merasa kalimat dalam kertas tersebut sama sekali tidak mengarah kemana mereka harus pergi. Justru malah semakin banyak pertanyaan yang membingungkan.

Di sisi lain, Aiden terus mengulang-ulang kalimat tersebut dengan suara rendah. Ya, meskipun Gretta tetap masih bisa mendengarnya. Kalimat itu ia ulang terus-menerus sembari pikirannya melayang maksud apa yang harus mereka pahami.

"Alam barzah?" Tanya Aiden kepada dirinya sendiri.

Gretta hanya melirik sekilas ke Archer. Tatapannya seakan bertanya apakah aiden menemukan petunjuk?

"Kita harus ke makam dulu," seru Aiden. Laki-laki yang memiliki tubuh atletis dan kulit kecoklatan itu antusias dan segera saja meraih tasnya.

"Tunggu, tunggu!" Sergah Archer. Bingung akan reaksi Aiden yang terlalu cepat dan otak lemotnya lambat memproses.

Maka, Aiden menghela napas, meletakkan kembali tasnya—kini ia taruh di atas meja, bukan di lantai seperti tadi. "Api dan air tidak dapat menjangkaunya. Coba kau pikirkan dimana tempat di dunia ini yang tak bisa terkena api dan air?" Pertanyaan itu menggantung. Aiden menatap Gretta dan Archer bergantian. Gretta terlihat berpikir dan menerka-nerka, sedangkan Archer hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Melihat reaksi kedua temannya yang tidak memiliki jawaban, Aiden melanjutkan, "tidak ada. Lalu, tempat dimana angin tidak akan bisa menyentuhnya? Tidak ada. Tanah tak dapat menahannya? Ayolah, Gre... tidak ada tempat di planet ini yang tak bisa menahan dirimu kecuali kau bisa terbang!"

Queen of SwordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang